“Empowering Women” Perempuan Tangguh pada Jaringan Listrik NTT

Loading

Ia merupakan satu-satunya teknisi proteksi perempuan di Pulau Timor, berharap ke depannya bertambah lagi teknisi perempuan dan tak hanya satu.

 

Kupang | Pada salah satu Unit PLN Layanan Transmisi dan Gardu Induk Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Pulau Timor. Di antara deretan menara transmisi yang menjulang dan peralatan gardu induk yang berdiri kokoh, tampak wajah muda Srikandi penuh semangat dan ketangguhan. Mereka adalah wajah baru dari dunia kelistrikan, menantang stereotip yang selama ini melekat.

Salah satu wajah baru Srikandi itu adalah Michelle Rosa Revolusi Tindi, 24 tahun. Michelle adalah teknisi proteksi transmisi, Ia menjadi bagian dari generasi baru yang mengisi ruang-ruang teknis, wilayah yang dahulu nyaris didominasi laki-laki.

Lulusan Teknik Elektro dari Politeknik Negeri Manado ini mengabdikan dirinya di Pulau Timor. Baginya, transmisi bukan sekedar soal kabel dan tegangan, tetapi tentang memastikan energi listrik mengalir hingga ke pelosok.

“Setahu saya, jarang sekali perempuan yang tertarik bekerja di jaringan transmisi,” kata Michelle, sambil menyeka peluh di bawah helmnya. “Saya juga ingin punya teman proteksi yang perempuan juga, tidak hanya saya saja,” harapnya.

Namun, jalan menuju regenerasi tenaga teknik, terutama perempuan, bukanlah tanpa hambatan. PLN (Persero) masih menghadapi tantangan besar. Meski jumlah teknisi perempuan terus bertambah, kehadiran mereka di lapangan masih tergolong sedikit dibandingkan rekan pria. Banyak anak muda perempuan yang ragu terjun ke dunia teknik listrik karena stigma profesi yang keras, penuh risiko, dan kerap dianggap sebagai pekerjaan maskulin.

“Bukan sekadar fisik yang dibutuhkan di sini, tapi ketangguhan mental dan ketelitian untuk melindungi semua peralatan ketenagalistrikan khususnya pada peralatan transmisi dan gardu induk,” ujar Michelle. Sebagai teknisi proteksi, tanggung jawabnya tidak main-main. Ia memastikan sistem proteksi transmisi bekerja optimal. Mengatur peralatan, menganalisis gangguan, dan siap mengambil tindakan cepat ketika terjadi masalah.

Pengujian relay proteksi adalah satu satu tugas yang selalu dikerjakan oleh Michelle dan tim. Foto : tim PLN

“Ini bukan sekadar pekerjaan,” kata Michelle, suaranya mantap. “Listrik bukan hanya soal teknologi, tapi tentang menghadirkan cahaya bagi kehidupan yang lebih baik.” Tandas Michelle.

General Manager PLN UIW NTT, Fransiskus Eko Sulistyono mengungkapkan kebanggaannya atas kerja keras dan cerdas dari Srikandi-srikandi PLN NTT.

”Kami sangat bangga dengan ketangguhan Srikandi-srikandi kami dengan semangat juang yang tinggi dan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan setiap tugas yang diberikan. Kami berharap bahwa hal ini akan menjadi inspirasi bagi Srikandi-srikandi lainnya yang ingin berkarier di PLN,“ ungkapnya.

Perlu diketahui, bagian proteksi transmisi adalah garda terdepan dalam menjaga keandalan sistem kelistrikan. Kesalahan kecil bisa berdampak besar. Karena itu, regenerasi SDM di bidang ini adalah sebuah keharusan strategis. Pengetahuan teknis tentang proteksi, mulai dari pengaturan hingga pemulihan sistem, harus terus diturunkan dan dikembangkan.

Namun, regenerasi ini tidak hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga soal keberanian melampaui batasan. Para pionir seperti Michelle terus membuktikan bahwa perempuan bukan hanya mampu bekerja di bidang ini, tetapi juga menjadi tulang punggung keberlanjutan sistem transmisi. (*)

Sumber (*/tim PLN UIW NTT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *