Kupang, Garda Indonesia | Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menghelat bedah dan launching buku “Umbu Sang Metiyem” karya Robertus Fahik dalam rangka HUT ke-78 Republik Indonesia pada Selasa, 22 Agustus 2023. Peluncuran buku ini guna mengenang 80 tahun Umbu Landu Paranggi (1943—2023).
Umbu Wulang Landu Paranggi adalah seniman Indonesia berasal dari Sumba yang sering disebut sebagai tokoh misterius dalam dunia sastra Indonesia sejak 1960-an. Ia lebih dikenal sebagai sosok “di belakang layar” yang mendorong para penyair muda untuk menjadi sastrawan.
Pada momentum ini, beberapa lembaga perbankan termasuk Bank Christa Jaya, turut mendukung suksesnya perhelatan. Terpantau, Komisaris Utama Bank Christa Jaya, Christofel Liyanto (duduk di deretan depan para tamu terhormat, red), tampak menekuni setiap deretan acara peluncuran buku kumpulan esai karya ayahanda dari Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi (seorang pejuang lingkungan hidup yang dikenal aktif sebagai Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nusa Tenggara Timur.
Tampak menjadi highlight Kadis Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT, Drs. Kanisius H.M.Mau, M.Si. Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd. Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Elis Setiadi, S.Pd., M.Hum. Akademisi, Dr.Lanny Koroh, S.Pd. M.Hum dan Penulis, Robertus Fahik.
Kris Liyanto, sapaan akrab pengusaha sukses dunia perbankan yang sementara menekuni dunia politik bergabung dengan Partai Gerindra, turut andil memberikan warna pada bedah buku “Umbu Sang Metiyem”. Kris pun mengungkapkan kehidupan masa mudanya pada tahun 1970-an, saat Umbu Landu Paranggi sementara viral di Yogyakarta.

Bagi Kris Liyanto, dunia sastra itu memberikan keseimbangan hidup. “Saya pengusaha dengan begitu banyak uang, namun kadang bingung juga dan tidak tenang dengan uang banyak itu,” ujarnya seraya menggapai respons berupa tawa dan tepuk tangan dari para peserta yang memadati ruangan perpustakaan.
Ayah dari tiga anak yakni Wilson Liyanto, Merlisia Liyanto dan Kerinton Liyanto ini pun membeberkan bahwa para sastrawan begitu mendapat ketenangan jiwa. “Kondisi ini membuat saya harus mengintrospeksi diri,” ujarnya sembari bakal memberikan apresiasi kepada penulis buku “Umbu Sang Metiyem” berupa bonus siaran di SKFM Radio dan mempromosikan lagu-lagu dari penulis.
Sementara itu, testimoni pun diungkapkan Umbu Wulang (anak dari Umbu Landu Paranggi), menyampaikan bahwa beliau orang yang abnormal bagi orang-orang yang normal. “NTT itu kurang percaya diri, selalu merasa minder, miskin, namun NTT telah berkontribusi besar kepada literasi bangsa Indonesia,” tekannya seraya menambahkan kita perlu menyeimbangkan kehidupan dengan lebih mengenalkan hidup.
Pada penghujung perhelatan, Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (YASPENSI) mengajukan rekomendasi tanpa intervensi kepada Pemerintah Daerah Sumba Timur untuk menggunakan nama “Umbu Landu Paranggi” sebagai nama jalan, gedung dan berbagai fasilitas umum.
Penulis (+roni banase)