Jakarta, Garda Indonesia | Direksi Bank NTT yang bertugas saat ini adalah kader-kader yang dipersiapkan sejak akan berakhirnya masa jabatan direksi pada kisaran masa bakti tahun2013—2017. Ada 29 orang yang kami kirimkan ke berbagai pendidikan manajemen dan terakhir ke “Rumah Perubahan Prof Renald Kasali”.
Demikian diungkapkan Daniel Tagudedo, Direktur Utama Bank NTT periode 2009—2016 kepada media pada momentum Hari Pers Nasional (HPN), Kamis 9 Februari 2023.
Daniel Tagudedo menuturkan, ia berdiskusi dengan Prof Renald Kasali bahwa manajemen ingin menyiapkan calon leader Bank NTT, karena saat itu dirinya sudah memasuki periode kedua.
Rencana menyiapkan leader Bank NTT pun didukung oleh Dewan Komisaris saat itu yang memiliki talenta-talenta hebat yakni Sekda Provinsi NTT, Bapak Frans Salem dan Bapak Prof Fred Benu, sehingga manajemen saat itu memiliki daya dukung yang luar biasa.
Jajaran direksi, imbuh Daniel Tagudedo, juga sering mendapatkan nasehat dari Pak Welem Nunuhitu dan Bapak Amos Corputi yang telah meletakkan dasar yang kuat bagi Bank NTT.
Beber Daniel, di Rumah Perubahan Prof Renald Kasali, para calon leader diberikan berbagai materi tentang strategi bisnis, tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dunia bisnis dan perbankan, serta tidak lupa simulasi-simulasi rapat direksi dengan dewan komisaris juga rapat umum pemegang saham, dan mereka diuji dan diberikan nilai.
Dari kondisi tersebut, maka manajemen saat itu sudah mengetahui siapa-siapa saja calon leader masa depan Bank NTT yang semuanya berasal dari internal Bank NTT.
Daniel Tagudedo menyampaikan kegembiraan saat mendengar manajemen baru Bank NTT yang dipilih oleh para pemegang saham diisi oleh Alex Riwu Kaho, Steven Messakh, Chris Adoe, Johny Praing dan Hilarius Minggu.
Menurutnya, potensi mereka sudah terlihat selama ia berada bersama-sama mereka. “Pak Alex Riwu Kaho pernah saya percayakan menjadi ketua tim penerbitan obligasi Bank NTT pertama dengan nilai perolehan dana obligasi Rp500 miliar dan setelah itu bahkan Bank NTT mampu menerbitkan obligasi lagi. Jadi, dari 29 orang yang disiapkan muncul 5 leader yang saat ini memimpin di Bank NTT, masih terdapat lagi beberapa yang mampu memimpin Bank ini di masa yang akan datang,” urainya.
Kinerja keuangan & permodalan Bank NTT posisi akhir tahun 2022 memuaskan
Berdasarkan data keuangan, nampak bahwa kinerja keuangan Bank NTT dalam kondisi sehat dilihat dari aspek pertumbuhan volume usaha, profitabilitas (kemampuan menciptakan laba), likuiditas, efisiensi, dan permodalan. Laba operasional (unaudited) tahun 2022 sebesar Rp.337 miliar, dan laba setelah pajak Rp.255 miliar, lebih tinggi dibandingkan laba operasional dan laba setelah pajak tahun 2019, 2020, 2021 (lihat Annual Report tahun-tahun tersebut) yang masing-masing 2019 laba operasional Rp329 miliar dan laba setelah pajak Rp236 miliar.
Pada tahun 2020 laba operasional Rp325 miliar dan laba setelah pajak Rp236 miliar, tahun 2021 laba operasional Rp310 miliar dan laba setelah pajak Rp.228 miliar.
Dijelaskan Daniel bahwa tren laba operasional dan laba setelah pajak ini menjadi bukti betapa manajemen Bank NTT saat ini berusaha menghasilkan profitabilitas secara maksimal, walaupun adanya “kebijakan penurunan suku bunga kredit PNS sebesar 5,5%”, atau rata-rata adanya potensi penurunan pendapatan bunga sebesar Rp263,8 miliar/ tahun yang tidak nampak secara kuantitatif karena adanya pendapatan bunga baru). Penurunan bunga kredit kepada PNS adalah kontribusi Bank NTT yang positif untuk meringankan beban pengembalian pinjaman para PNS kepada Bank NTT, yang jumlahnya mungkin saat ini sudah mencapai 60.954 PNS sebagai debitur (peminjam) di Bank NTT.
Rasio Kredit Bermasalah (Non Performance Loan / NPL) hanya 1,9% berada di bawah rata-rata NPL Perbankan Nasional, kinerja ini SANGAT SEHAT.
Jumlah Kecukupan Perhitungan Modal Minimum (KPPM) 26,55% adalah SEHAT, walaupun persyaratan modal Rp3 trilliun masih perlu diusahakan penambahannya sebesar +/-Rp.700 Milyar.
Merujuk kondisi tersebut, menurut Daniel, manajemen tentu sudah dapat mengantisipasi, antara lain melalui kerja sama dengan Bank DKI yang telah memenuhi persyaratan modal Rp3 trilliun dan juga Alex Riwu Kaho sangat memahami bahwa Bank NTT dapat menerbitkan obligasi sub-ordinasi sebesar Rp.1,5 triliun untuk menambah tier-2 yang akan memperhitungkan obligasi sub-ordinasi sebesar 50% sebagai tier-2, maka pemenuhan modal Rp3 triliun dapat teratasi.
Masih menurut Daniel, pemberitaan bahwa Bank NTT akan di-down grade menjadi BPR tidak akan terjadi. Penerbitan obligasi sub-ordinasi tersebut dapat menjadi sumber dana pembiayaan Infrastruktur dan mendorong pertumbuhan kredit produktif di NTT.
Dari aspek perkreditan, Daniel Tagudedo, melihat adanya terobosan-terobosan yang bagus untuk membiayai Sektor UMKM dengan sangat serius, hal ini terlihat dengan pembinaan Sektor UMKM dan penyediaan Kredit Mikro Merdeka adalah Inovasi Produk Kredit Mikro yang smart, didukung dengan digitalisasi transaksi yang semakin beragam.
Digitalisasi Transaksi
Pada bidang ini, Daniel Tagudedo yang saat ini menjabat sebagai direktur keuangan di salah satu perusahaan Bursa Efek Jakarta ini menyampaikan harus angkat “Dua Jempol” kepada manajemen dan karyawan-karyawati Bank NTT, karena telah melakukan transformasi di bidang transaksi perbankan Bank NTT ke-arah digital banking yang memang seharusnya dilakukan.
Seharusnya prestasi ini menjadi kebanggaan masyarakat NTT. Kalaupun terdapat kekurangan dalam melengkapi dokumen-dokumen perizinan dari Bank Indonesia, tentunya manajemen Bank NTT mampu untuk memenuhinya. Karena budaya kepatuhan (compliance nature) sudah terbentuk dalam kurun waktu 2 (dua) dekade ini di Bank NTT, sejak OJK menerapkan banking compliance system di Indonesia.
Manajemen Bank NTT mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi
Daniel Tagudedo yang telah mengikuti berbagai kursus perbankan diantaranya kepemimpinan dan pengembangan staf angkatan ke-26 (LIPPI 1992), Service Excellent Training (Bank Bukopin 1993), Manajemen Strategi dan Strategi Operasi Bank (P3M STIE Perbanas 1993), IBM Short Course-IBM AS/400 (IBM International Sydney 1995), pelatihan menajemen teknologi dalam peningkatan produktivitas dan kualitas kerja (Fakultas Tehnik Industri-ITB 1996), Comparison Studi on Rabbo Bank Eindovent (Rabbo Bank -Eindovent 1997), International Bussines Enggles (University of New South Wales-Setney Australia 1999), Bussines Intiligen Course (Markus Training-Inc); menekankan bahwa mereka yang memimpin Bank NTT saat ini telah disiapkan jauh hari sebelum mereka dipilih untuk memimpin Bank kebanggaan masyarakat NTT.
“Saya percaya mereka mampu melakukan mitigasi risiko terhadap berbagai tantangan yang dihadapi Bank NTT, baik itu internal maupun tantangan persaingan dan tantangan dampak pandemi Covid-19, krisis ekonomi dan krisis keuangan yang dikawatirkan banyak pihak,” ujarnya.
Selain dari pendidikan manajemen perbankan yang telah mereka lalui, tekan Daniel Tagudedo, pengalaman panjang yang mereka miliki selama menjadi karyawan Bank NTT, para direksi saat ini adalah pegawai Bank NTT yang meniti karier dari bawah hingga mencapai posisi puncak.
“Berikanlah kesempatan yang cukup bagi mereka untuk mengelola Bank NTT dengan tenang dan dengan skill yang mereka miliki, mereka butuh dukungan semua pihak di NTT untuk melayani lebih profesional dan lebih sungguh dan di tangan merekalah kita berharap mereka dapat mempersiapkan generasi pemimpin Bank NTT berikutnya, karena leader yang baik akan mampu menciptakan leader baru yang lebih hebat,” tandasnya.(*)
Sumber (*/tim)