Denpasar-Bali, Garda Indonesia | Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan menjual lingkungan. Orang yang bepergian dari suatu daerah ke daerah tujuan wisata adalah ingin menikmati lingkungan, seperti pemandangan alam, atraksi budaya, arsitektur, makanan dan minuman, benda seni, dan lainnya yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Wakil Rektor II Undiknas. Dr. AAA. Ngr Sri Rahayu Gorda,S.H., M.M., MH. angkat bicara mengenai lingkungan. Pentingnya Lingkungan untuk mendukung kawasan Daya Tarik Wisata (DTW) tujuan wisata atau obyek wisata tidak dapat dibantah.
“Mungkin lingkungan bukan faktor utama yang menarik wisatawan berkunjung, tetapi faktor lingkungan juga berpengaruh signifikan bagi calon wisatawan untuk memilih daerah tersebut sebagai tujuan wisata,” ucapnya saat ditemui wartawan di ruangannya pada Sabtu, 23 November 2019.
Sri Rahayu Gorda mengapresiasi Pergub No. 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan Plastik Sekali Pakai dan Pergub Nomor 47 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. “Itu semua langkah cepat yang dilakukan pemerintah tapi itu semua perlu dijalankan dengan regulasi yang benar dan berkomitmen,”ujarnya.
Revolusi industri 4.0 akan mempengaruhi wisatawan terhadap cara melakukan perjalanan, salah satu caranya adalah mencari berbagai informasi terhadap daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.
“Bali sebagai pulau kecil namun sangat dikenal di seluruh dunia karena adat budaya yang masih sangat kuat terjaga sampai saat ini, dan juga keramahtamahan masyarakat Bali, sehingga menambah minat wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Seribu Pura ini,” ujar wanita lulusan S3 di Universitas Brawijaya Malang.
Konsep Pariwisata Bali mengusung Tri Hita Karana
Konsep pariwisata Bali yang tetap berlandaskan pada budaya yang dijiwai oleh ajaran Hindu yakni Tri Hita Karana. Yaitu Keseimbangan hubungan antara Manusia dengan Tuhan, Keseimbangan hubungan antara Manusia dengan Manusia dan Keseimbangan hubungan antara Manusia dengan Lingkungan.
Sri Rahayu Gorda menyikapi Isu terhadap pariwisata Bali akhir- akhir ini bahwa Bali Termasuk Destinasi Wisata yang Tidak Layak Dikunjungi tahun 2020, yang dimuat dalam media luar negeri Fodors.Com dengan berita mengenai isu masalah Sampah.
“Isu sampah yg dimunculkan di media internasional merupakan tamparan bagi Pariwisata Bali yang mana konsep pariwisata kita berlandaskan Tri Hita Karana di mana salah satunya adanya Keseimbangan Hubungan antara manusia dengan lingkungan,” tegasnya.
“Terlepas dari isu sampah yang berdampak terhadap pemberitaan Bali tidak layak dikunjungi tahun 2020, mari kita mencoba untuk berpikir lebih bijak dalam menyingkapi isu tersebut,” pinta Sri Rahayu Gorda.
Lanjutnya, Isu sampah ini sebagai auto kritik bagi kita semua untuk melakukan pembenahan. “Mari kita singkapi isu ini sebagai bentuk perhatian dari masyarakat dunia terhadap industri pariwisata di Bali, bahwa masyarakat dunia masih sangat cinta serta perhatian dengan pariwisata di Bali,”ajak Sri Rahayu Gorda.
Dengan adanya isu ini, diharapkan Bali dengan seluruh komponennya bekerja sama untuk berbenah mempercantik diri dari segala aspek yang mendukung pariwisata budaya Bali, termasuk Kebijakan dalam Pengelolaan Sampah.
Ini merupakan tantangan bagi Bali untuk benar-benar dapat menerapkan Falsafah Tri Hita Karana tersebut, tidak hanya sebatas wacana yang digunakan sebagai Komunikasi dalam memasarkan Pariwisata Bali.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa pesaing-pesaing pariwisata baru semakin gencar berbenah dan mempercantik diri untuk meningkatkan kualitas sarana prasarana pariwisata dengan tujuan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke negaranya. Vietnam, salah satu contoh pesaing terdekat kita yang kini semakin dilirik oleh wisatawan mancanegara,” imbuhnya.
“Mau tidak mau, isu sampah ini dapat kita gunakan sebagai pecut bagi kita untuk segera berbenah di segala aspek dan sesegera mungkin memecahkan masalah sampah ini. Dan dengan cepat dapat dikomunikasikan kepada masyarakat dunia bahwa Bali merupakan Destinasi Wisata yang sangat Layak dan sangat dijadikan prioritas utama untuk dikunjungi oleh wisatawan dengan segala daya tarik budaya serta keunikannya,” tandas Sri Rahayu Gorda.
Sumber berita (*/Letternews.id)
Editor (+rony banase)