Geliat Industri Rumahan Kelor & Jahe Merah Mbak Retno di Tengah Pandemi

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Jahe Merah atau empon-empon (bahasa Jawa, red) atau Zingiber officinale var. Rubrum adalah tanaman dengan rimpang berwarna merah dan ukurannya lebih kecil dari jahe putih/kuning (jahe badak).

Dilansir dari Kompas.com, Jahe merah menjadi salah satu ramuan tradisional yang paling sering diolah menjadi minuman yang dapat menghangatkan badan saat cuaca hujan. Namun, ada lain manfaat jahe merah untuk kesehatan yang dapat kita rasakan seperti memiliki sifat antiradang, mengatasi gejala osteoartritis, memperbaiki gairah seksual, dan meningkatkan kesuburan pria.

Selain itu, riset membuktikan bahwa manfaat jahe merah untuk kesehatan adalah peluruh kentut (karminatif), antimuntah, pereda kejang, antipengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, antimikroba dan parasit, antipiretik, antirematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

Di samping itu, jahe merah memiliki aktivitas sebagai immunomodulator untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia. Efek ini yang bermanfaat dalam pencegahan dan membantu dalam pemulihan melawan virus Corona.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, jika ada ingin membeli jahe merah dalam bentuk olahan bubuk yang telah dikemas dan dijamin higienis, maka dapat dijangkau sekaligus membantu industri rumahan Jahe Merah Mbak Retno yang berlokasi di Jalan Nangka RT 05 RW 02 Kelurahan Oeba, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara (NTT).

Selain itu, Mbak Retno juga mengolah kelor [marungga, red) menjadi berbagai jenis olahan makanan, minuman dan kecantikan. Lantas, bagaimana geliat industri rumahan kelor dan Jahe Merah dari pemilik nama lengkap B. Retno Kusumastuti, S.H. dan istri dari Ir. Eldy Toka ini, di tengah pandemi Covid-19 ini dapat bertahan? Simak wawancara Garda Indonesia dan Mbak Retno pada Kamis siang, 4 Juni 2020, di bawah ini:

Garda Indonesia : Bagaimana awal mula sampai dirintisnya usaha ini?

Mbak Retno : Fokus kita saat ini yaitu bagaimana mendapatkan uang untuk kelangsungan hidup kita, kebetulan saat ini kondisinya saat ini bisa dibilang sulit, tapi saya melihat ada peluang. Bahwa situasi saat ini adalah situasi yang abnormal, kondisi yang luar biasa, jadi saya tahu bahwa peluang yang bagus saat ini adalah jahe. Intinya supaya orang ke mana-mana itu harus sehat. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi empon-empon [jahe merah, red].

Garda Indonesia : Apa alasan utama menekuni usaha olahan jahe merah?

Mbak Retno: Alasan saya tertarik dengan ini tentu saja karena ada bakat turunan, jadi orang tua saya sudah menekuni jamu-jamuan baik itu kunyit putih, jahe, sencang maupun temulawak itu sejak 25 tahun yang lalu di Yogyakarta semenjak beliau pensiun dari kejaksaan. Makanya, mencari kesibukan dengan home industry.

Garda Indonesia : Sejak tahun berapa, Mbak Retno pindah ke sini [Kota Kupang, red) dan menekuni usaha ini?

Mbak Retno: Sebelum ke sini tahun 2016, saya memang biasa kerja dengan orang lain selama 30 tahun di Jakarta dan di sini juga mencoba kerja dengan orang lain, tetapi saya lebih rindu untuk punya usaha sendiri. Saya tertantang karena saya ingin mengasah talenta saya di mana saja. Setelah itu saya mencoba usaha kelor karena di sini budidaya kelor luar biasa. Kualitasnya sudah diakui dunia nomor 2 setelah Spanyol, hanya orang-orang masih sebatas mengonsumsi untuk makanan sehari-hari. Padahal kelor itu miracle tree. Pohon itu mempunyai banyak manfaat bahkan sangat tinggi kandungan gizinya sehingga ketika orang menganggap itu sebagai pilihan terakhir, bagi kami harus diangkat. Kita tidak hanya mengonsumsi itu saja tetapi dijadikan kapsul kelor atau nutrisi yang mempunyai manfaat untuk segala penyakit.

Garda Indonesia : Apa saja hasil olahan kelor yang dihasilkan oleh industri rumahan di sini?

Mbak Retno : Kami membuat teh seduh dan teh celup. Ada teman kami yang memanfaatkan kernel atau biji kelor kering untuk membuat minyak kelor karena minyak kelor ini sangat mahal sekali. Harganya itu bisa dibilang berkisar Rp.2 juta per liternya. Itu mereka gunakan untuk campuran kosmetik maupun parfum. Kami belum punya keahlian dibidang itu sehingga kita hanya masih memproduksi dan mencari pembeli. Dari ampas biji itu bisa dijadikan masker kelor. Manfaatnya tentu untuk kecantikan seperti kulit menjadi cerah, anti flek, anti keriput karena sangat alami dan tidak ada campuran apa pun. Kulit sensitif pun sebenarnya sangat aman, sejauh ini dipakai tidak ada komplain.

Garda Indonesia : Apakah semua olahan kelor tersebut memiliki waktu kedaluwarsa?

