Decak Kagum Prof Tyas Lihat Semangat UMKM Desa Binaan Bank NTT

Loading

Sikka, Garda Indonesia | Juri festival desa binaan bank NTT dan PAD tahun 2022 sudah melakukan assessment awal terhadap 115 desa yang tersebar di 22 kabupaten/kota di NTT. Ketua Dewan Juri, Prof Dr. Intiyas Utami, SE., MSi, Ak, CA, CMA, QIA, CfrA. melakukan penilaian pada desa-desa peserta di Kabupaten Sikka.

Dalam kunjungannya ke desa-desa di Kabupaten Sikka, Prof Tyas dibuat kagum akan semangat UMKM ini untuk terus bertumbuh. Sehingga rektor terpilih Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) periode 2022—2017 ini pun menyarankan kepada pihak pemerintah desa untuk harus segera membentuk konsorsium guna mengikat kelompok UMKM, kelompok tani maupun BumDes

“Saya melihat kelompok-kelompok usaha masyarakat ini sangat bersemangat,” tutur Prof. Intiyas. Dalam kunjungannya ke lokasi-lokasi desa binaan ini, ia didampingi Lavny Manesi dari Divisi Mikro Kredit kantor pusat, serta Yosephina G Lely selaku pimpinan bank NTT Cabang Maumere, dan Camat Nita.

Pernyataan guru besar UKSW ini cukup beralasan karena dalam kunjungannya pada Senin, 5 September 2022 di kantor Desa Bloro Kecamatan Nita Kabupaten Sikka, dia menemukan satu dari lima desa peserta festival ini geliat UMKM-nya baik. Daniel Desa selaku Kepala Desa Bloro memanfaatkan kesempatan itu untuk mempromosikan potensi desanya.

“Desa kami adalah satu di antaranya desa penghasil kelapa skala nasional, penghasil kakao, dan memiliki UMKM tenun ikat pewarna alami,” tuturnya menambahkan Bloro memiliki 14 kelompok tani dan BumDes mereka baru saja dibentuk. Walau usianya yang masih belia, namun mereka memiliki sejumlah UMKM mandiri yang dikelola masyarakat.

Dalam sesi diskusi, Prof Tyas mendapat banyak masukan mengenai potensi yang dimiliki desa itu, sebut saja kerajinan tangan, minyak asap cair, minyak goreng kelapa, VCO, cokelat dan tenun ikat.

Tak hanya mendengar, melainkan juri pun mengunjungi lokasi produksi dan mini expo. Saat itu Prof Dr. Intiyas Utami meminta kepada pelaku usaha produksi minyak goreng kelapa dan VCO untuk mendapatkan izin dari BPOM. Sehingga produk yang dihasilkan bisa masuk ke pasar. (*)

Sumber (*/Humas Bank NTT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *