Polisi Lalu Lintas Darurat

Loading

Oleh : Roni Banase

Usai menikmati berkat Tuhan di warung makan di samping Apotik Rahayu Cideng, daerah Roxy, Jakarta Pusat pada Senin, 19 Desember 2022 sekitar pukul 18.35 WIB, saya melihat sekelompok anak muda sementara mengatur alur lalu lintas yang sementara padat merayap.

“Hoi, Hei,” teriak seorang anak muda kisaran usia 18 tahun sambil memberikan isyarat tangan dengan arah yang ditentukan mereka, para pengguna jalan yang memadati pertigaan jalan K.H. Wahid Hasyim, Jalan Biak, dan K.H. Moh. Mansyur.

Padat merayap, saat itu jam pulang masyarakat Jakarta usai menunaikan tanggung jawab ekonomi, menuntaskan janji bisnis hingga sekadar mencari kuliner dambaan di sekitar Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

Di pertigaan itu, tak ada traffic light, ada juga jalur bus Trans Jakarta, nah ini momentum bagi sekelompok anak muda tersebut untuk mengatur alur lalu lintas agar tak menyebabkan macet hingga memudahkan para pengguna jalan menempuh perjalanan mereka.

Saya pun menelisik keberadaan mereka, sejenak berhenti mengamati. Anak-anak muda tersebut berpenampilan sekadarnya, ada yang hanya memakai celana pendek, kaos oblong dan sandal jepit. Ada juga dengan penampilan lengkap layaknya tukang parkir.

Yang menarik, tangan sebelah kiri anak-anak muda tersebut seperti sementara menggenggam sesuatu, dan tangan kanan memberikan isyarat kepada pengguna jalan. Sejurus, terlihat seorang pengemudi mobil Toyota Alphard menurunkan kaca mobil sembari menyodorkan sesuatu kepada satu dari sekian anak muda di situ.

Begitu pula beberapa pengendara sepeda motor dan mobil yang sejenak melambatkan laju kendaraan mereka sembari menyodorkan tangan kepada anak-anak muda tersebut.

Tampak wajah sumringah bahagia terpancar usai berpeluh, berteriak, hingga dapat saja diseret motor dan mobil pengguna jalan.

Ya, mereka lah “Polisi Lalu Lintas Darurat” sebutan saya kepada mereka. Saat kondisi lalulintas tak begitu macet, saya pun menghampiri mereka dan mengobrol.

“Kondisi macet ini karena buangan dari ganjil genap. Jadi semuanya ke sini untuk menuju ke Jakarta Barat,” ungkap Uki, anak muda yang berprofesi sebagai “Polisi Lalulintas Darurat”. Tak hanya Uki, ada juga Sandi, Aan, dan Mul. Masih ada anak-anak muda lain yang juga berprofesi sama.

Uki pun menuturkan ada arahan dari Polisi agar tak memaksa hingga menggedor kaca mobil untuk meminta uang. “Kami pernah ditegur agar jangan memaksa minta duit, kalau dikasih ya kamu terima, tak dikasih pun kami tak memaksa,” ucapnya.

Dari berprofesi sebagai “Polisi Lalulintas Darurat” mereka dapat menggapai penghasilan hingga 40—50 ribu rupiah per sekali turun ke jalan, kemudian dibagikan kepada yang bertugas.

“Terkadang kami diberi uang Rp.200,- Rp.500,- Rp.1.000,- atau 2 ribu rupiah,” tandas Uki seraya menandaskan bakal turun ke jalan saat kondisi macet untuk membantu mengatur alur lalu lintas.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *