SMA Katolik Syuradikara Atensi Isu Perubahan Iklim

Loading

Ende | SMA Swasta Katolik Syuradikara mengikuti sosialisasi Program Kampung Iklim (Proklim) dan berkomitmen menyuarakan isu perubahan iklim global. Via Program Kampung Iklim (Proklim) ini, SMA Swasta Katolik Syuradikara hendak menjalankan program dari Kementerian Lingkungan dan Kehutanan.

Adapun Proklim merupakan gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis masyarakat dan jadi salah satu langkah strategis membumikan isu perubahan iklim global yang mesti menjadi aksi bersama di tingkat lokal.

“Program ini adalah program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimulai sejak 2012,” kata Is Purnamawati Djafar, Kepala Bidang Tata Lingkungan dalam sosialisasi Program Kampung Iklim di halaman tengah Naungan Hijau Satu Syuradikara pada Jumat, 31 Mei 2024.

Is Purnamawati Djafar pun mengungkapkan melihat SMA Swasta Katolik Syuradikara memiliki banyak potensi, apalagi sudah ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri.

Bruder Kristianus Riberu, SVD, Kepala SMA Swasta Katolik Syuradikara merespons kegiatan sosialisasi secara positif dengan mengajak semua warga Syuradikara untuk melihat lingkungan sebagai subyek.

“Lingkungan hidup mesti dilihat sebagai subyek dan bukan sebagai objek,” kata Bruder Kris.

Ia menegaskan, sosialisasi Program Kampung Iklim akan memberikan dampak positif bagi tim Adiwiyata Sekolah, para guru, pendidik, tenaga pendidik, dan siswa-siswi untuk memiliki program serta semangat yang sama merawat dan menjaga ibu bumi.

“Kita SMA Swasta Katolik Syuradikara telah menjadi animator atau contoh atau pembuka jalan untuk sekolah yang lain,” tandasnya.

Dari kiri ke kanan Ibu El, Ibu Lupita, Ibu Is Purnamawati, Ibu Yusriani, Ibu Mety Taso, Bruder Kris, SVD.

Matilde Fransiska Weta, Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup (P2KLH) menyatakan rasa bangganya pun apresiasi atas raihan Sekolah Adiwiyata Mandiri dan keikutsertaan SMA Swasta Katolik Syuradikara menjadi bagian dari Program Kampung Iklim.

“Kita tidak boleh duduk manis, perlu kerja sama dan harus ada sinergi agar semua harapan bisa sukses,” tandas Matilde.

Sementara Yusriani, Pejabat Fungsional Pengendali Lingkungan, mengatakan, Program Kampung Iklim tidak terlepas dari usaha memperhatikan pengendalian perubahan iklim dan hidup rendah emisi gas rumah kaca.

Ia memberi contoh bahwa fenomena gas rumah kaca di Eropa pada saat sekarang semakin tinggi. “Mereka sengaja membuat efek rumah kaca untuk meningkatkan produksi pertanian mereka,” katanya.

Dijelaskannya, saat ini di seluruh dunia diwajibkan memberi komitmen untuk menurunkan gas rumah kaca. Ketika manusia membiarkan kondisi ini terjadi, maka bisa membawa dampak pada lapisan ozon yang menipis hingga berdampak buruk bagi manusia.

“Di sana akan dan kanker kulit, mata buta, dan lain-lain,” ungkap Yusriani.

Untuk itu, ia mengajak, kalau sekian anak siswa mengelola sampah dengan baik, menjaga bumi dengan cinta, maka krisis itu tidak menguasai  kehidupan manusia.

“Mari kita mendorong terlaksana aksi nyata seperti perlindungan mata air, penanaman pohon penyimpanan air seperti bambu, beringin, dan lain-lain,” ajaknya.

Diketahui, Sosialisasi Program Kampung Iklim (Proklim) diselenggarakan berkat kerja sama antara Dinas Lingkungan Hidup dan SMA Swasta Katolik Syuradikara sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri Nasional dan diikuti oleh para guru, pegawai, dan siswa-siswi.

Mari Bergerak Rawat Ibu Bumi.(*)

Sumber (*/Bruder Kris/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *