Rumah Komunikasi Stunting, Pola Pengabdian Dosen Undana di TTS

Loading

Skema pun dibentuk Prof. Intje Picauly dan tim guna menekan prevalensi stunting di TTS sebagai salah satu penyumbang stunting di Nusa Tenggara Timur.

 

Soe | Tindakan menekan angka prevalensi stunting bukan hanya menjadi ranah pemerintah, perlu upaya kolaboratif dari unsur pentahelix termasuk akademisi perguruan tinggi. Layaknya dilakukan lima dosen Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pemilihan wilayah prevalensi stunting pun berbasis data dilakukan oleh lima dosen Undana di bawah nakhoda Prof. Dr. Intje Picauly, M.Si. dan didukung Dr. Marni, SKM, M.Kes. Soleman Landi, SKM,. M.Sc., Agus Setyobudi, SKM., M.Kes. dan Grouse Oematan, SKM., M.Kes. serta melibatkan 10 orang mahasiswa lintas fakultas dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Pertanian (Faperta), Fisip dan Hukum.

Simak reels, video Rukom Stunting: https://www.instagram.com/reel/DMnNJKeTsRX/?igsh=bGFyenA3OHBtYjNj

Skema pun dibentuk Prof Intje Picauly dan tim guna menekan prevalensi stunting di TTS sebagai salah satu penyumbang stunting di Nusa Tenggara Timur yang mempunyai prevalensi stunting mengalami peningkatan tahun 2024. Data hasil pengukuran E-PPGBM per Agustus 2023 sebesar 22.3% kemudian meningkat menjadi 36.5% atau sekitar 13.441 anak menderita stunting di tahun 2024.

Hasil penelitian dan evaluasi status kesehatan masyarakat wilayah Kabupaten TTS menunjukkan bahwa perubahan peningkatan prevalensi stunting di Kabupaten TTS lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingginya angka penyakit infeksi menular, tingginya kasus anemia pada remaja putri dan ibu hamil, rendahnya pola konsumsi pangan yang beragam, lemah dalam praktik pola asuh ibu yang tepat baik pola asuh makan dan sanitasi higiene individu. Tiga faktor utama yang cukup berpengaruh adalah perilaku ibu terkait pangan dan gizi, tingkat pengetahuan gizi dan faktor kemiskinan.

Kebun gizi, ternak ikan dengan sistem tumpang sari tanaman sayuran (kangkung dan selada).

Upaya pendekatan sistematis dan terukur

Prof Intje Picauly bersama tim melakukan upaya penguatan perilaku pangan, gizi & kesehatan masyarakat melalui penerapan Inovasi Rumah Komunikasi Stunting (Rukom Stunting) di wilayah kerja polindes Oinlasi, Kecamatan Molo Selatan, dengan menargetkan semua keluarga rentan stunting (ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, balita, dan remaja putri, WUS dan PUS).

Baca juga : https://gardaindonesia.id/2025/07/dokter-andre-kelor-bantu-perempuan-susah-hamil-penderita-pcos/

Pendekatan secara sistematis dan terukur dilakukan dengan mendesain dan membentuk kebun gizi, pojok literasi, dan komunikasi, informasi, edukasi (KIE) elektronik.

Sementara, pengabdian kepada masyarakat dengan tema rumah komunikasi untuk mendukung percepatan penurunan stunting di Kabupaten TTS, bertujuan meningkatkan perilaku masyarakat terkait pengetahuan dan persepsi tentang pangan dan gizi, edukasi elektronik dan pojok literasi, dan meningkatkan asupan gizi keluarga risiko stunting (ibu hamil, ibu menyusui, anak balita dan remaja putri) melalui kebun atau dapur gizi yang berisikan kolam ikan lele dengan hidroponik sayuran (kangkung dan selada).

