Pemerintah telah meluncurkan Program Tunas dan menerbitkan PP Nomor 17 Tahun 2025 untuk memperkuat perlindungan anak di ruang digital.
Jakarta | Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, melarang pelajar sekolah dasar (SD) bermain Roblox karena platform tersebut dinilai mengandung unsur kekerasan dan kata-kata tidak pantas yang bisa berdampak negatif pada perkembangan anak.
Menurutnya, anak usia SD belum mampu membedakan antara adegan nyata dan rekayasa, sehingga cenderung meniru apa yang mereka lihat.
“Dengan tingkat kemampuan mereka yang memang masih belum cukup itu, kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat. Sehingga karena itu kadang-kadang praktek kekerasan yang ada di berbagai game itu memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari anak-anak,” jelasnya pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Pemerintah pun telah meluncurkan Program Tunas dan menerbitkan PP Nomor 17 Tahun 2025 untuk memperkuat perlindungan anak di ruang digital.
Larangan ini juga didukung oleh Kementerian PPPA dan Pengurus Besar Esports Indonesia (PB ESI), yang menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendampingi dan mengawasi penggunaan gadget oleh anak.
Orang tua disarankan untuk memilihkan game yang sesuai usia dan mengedepankan nilai edukatif, serta tidak serta-merta melarang anak bermain gim, terutama jika anak memiliki minat di bidang eSports.
Pendekatan literasi digital dan pola asuh yang seimbang diharapkan menjadi solusi dalam menghadapi tantangan digital di kalangan anak-anak.
Dilansir dari beberapa sumber, game Roblox memiliki kelemahan sebagai berikut:
1. Risiko keamanan dan interaksi online. Obrolan terbuka (chat) bisa digunakan oleh pemain lain untuk mengirim pesan kasar, ajakan berbahaya, atau penipuan (scam). Walau ada sistem penyaringan chat, celah tetap bisa dimanfaatkan oleh pengguna nakal. Bahaya predator online terhadap anak-anak masih jadi perhatian serius.
2. Dorongan untuk belanja Robux. Banyak game mendorong pemain untuk membeli Robux, mata uang virtual Roblox. Fitur berbayar seringkali memberikan keunggulan (pay-to-win). Anak-anak pun bisa menghabiskan uang sungguhan tanpa sadar jika akun terhubung ke kartu kredit atau dompet digital.
3. Beberapa game tidak mendidik atau kurang berkualitas. Karena semua orang bisa membuat game, maka banyak game yang kurang mendidik, mengandung kekerasan, konten dewasa, atau tidak sesuai usia anak. Dan dibuat asal-asalan hanya untuk mendapat Robux
4. Bisa bikin kecanduan. Karena gameplay-nya menarik dan terus berganti, anak-anak bisa bermain berjam-jam tanpa henti dan mengganggu waktu belajar, tidur, atau aktivitas fisik.(*)
Sumber (*/Goodnews + ragam)