Mbak Retno : Kalau ditanya kedaluwarsa itu mengawetkan diri sendiri, mungkin di atas 2 tahun selama penyimpanannya benar.

Garda Indonesia : Apakah usaha kelor masih terus berlanjut?

Mbak Retno : Akhirnya, saat ini kami belum fokus pada kelor karena kami sedang berusaha membangun suatu jaringan di mana nanti kelor itu akan tetap dibudidayakan untuk lahan penghasilan bagi banyak orang. Terus kami beralih ke jahe walaupun mahal harganya tetapi kita ikuti pasar dan sangat dibutuhkan. Buktinya, kami mendapat undangan dari Disperindag Provinsi NTT untuk mengikuti bimtek selama 10 hari. Mereka sangat antusias karena ini untuk mengikis Covid-19 cepat berhenti.

Garda Indonesia : Apakah usaha ini sudah mempunyai izin termasuk label halal?

Mbak Retno : Kami sudah mengurus untuk izin usaha kecil lewat koperasi sehingga keluar izinnya agar lebih layak untuk beredar di masyarakat. Saya rasa dari pemerintah semakin mempermudah UKM di sini. Dari kemarin kita ketemu banyak orang itu ternyata usaha produksi minuman herbal itu lebih dari 20 orang di Kota Kupang. Itu luar biasa sekali karena berarti kita mencoba menjadikan empon-empon ini sebagai habit atau gaya hidup sehat. Jangan hanya berpikir hanya orang Jawa saja yang minum. Sebenarnya sangat bagus mengimbangi apa yang kita konsumsi sebab ada manfaatnya. Ini baru saya tekuni baru 3 bulan.

Garda Indonesia : Bagaimana respons Disperindag Provinsi NTT terhadap usaha kelor dan jahe merah di sini?

Mbak Retno : Menurut bapak Perindag ini sudah sangat bagus hasilnya untuk pemula. Kami menggunakan cara yang sangat sederhana tetapi kualitasnya sangat bagus. Saya mengedepankan heginitas atau kebersihan. Saya pastikan ini tidak ada pengawet, kimia dan sangat alami dengan campuran bahan-bahan yang sifatnya double action. Jahenya sudah bagus ditambah rempah-rempah pilihan kami yang kualitasnya sama dengan jahe. Jadi manfaatnya dobel. Sekarang banyak sekali pengetahuan tentang herbal dan kami sudah lihat semua itu.

Untuk mengenal dan memesan olahan Kelor dan Jahe Merah Mbak Retno, silakan menghubungi no whatsapp 081287860392.

Disperindag Provinsi NTT Dukung Industri Rumahan Mbak Retno 

Pose bersama Mbak Retno dan tim Disperindag Provinsi NTT saat kunjungan ke industri rumahan kelor dan jahe merah di Jalan Nangka Oeba

Sementara itu, Richye Manbait, S.T selaku PPK dan Dominggus Karvalfo selaku Kasie Fasilitas Industri Disperindag Provinsi NTT, saat kunjungan ke industri rumahan kelor dan jahe merah Mbak Retno pada Kamis, 4 Juni 2020 menyampaikan Disperindag Provinsi NTT melalui dana APBN mengalokasi anggaran untuk pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) dalam penanganan Covid-19.

“Salah satunya seperti ini yaitu minuman herbal. Kita budayakan teman-teman IKM yang membuat minuman herbal untuk nanti hasil dari semua produk ini akan kita salurkan ke Gugus Tugas Covid-19 Provinsi NTT dan selanjutnya akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan,” ungkap Richye.

Selain itu, imbuhnya, Ini stimulus untuk teman-teman IKM di saat kondisi yang sulit seperti ini agar mereka punya harapan dalam kondisi seperti ini. Konsistensi mereka tetap kita pertahankan. “Bukan hanya kegiatan ini, kita juga mempunyai kegiatan lain. Kemarin kita baru selesai dengan pembuatan masker untuk 30 orang IKM. Olahan kelor dan sabun cuci tangan dan hand sanitizer yang akan kita laksanakan dalam waktu dekat. Kita rencanakan di bulan ini kita selesaikan semua kegiatan dan semua hasilnya akan kita serahkan ke gugus tugas provinsi,” beber Richye.

Lanjutnya, “Kita dibidang perindustrian sendiri tidak bisa memberikan bantuan langsung ke IKM. Maka kita bungkus semuanya dalam kegiatan Bimtek yang fokusnya pemberdayaan IKM untuk Covid. Jadi teman-teman IKM ini kita berikan bahan, kemasan, insentif, uang saku dan uang transpor selama kegiatan.”

Ada pun besaran insentif yang diberikan Disperindag, beber Richye, teman-teman IKM akan menerima Rp.700.000,- selama 5 (lima) hari. Format Bimtek yang biasa kita lakukan terkontrol di dalam satu daerah, maksudnya kita kumpulkan di tempat latihan sekarang tidak bisa kita lakukan karena covid sehingga mesti menerapkan physical distancing.

“Kami mengubah formatnya dengan teman-teman IKM tetap berproduksi di tempat masing-masing dan kita yang mendampingi ke rumah produksi. Karena kalau kita kumpulkan dalam satu tempat akan melanggar protokol kesehatan,” tandasnya.

Penulis, editor dan foto (+rony banase)