SoE, Garda Indonesia | Yayasan Sanggar Suara Perempuan (SSP), Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sinergi dengan Duta Besar (Dubes) New Zealand Indonesia melalui program peningkatan ekonomi perempuan, melatih keterampilan menenun bagi 7 (tujuh) kelompok tenun di aula Yayasan SSP pada Rabu, 30 Maret 2022.
5 (lima) desa itu tersebar di 3 (tiga) kecamatan, yakni Kecamatan Mollo Selatan (Desa kesetnana, Desa Biloto, Desa Noenbila), Kecamatan Mollo Utara (Desa Ajobaki), dan Kecamatan Amanuban Tengah (Desa Sopo).
Direktur Yayasan SSP, Rambu Atanau Mella mengatakan, selama dua tahun ke depan (2022—2023), tujuh kelompok tenun itu akan diberikan pelatihan yang meliputi pewarnaan benang, menjahit kreasi kain tenun, pemasaran dan analisis usaha online maupun offline, serta melakukan penguatan pembinaan kelompok tenun.
“Pada tahun 2021, kita dapat panggilan Dubes New Zealand untuk membuat proposal. Kita coba ajukan proposal peningkatan ekonomi perempuan lewat menenun. Dan, puji Tuhan proposal kita diterima, sehingga dua tahun ke depan, kita bersama Dubes New Zealand akan mendampingi dan melatih tujuh kelompok tenun di Kabupaten TTS,” ungkapnya.
Dikatakannya, bahwa launching program ini sudah dilakukan pada 29 Maret 2022. Selain menghelat pelatihan dan pendampingan, akan dibangun satu unit rumah tenun di Desa Noinbila sebagai tempat menenun, pelatihan menenun dan pewarnaan, serta dijadikan galeri untuk memajang aneka hasil tenun ikat dan kreasi berbahan kain tenun.
“Lewat bantuan Duta Besar New Zealand, saat ini kita sementara membangun satu unit rumah tenun ikat,” sebutnya.
Selain meningkatkan ekonomi keluarga, program ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam mendesain aneka kreasi berbahan kain tenun, meningkatkan kapasitas para penenun, dan menghasilkan kain tenun yang berkualitas sesuai kebutuhan pasar.
“Kalau dua tahun program ini sudah berakhir, kita berharap tujuh kelompok yang menjadi sasaran penerima manfaat ini bisa terus melanjutkan dan mengembangkan program ini, sehingga bisa memberikan dampak yang lebih besar bagi kelompok tenun lainnya,” harap Rambu Mella. (*)
Penulis (*/Daud Nubatonis)
Editor (+Herminus Halek)