Oleh : Roni Banase
Menapaki Pulau Lombok ibarat solah nasib (bahasa Lombok) yang bermakna nasib baik. Mengapa? Sebab bisa melahap keindahan, keramahan, eksotis pulau yang disebut Bali kedua itu merupakan anugerah-Nya.
Ya, Dia izinkan diri ini dan 18 teman media dari Nusa Tenggara Timur (NTT) menggapai kesempatan mengikuti perhelatan media gathering Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus bertajuk, “Energizing Moments Strengthning Connections” pada Senin, 30 Juni hingga Rabu, 2 Juli 2025.
Ini kesempatan sekaligus momen langkah bagi kami yang selama ini mengimpikan bisa menelisik dan menelusuri setiap lekuk Pulau Lombok, terutama bisa menginjakkan kaki di sirkuit bertarif internasional, Pertamina Mandalika International Circuit.
Panitia penyelenggara, JP Pro Bali dipercaya oleh Pertamina Patra Niaga mengatur alur perjalanan kami (41 jurnalis [19 dari NTT dan 22 dari NTB]) menuntaskan alur media gathering yang ditata dengan apik dan tersistem, mulai dari proses check-in online penerbangan, penjemputan di Lombok International Airport, pemilihan hotel di Raja Hotel Mandalika (masuk lokasi kawasan ekonomi khusus [KAK] Mandalika) hingga hand book guidence material yang harus disiapkan seperti sepatu gunung, jaket tebal, power bank, sarung tangan. Detail sekali hingga durasi waktu per event.
Pemilihan transportasi pun dipilah menggunakan mobil jenis HiAce nyaman dan lega, berasa saat kami harus bangun subuh pada Selasa, 1 Juli pukul 03:00 Wita kemudian menempuh dua jam perjalanan pada pukul 04:00 hingga 06:00 menuju bukit Selong di kaki Gunung Rinjani.
Puff, ternyata suhu dingin sekitar 16 derajat menyambut, saat membuka pintu mobil, dan asap kabut mengepul dari mulut. Dan rasa syukur berulang kali terucap saat kami menyantap panorama indah tak kala sinar matahari pagi (sunrise) menyeruak dari balik bukit lalu menyinari hamparan sawah di kaki bukit. Sungguh indah.
Beruntung diri ini telah menyiapkan sepatu khusus jenis Nike Air dan Vans untuk momen media gathering Pertamina Patra Niaga, berbekal hand book, termasuk pemilihan jaket bomber tebal dari Padu Padan Tenun.
Wait, beta spill ya jenis sepatu legendaris yang beta pakai,
Nike
Didirikan: 1964 (sebagai Blue Ribbon Sports), jadi Nike, Inc. Pada 1971. Pendiri: Phil Knight (pelari) & Bill Bowerman (pelatih atletik). Ikonik: Logo Swoosh & slogan “Just Do It”. Awalnya mendistribusikan sepatu Onitsuka Tiger (Jepang), lalu bikin desain sendiri. Terkenal lewat teknologi Air, Jordan, dan dominasi olahraga global.
Vans
Didirikan: 1966, California. Awalnya dibuat untuk skateboarder, jadi simbol subkultur. Desain klasik slip-on & Old Skool terkenal dengan motif kotak-kotak.
Eits, wait, kita setop bahas sepatu sebagai alas kaki penggerak ya. Kita bahas energi penggerak yang dilakukan Pertamina.

Pertamina sebar energi
Kali ini, beta ingin mengulas tentang sepatu bukan sebagai alas kaki dan fashion, namun sepatu sebagai sumber energi penggerak ekonomi sirkular di Desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur dan Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah.
Pada kedua lokasi berbeda berjarak tempuh tiga jam perjalanan atau 101 kilometer ini, Pertamina membuat tapak dan menggerakkan komoditas hortikultura unggulan. Layaknya di Sembalun, para petani kopi di kaki Gunung Rinjani menggapai program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) atau CSR Pertamina. Di lokasi pada ketinggian 1.277 mpdl ini, diberdayakan program petani kopi berbasis integrated farming dengan mengoptimalkan sumber daya lokal dan menciptakan proses produksi baru dalam pengelolaan kopi Arabika. Program ini melibatkan 55 petani yang tergabung dalam kelompok tani Lunaco.
Program ini dimulai sejak tahun 2022 berupa pengembangan kelembagaan, tahun 2023 pelatihan budidaya kopi, fasilitasi penjemuran kopi, dan penanaman bibit kopi. Kemudian pada tahu 2024, pengembangan produk turunan kopi dan penerapan teknologi tepat guna, pelatihan produk turunan dari limbah kopi, peningkatan produksi dan pengemasan, serta pengembangan greenhouse pembibitan. Lalu pada tahun 2025, Pertamina menginisiasi eduwisata kopi.
Ahad Rahedi, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus saat sesi coffee experience di Kebon Kupi Sembalune menekankan, Pertamina tak hanya sekadar menjual energi, namun memberikan energi yang berdampak bagi masyarakat.
Nah, transfer energi ini diejawantahkan Pertamina dalam bentuk TJSL atau CSR yang menyasar dan mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) naik kelas dan membentuk ekonomi sirkular.
Pertamina pecut ekonomi sirkular di Mandalika
Pada lokasi kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika seluas ±1.035 ha di sepanjang pesisir selatan Lombok, mencakup Pantai Kuta, Seger, Serenting, Mawi, dan Tanjung Aan, Berstatus KEK sejak penetapan Peraturan Pemerintah No. 52/2014 dan diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 20 Oktober 2017.
Pertamina mengambil peran pada MotoGP Circuit dengan nama baru Pertamina Mandalika International Circuit (4,32 km, 17 tikungan) dibangun Oktober 2019 oleh Vinci (Perancis), dan resmi dibuka November 2021. Sirkuit ini sudah menyelenggarakan MotoGP dan WSBK.

Pada sirkuit ini terdapat modular Pertamina untuk mendukung berbagai event balap di Sirkuit Mandalika. Modular tersebut disuplai dari terminal BBM (TBBM) Ampenan dengan kapasitas maksimum sekitar 15 kiloliter.
Dipaparkan Sales Branch Manager Area NTB, Tomi Wisnu Ramadhan, modular ini secara khusus digunakan guna menunjang kegiatan balap domestik maupun internasional di Mandalika.
Pada KEK Mandalika terdapat fasilitas: hotel bintang-lima (Pullman, Royal Tulip, Club Med, Marriott dan lainnya), desalinasi air laut, energi matahari, dan green infrastructure yang menonjol. Tak hanya itu, sirkuit Mandalika terkoneksi dengan Lombok International Airport (~17 km), peningkatan runway & apron, serta pengembangan pelabuhan kapal pesiar.
KEK Mandalika menyasar 2 (dua) juta wisatawan asing per tahun saat beroperasi penuh tahun 2025 dengan total investasi pembangunan ±Rp 2,2 triliun + investasi usaha ±Rp 28,6 triliun; sumbangan devisa diperkirakan Rp 7,5 triliun per tahun; penciptaan puluhan ribu lapangan kerja langsung & tidak langsung.
Tak hanya itu, pada kawasan ini juga dilakukan pemberdayaan lokal: UMKM, perempuan, dan komunitas adat didorong untuk aktif terlibat dalam bisnis turisme.
Layaknya, semangat Pertamina, tak hanya sekadar menjual energi, namun memberikan dampak energi kepada masyarakat.