Elaborasi pemerintah setempat dengan Forum PRB NTT melalui program FPRB NTT masuk desa/kelurahan mendorong masyarakat marginal Penkase Oeleta hingga menggunakan sistem pertanian cerdas iklim dengan memperhatikan adaptasi perubahan iklim dan mengedukasi warga mengolah lahan berbatuan menjadi bedeng sayur organik dengan dukungan irigasi tetes.
Kupang | Warga marjinal (kurang mampu) di RT 25 RW 10, Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT); mengolah lahan tidur milik Pitoby menjadi ladang sayur organik dengan sistem pertanian cerdas iklim.
Sekiranya 11 kepala keluarga (KK) marginal seperti pengepul sampah, pengepul sisa makanan dan beberapa pekerjaan serabutan lainnya bersepakat mengolah lahan tidur berukuran 50 x 25 m. Dan 11 KK itu pun memperoleh pendampingan dari Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Nusa Tenggara Timur (FPRB NTT), di bawah koordinasi Ketua Kaukus Akademisi, Lenny Mooy.
Tak hanya itu, aparat pemerintah setempat, Muhammad Yasim pun selaku Ketua RT 25 RW 10, Kelurahan Penkase, telah jauh hari mencanangkan program pemberdayaan ekonomi warganya. Kondisi ini juga memecut atensi dari Lurah Penkase, Pether Nenohaifeto dan Camat Alak, Yulianus Willem Pally, termasuk para pengusaha setempat.
Elaborasi pemerintah setempat dengan Forum PRB NTT melalui program FPRB NTT masuk desa/kelurahan mendorong masyarakat marginal Penkase Oeleta menggunakan sistem pertanian cerdas iklim dengan memperhatikan adaptasi perubahan iklim dan mengolah lahan berbatuan menjadi bedeng sayur organik dengan dukungan irigasi tetes. Peluncuran demplot pertanian cerdas iklim kelompok tani Mandiri Tangguh 25 ini dilaksanakan pada Jumat pagi, 7 Maret 2025.
Kepada media ini, Muhammad Yasim mengungkapkan sejak awal terpilih sebagai ketua RT dirinya telah mencanangkan program yang dapat mendukung ekonomi warga. “Di sini (ladang sayur organik) ditanami sayur berumur 2 (dua) mingguan dengan ukuran ladang sementara untuk menjadi contoh bagi warga lainnya, ke depan jika memungkinkan bisa diolah 2 (dua) hektar,” bebernya sembari mengucapkan terima kasih kepada Forum PRB NTT.

Sementara, Ketua Kaukus Akademisi Forum PRB NTT, Lenny Mooy mengatakan perannya pada demplot pertanian cerdas iklim terkait dengan tugas akademiknya selaku dosen Politani Kupang dan perannya selaku Kaukus Akademisi Forum PRB NTT mendorong pendamping melatih warga mengolah pupuk cair organik berbasis pupuk cair (tinja sapi yang diolah menjadi pupuk organik).
“Kami sudah tahapan pada pemupukan dasar dari kotoran sapi (sumbangan dari Camat Alak). Dan esuai rancangan warga menanam tanaman hortikultura seperti sayuran daun dan sayuran buah seperti lombok dan terung,” bebernya.
Ketua Forum PRB NTT, Norman Riwu Kaho pun mengedukasi warga demplot pertanian cerdas iklim Mandiri Tangguh 25 bahwa perubahan iklim telah terjadi dan mengingatkan mereka untuk mengutamakan pilar utama pertanian cerdas iklim yang produktif, mampu meningkatkan pendapatan, dan beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Dosen Faperta Undana ini pun memberikan ilustrasi cerdas pengolahan pertanian cerdas iklim yang mampu memberikan kontinuitas tambahan pendapatan kepada warga di Penkase Oeleta.
Penulis (+roni banase)