Tahapan kegiatan pengabdian

Pengabdian kepada masyarakat ini dimulai dengan melakukan survei awal dengan fokus data tingginya prevalensi stunting. Menurut data dan rekomendasi dari Dinas Kesehatan TTS jatuh pada Desa Oinlasi Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten TTS. Di mana pada tahun 2024 prevalensi stunting sebesar 39.2% terus meningkat pada tahun 2025 per Maret sebesar 52,3%.

Data hasil pengukuran tersebut sangat tinggi jika melihat posisi Desa Oinlasi Kecamatan Molo Selatan merupakan desa yang lebih dekat dengan Soe, ibu kota Kabupaten TTS. Posisi atau letak Desa Oinlasi menggambarkan daya jangkau masyarakat dengan sumber informasi dan sarana prasarana yang lebih memadai dibandingkan masyarakat di desa lain, namun tak demikian kenyataannya.

Pojok literasi

Tiga kegiatan pengabdian unggulan

Adapun tiga program kegiatan pengabdian kepada masyarakat dari Prof Intje Picauly beserta tim dilakukan di Desa Oinlasi untuk mendukung upaya penanggulangan masalah stunting adalah :

Pertama, kebun gizi atau dapur sehat. Tahapan ini dikerjakan untuk menjawab tantangan kemandirian pangan yang menjadi sumber masalah kecukupan masyarakat melalui kebun gizi atau dapur sehat. Adapun kebun gizi yang dikerjakan dengan pertimbangan luas lahan atau pemanfaatan lahan pekarangan yaitu ternak ikan dengan sistem tumpang sari tanaman sayuran (kangkung dan selada). Bertujuan menjamin ketersediaan pangan sumber protein hewani dan nabati serta vitamin, mineral dan serat sayuran; memotivasi dan menumbuhkan minat berkebun dan beternak ikan/ayam dengan lahan terbatas namun konsumsi pangan beragam bergizi terpenuhi untuk semua anggota keluarga.

Kedua, pojok literasi untuk meningkatkan minat baca dan rasa ingin tahu serta pengetahuan petugas kesehatan dan kader posyandu tentang aspek pangan, gizi, kesehatan keluarga beserta anggota keluarga berisiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita dan remaja putri.

Ketiga, mengubah perilaku masyarakat dengan KIE elektronik yakni edukasi Gizi’ku dengan transfer informasi melalui ToA dengan jangkauan pendengaran mencapai minimal 5—10 km dari pusat pemutaran materi. Melalui program dan alat ini semua materi dipersiapkan secara online dan diputar sebanyak 3 (tiga) kali sehari pada pukul 08:00, 13:00 dan 15: 00 Wita, berupa materi berbeda bersama lagu edukasi Gizi’ku.

Progres kegiatan pengabdian unggulan

Hasil pemantauan Prof Intje Picauly bersama tim selama 15 hari pelaksanaan kegiatan diketahui bahwa program edukasi elektronik Gizi’ku dan pojok literasi dapat diterima dengan baik, ditandai dengan tingkat keaktifan masyarakat dalam diskusi di kelas parenting ibu balita dan ibu hamil. Selain itu, tingginya jumlah kunjungan ke pojok literasi untuk membaca buku referensi yang tersedia.

Sementara dari program kebun gizi terlihat adanya rasa ingin tahu dan minat dalam meniru pola pertanian sistem tumpang sari yang dikerjakan. Paparan masyarakat, metode ini lebih efisien karena mereka tidak membutuhkan banyak air dan tidak terlalu sibuk menyiram, sehingga saat penyiraman kebun gizi, mereka bisa menggunakannya untuk aktivitas di dalam rumah dan luar rumah keluarga.

Jadi alternatif duplikasi program unggulan tekan stunting

Program Rumah Komunikasi Stunting (Rukom Stunting) bisa menjadi salah satu alternatif program intervensi sensitif dalam mendukung upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten TTS.

Program Rukom Stunting pun dapat diadopsi – inovasi ke wilayah atau kabupaten lain untuk ikut berkontribusi dalam rangka penurunan prevalensi stunting.(*)

Sumber (*/tim PKM Undana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *