Kebun Tafa—Pertanian Terintegrasi di Kota Kupang

Loading

Kota Kupang, Garda Indonesia | Pertanian Terpadu atau Integrated Farming merupakan praktik pertanian yang mengintegrasikan peternakan dan pertanian yang saling menguntungkan. Sektor pertanian mendapat keuntungan dari pemanfaatan kotoran ternak yang dijadikan pupuk kompos untuk tanaman sekaligus memperbaiki kualitas dan kesehatan tanah. Praktisnya, pertanian jagung yang menggunakan pupuk kompos dari limbah peternakan sapi dan peternakan sapi yang mendapat pakan ternak dari limbah pertanian jagung.

Pertanian terintegrasi tak hanya terdapat di desa, namun ada di perkotaan. Seperti Kebun Tafa yang mengusung konsep agrowisata dan memadukan pertanian terpadu. Memiliki luas lebih kurang 7 hektar, Kebun Tafa berlokasi di Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kebun Tafa dikelola oleh Eddy Lau selaku pemilik dan Emanuel Ricardo sebagai tenaga ahli pertanian.

Pantauan media ini, lahan yang semula berbatuan diolah menggunakan ekskavator kemudian ditanam jagung, sayur-sayuran, cabai, labu emas, melon, semangka, stroberi, dan beberapa jenis pohon buah. Terdapat juga kandang ternak sapi, ayam, babi, dan kalkun. Di lokasi kebun Tafa pun terdapat kolam ikan yang mana air pembuangan dipakai lagi untuk mengairi kebun buah.

Selain itu, Kebun Tafa memiliki beberapa rumah pohon dengan pelataran yang dapat digunakan sebagai wahana rekreasi keluarga maupun komunitas.

Kebun Tafa pun diresmikan oleh Penjabat Wali Kota George Hadjo pada Jumat, 21 Oktober 2022 pukul 12.20 WITA dan ditandai dengan panen raya Jagung Hibrida Pertiwi 5 bersama Penjabat Wali Kota Kupang, Ketua Komisi II DPRD Kota Kupang Diana Bire, Kadis Pertanian Kota Kupang Obed Kadji, dan Camat Maulafa, Herry da Costa.

Panen bersama jagung oleh Penjabat Wali Kota Kupang, Ketua Komisi II DPRD Kota Kupang, Pemilik Kebun Tafa, Kadis Pertanian Kota Kupang, dan Camat Maulafa.

Pemilik Kebun Tafa Eddy Lau menyampaikan lahan kebun seluas sekitar lebih kurang 7 hektar tersebut dikelola akibat dampak Covid-19. “Akibat Covid-19 membuat kami mengolah kebun. Awalnya mau mencoba di Fatukanutu, namun karena susah air dialihkan ke sini dengan menanam jagung pulut di lahan 5.000 m2,” ungkapnya.

Saat memanen jagung dan dipasarkan ke pasar, imbuh Eddy, namun susah dijual. “Kami mencoba menjual melalui media sosial dan laku terjual,” ujarnya sembari menyampaikan tak memahami tentang teknologi pertanian, kemudian bertemu teman sekolah Emanuel Ricardo dan Kadis Pertanian Kota Kupang hingga mengelola pertanian modern di Kebun Tafa.

Senada, Erick Asten (panggilan akrab Emanuel Ricardo, red) sebagai tenaga ahli pertanian Kebun Tafa mengungkapkan bahwa lokasi ini menggunakan sistem pertanian terpadu dan semua produk pertanian yang dihasilkan oleh Kebun Tafa tidak boleh keluar, yang boleh keluar hanya ternak atau olahan.

“Dengan pertanian terintegrasi kita berhemat air. Sebelum memakai air untuk menyiram, dipakai untuk menanam ikan (dari bak ikan) kemudian dialirkan ke kebun sayur dan jagung. Kemudian hasil dari jagung dibikin pakan ternak. Dan semua batang jagung tidak dibakar, namun diolah dengan proses fermentasi menjadi pakan ternak,” urai Erick Asten.

Ke depan, tandas Erick, Kebun Tafa bisa jadi tempat berlatih bagi mahasiswa magang untuk program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Penulis (+roni banase)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar