Kota Kupang, gardaindonesia.id | Kota Kupang sebagai salah satu dari 14 Kota di Indonesia yang menandatangani komitmen bersama membangun Kota yang inklusif, menyatakan kesiapan untuk membenahi dan mengadakan fasilitas ramah disabilitas di semua fasilitas publik.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Walikota Kupang Dr Jefritson Riwu Kore dalam Konferensi Pers bersama awak media cetak, elektronik dan online yang digelar oleh humanity & inclusion dengan tema NTT Bangkit Melalui Pembangunan yang Inklusif : Kota Kupang untuk semua dan Kabupaten Kupang yang Unggul; konferensi pers tersebut digelar di Ruang Rapat Assisten I Pemprov NTT, Jumat (21/12/18).
Walikota Jefry kepada media mengatakan peranan Pemkot dalam membangun infrastruktur. “Kita boleh katakan jalan lurus, penerangan lampu malam banyak tetapi tetap memperhatikan kebutuhan layanan para penyandang disabilitas,” ujarnya.
Lanjut Walikota Jefry, “Kami punya niat yang sungguh membangun kota kupang terutama membantu saudara kita penyandang disabilitas dimulai tahun ini (2018-red) termasuk semua panti asuhan,” jelasnya.
Walikota Jefry mengakui bahwa terdapat efisiensi anggaran sebesar 30 Miliar dengan alokasi 6 Miliar untuk pengadaan baju seragam sekolah dan 24 Miliar untuk fasilitas pendidikan namun tidak disetujui semuanya hanya sebesar 14 Miliar oleh legislatif.
Pemkot Kupang telah mulai mendata secara pasti lokasi rumah yang tidak beruntung, tidak peroleh hak. Jelas Walikota Jefry, “Pemerintah selama ini terkesan tidak punya mata dan telinga untuk membantu mereka namun terbentur pada aturan atau regulasi seperti tidak mendapat dukungan dari legislatif.”
“Saya sangat konsen membantu saudara kita karena saya mencalonkan diri sebagai walikota selama 3 (tiga) kali dan punya niat sungguh dan tulus membantu mereka,” ungkap Jerry
Sementara itu, Ketua Persani (Perkumpulan Tuna Daksa Kristiani) NTT, Serafina Bete mengatakan aksesibilitas sangat penting bagi kaum disabilitas. Seperti yang tersedia di Kota Kupang banyak yang belum sesuai dengan kebutuhan misalnya trotoar yang aksesibel untuk tuna netra namun sangat curam bagi disabilitas yang menggunakan kursi roda dan menggunakan tongkat.
“Keterlibatan kami (disabilitas-red) bagi pembangunan Kota Kupang yang inklusif sangat penting mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, kalo pemerintah berbuat sendiri dan bertindak sendiri tanpa standar maka akan sia-sia dan menambah anggaran,” ujarnya.
Penulis dan editor (+rony banase)