Sumbu Apresiasi Kantor Bahasa Provinsi NTT Kepada A A Nafis

Loading

Kupang | Kantor Bahasa Provinsi NTT mengapresiasikan hasil karya Haji Ali Akbar Navis (17 November 1924 – 22 Maret 2003; dikenal dengan nama A.A. Navis) seorang sastrawan, kritikus budaya, dan politikus Indonesia asal Sumatra Barat. Ia terkenal karena cerita pendeknya Robohnya Surau Kami (1956). Novelnya yang berjudul “Saraswati” diterbitkan kembali oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2002.

Sumbu apresiasi terhadap karya A A Nafis yang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa di dunia dan berhasil masuk dalam sastra dunia, diejawantahkan Kantor Bahasa Provinsi NTT dalam perhelatan gelar wicara dan lomba membaca puisi memperingati 100 tahun Sastrawan A. A. Navis.

Ragam lantunan puisi karya A A Nafis diperlombakan Kantor Bahasa Provinsi NTT dan diikuti oleh 24 peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa dan komunitas atau sanggar literasi pada Kamis, 10 Oktober 2024 pukul 08.00 —selesai di aula Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Elis Setiati, S.Pd., M.Hum. kepada media ini mengatakan, A A Nafis memiliki karya penuh kritikan dan satir, namun nilai-nilai dalam karyanya telah dinikmati oleh negara-negara yang telah masuk dalam UNESCO dan telah menerapkan penginternasionalan bahasa Indonesia.

“Karya A A Nafis universal dan telah menjadi pembaharu yang mendorong para sastrawan Indonesia dapat belajar ke luar negeri,” ungkap Elis Setiadi sembari mengungkapkan karya A A Nafis punya puisi air, perubahan iklim, bumi, dan dapat dinikmati oleh generasi muda.

Adapun lomba membaca puisi memperingati 100 Tahun A. A. Navis yang dihelat Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur dan berdasarkan penilaian juri didapatkan 6 pemenang antara lain:

  • Pemenang I, Madeleine Hasnamitha Leobisa dari Komunitas Sadar Literasi, hadiah uang tunai Rp700.000,-
  • Pemenang II Petrus Holan Deket Demon dari Universitas Nusa Cendana, hadiah Rp600.000,-
  • Pemenang III Maria Fransiska Somi Boli dari Unwira, hadiah Rp500.000,-
  • Pemenang IV, Philiphs Soubirus H. Ola dari Komunitas Sadar Literasi, hadiah Rp400.000,-
  • Pemenang V Yosefa Novriani Assitdari Universitas Nusa Cendana, hadiah Rp300.000,-
  • Pemenang VI Bernadete Anisa Neo dari Universitas Nusa Cendana, hadiah Rp200.000,-
Pose para anggota komunitas literasi dan pemenang lomba membaca puisi karya A A Nafis. Foto : Roni Banase
Biografi A A Nafis

Ali Akbar Navis lahir di Kampung Jawa, Padangpanjang pada 17 November 1924. Ayahnya bernama Nafis Sutan Marajo, mandor kepala Staatsspoorwegen. Ibunya bernama Sawiyah. Ia menyelesaikan studi di Ruang Pendidik Institut Nasional Syafei (INS) di Kayutanam pada tahun 1946.

Selepas sekolah, Navis pernah bekerja sebagai seorang pegawai pada sebuah pabrik porselen di Padang Panjang, kota kelahirannya. Ia kemudian menjadi seorang pegawai negeri. Dari tahun 1952 hingga 1955, ia merupakan Kepala Bagian Kesenian pada Jawatan Kebudayaan Sumatra Tengah, berkedudukan di Bukittinggi.

Pada awal kariernya, Navis aktif di dunia jurnalistik. Ia juga pernah memimpin harian Semangat sebagai pemimpin redaksi dari tahun 1971 hingga 1972. Dari tahun 1950—1958, ia juga pernah berperan sebagai penasihat ahli untuk RRI Studio Bukittinggi. Terakhir, ia bekerja sebagai manajer umum bagi percetakan Singgalang dari tahun 1982—1984.

Selain itu, Navis aktif pula sebagai seorang pengajar dan akademisi. Ia tercatat pernah mengajar sebagai guru gambar di Sekolah Kepanduan Putri Bukittinggi (1955—1958)dan dosen luar biasa pada Akademi Seni Karawitan Indonesia (kini Institut Seni Indonesia) Padang Panjang dan Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Andalas.

Dari tahun 1972 hingga 1982, Navis duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatra Barat sebagai wakil dari Golkar. Di partai ini, ia pernah duduk sebagai anggota Dewan Pertimbangan DPD Golkar Sumbar periode 1994 hingga 1999.

Karya spektakuler (cerita pendek) A A Nafis di antaranya Robohnya Surau Kami (1955), Hudjan Panas (1963), Bianglala (1963), Hujan Panas dan Kabut Musim (1990), Jodoh (1999), Kabut Negeri si Dali (2001), dan Bertanya Kerbau Pada Pedati (2002).

Penulis (+roni banase)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *