Setiap tanggal 8 Juni, dunia memperingati Hari Laut Sedunia. Momen ini bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah pengingat akan peran vital samudra bagi kehidupan di Bumi dan tanggung jawab kolektif kita untuk menjaganya.
Laut, yang menutupi lebih dari 70 persen permukaan planet kita, sering kali hanya dipandang sebagai hamparan biru yang indah atau sumber daya perikanan. Namun, di balik permukaannya yang tenang maupun bergelora, tersimpan dunia yang penuh dengan keajaiban dan fakta-fakta menakjubkan yang jarang diketahui publik.
Jauh dari sekadar kumpulan air asin, lautan adalah sistem penopang kehidupan yang kompleks dan penuh misteri. Berikut adalah sejumlah fakta unik tentang laut yang dihimpun dari berbagai sumber, termasuk National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan lembaga penelitian lainnya.
1. Paru-paru Dunia Sebenarnya
Selama ini, hutan hujan Amazon sering dijuluki sebagai “paru-paru dunia”. Namun, predikat tersebut sejatinya lebih pantas disematkan kepada lautan. Diperkirakan sekitar 50-80 persen produksi oksigen di atmosfer Bumi berasal dari organisme laut, terutama fitoplankton.
Melalui proses fotosintesis, triliunan organisme mikroskopis ini menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen. Artinya, setiap dua tarikan napas yang kita ambil, salah satunya berasal dari kebaikan samudra.
2. Rumah bagi Pegunungan Terpanjang di Dunia
Jika ditanya di mana pegunungan terpanjang di dunia, banyak yang akan menjawab Pegunungan Andes di Amerika Selatan. Jawaban itu keliru. Jaringan pegunungan terpanjang di planet ini justru tersembunyi di dasar samudra.
Dikenal sebagai Punggungan Tengah Samudra (Mid-Ocean Ridge), sistem pegunungan bawah laut ini membentang sepanjang 65.000 kilometer mengelilingi bola dunia, hampir seluruhnya berada di bawah air. Jaringan vulkanik raksasa ini adalah tempat di mana lempeng tektonik Bumi terbentuk dan bergerak.
3. Lebih Misterius dari Permukaan Mars
Sebuah paradoks modern yang mencengangkan: manusia memiliki peta permukaan Mars dan Bulan dengan resolusi yang lebih tinggi daripada peta dasar laut kita sendiri. Hingga hari ini, lebih dari 80 persen wilayah lautan di Bumi sama sekali belum pernah dijelajahi, diamati, atau dipetakan oleh manusia.
Tantangan utama eksplorasi laut dalam adalah tekanan hidrostatis yang ekstrem, kegelapan abadi, dan suhu yang sangat dingin. Kegelapan ini menjadikan lautan sebagai “ruang angkasa” terakhir yang ada di planet kita sendiri, penuh dengan potensi penemuan spesies baru dan fenomena geologis yang belum pernah terbayangkan.
4. Galeri Seni Cahaya di Kegelapan Abadi
Pada kedalaman di mana sinar matahari tak mampu menembus, lautan memiliki caranya sendiri untuk menciptakan cahaya. Fenomena ini disebut bioluminesensi, di mana makhluk hidup menghasilkan cahayanya sendiri melalui reaksi kimia di dalam tubuhnya.
Dari ikan sungut ganda (anglerfish) yang menggunakan umpan bercahaya untuk menarik mangsa, hingga cumi-cumi dan ubur-ubur yang memancarkan cahaya untuk berkomunikasi atau sebagai mekanisme pertahanan diri. Dasar laut yang gelap gulita sesungguhnya adalah sebuah galeri seni alam yang hidup dan dinamis.
5. Arsip Sejarah Terbesar di Bumi
Dasar lautan adalah museum sejarah terbesar di dunia. Diperkirakan ada lebih dari tiga juta bangkai kapal yang tersebar di seluruh dasar samudra, mulai dari kapal-kapal kuno era Romawi hingga kapal perang dari Perang Dunia II.
Selain itu, sedimen di dasar laut menyimpan arsip iklim dan geologi Bumi yang membentang jutaan tahun ke belakang. Dengan mempelajari inti sedimen ini, para ilmuwan dapat merekonstruksi sejarah planet kita dengan detail yang luar biasa.
Peringatan Hari Laut Sedunia menjadi momentum untuk merefleksikan kembali hubungan kita dengan samudra. Fakta-fakta di atas menunjukkan betapa sedikitnya yang kita ketahui, namun sudah sangat besar ketergantungan kita padanya.
Menjaga kelestarian laut dari ancaman polusi plastik, perubahan iklim, dan penangkapan ikan berlebih bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Sebab, melindungi lautan pada hakikatnya adalah melindungi masa depan peradaban manusia itu sendiri.(*)
Sumber (*/Herman Nara Sura/Ragam)