Kupang-NTT, Garda Indonesia | Sekitar 8 (delapan) anak muda kisaran umur 20—30 tahun yang tergabung dalam kelompok tani (Poktan) Oematkuli di Kelurahan Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kontinu memperoleh pendampingan dari Tim PKM Fakultas Pertanian (Faperta), Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.
Selain di Kelurahan Oenesu, Tim PKM Faperta Undana yang diketuai Drs. Ignatius Sinu,MA. juga melatih sekaligus membimbing para Petani Milenial di Kelurahan Batakte, Kecamatan Kupang Barat. Tahun 2021 merupakan tahun ketiga dari program pengembangan desa mitra menuju desa sentra holtikultura yang dilakukan oleh Tim PKM Faperta Undana.
Salah satu Petani Milenial di Kecamatan Kupang Barat bernama Mudimus Apaut telah menjadi petani sayur sejak 2005 dan telah mendapatkan bimbingan dan pembinaan dari Tim PKM Faperta Undana sejak tahun 2020. “Sebelum dibina, hasil penjualan sekali panen ketimun hanya sekitar 5 juta, namun usai dibina dan dibimbing kami bisa mendapatkan penghasilan sekitar 8 juta rupiah,” ungkap Mus sapaan akrabnya.
Mus pun mengisahkan sebelumnya dirinya dan teman Petani Milenial lainnya bertani secara konvensional, namun pasca-pembinaan mereka lebih memahami jenis sayuran yang lebih dibutuhkan pasar, lebih menguntungkan petani dan gampang dijual. Adapun jenis sayuran yang ditanam para Petani Milenial di Kecamatan Kupang Barat adalah Ketimun, Brokoli Hijau, Bunga Kol, dan Tomat.

Ketua Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Pemberdayaan Petani Sayur, Drs. Ignatius Sinu,MA. kepada Garda Indonesia pada Senin, 11 Oktober 2021 menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program pengembangan desa mitra menuju desa sentra holtikultura. “Kegiatan ini sebagai sosialisasi dari teman-teman dosen Faperta Undana kepada masyarakat yang merupakan tahap ketiga,” ujarnya.
Saat ini, ungkap Ignas, para Petani Milenial menanam Ketimun 300 pohon dan dapat memanen minimum 300 buah Ketimun per hari. Selain itu, terang Ignas, mereka juga menanam Tomat yang dapat memanen sekitar 5—6 ton. “Kami juga mengedukasi terkait manajemen pertanian dari hulu ke hilir. Kita harus tahu dari hilir kita harus tahu masyarakat lebih membutuhkan jenis sayuran apa, dan dari hulu kami mengarahkan petani untuk menanam jenis sayuran yang dibutuhkan masyarakat,” urainya.
Ignas pun menyampaikan pihak Undana membawa teknologi kepada para petani. “Ini merupakan tahapan ketiga berupa pelatihan manajemen usaha tani dengan melakukan pendampingan, agar petani dapat mencatat dan membukukan setiap kegiatan pertanian mereka,” urainya.
Selain itu, para petani juga diedukasi oleh Dosen Faperta Undana Jurusan Agribisnis, Santhy Chamdra, SP., M.Si. tentang menghitung cost ‘biaya’ produksi sayur dan dapat membukukan usaha tani mereka. Mewakili LP2M Undana, Santhy menyerahkan bantuan berupa bibit sayur, pompa air, dan terpal kepada dua kelompok tani yang menjadi binaan.
Penulis, editor dan foto (+roni banase)