Santi Taolin Diduga Mendurhakai Mama Kandung, Ini Kesaksian Gaspar Meda

Loading

Belu-NTT, Garda Indonesia | “Tanah itu dibeli oleh aci Kristin dan mendiang suaminya sebelum pindah ke Suai (Timor Leste). Waktu di Suai, saya dan almarhum setiap minggu turun Atambua untuk mulai rencana membangun rumah. Jadi, bangun dari fondasi sampai selesai itu, saya tahu persis karena saya sangat dekat dengan mereka,” urai Gaspar Meda, pensiunan Polisi 2017 lalu saat dihubungi Garda Indonesia via sambungan telepon, pada Rabu sore, 7 Oktober 2020.

Baca juga : http://gardaindonesia.id/2020/08/24/diduga-seorang-anak-di-belu-gelapkan-sertifikat-tanah-warisan-ayahnya/

Waktu itu, Gaspar mengisahkan, anak–anak masih kecil semua. “Hubungan saya dengan mereka seperti saudara kandung. Setiap hari Sabtu atau hari libur, saya dan almarhum pakai mobil pick-up hitam selalu turun Atambua,” ungkapnya.

“Jadi, kalau mau omong kasar, Santi itu belum tahu pakai celana! Rumah itu dia punya bapak mama yang bangun”, kisah Gaspar Meda, pensiunan Polisi 2017 lalu itu secara gamblang terkait kasus perebutan lahan antara anak dan mama kandung di Atambua, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mantan KBO Lantas Polres Belu itu menceritakan, bahwa saat eksodus tahun 1999, rumah itu sudah siap dihuni. “Jadi, tanah dan rumah itu bukan Santi punya. Itu hasil usaha bapak dan mamanya. Saya heran, masa Santi bilang ada surat wasiat dari bapaknya. Kalau ada surat wasiat kenapa tidak tunjukkan, sampai mama dan adik – adiknya tidak tahu? Sampai harus sembunyikan sertifikat dan balik nama. Mamanya masih hidup, kok ini anak bisa balik nama, dasarnya dari mana? Anak – anak itu, semua kenal saya, saya siapa? Waktu di Suai juga, saya yang cari tanah untuk mereka buka toko”, ungkap mantan Danpos Pasar Baru Atambua dan Motaain itu.

Baca juga : http://gardaindonesia.id/2020/08/26/bpn-belu-blokir-sertifikat-atas-nama-santy-taolin/

Meda yang adalah mantan KBO Intel itu pun sangat sesalkan sikap Santi Taolin terhadap mama kandungnya sendiri. “Ini, anak durhaka betul! Santi dan adik – adiknya itu punya hak yang sama. Itu, hasil keringat orang tuanya mulai dari buka kios kecil di Kaubele (wilayah Kabupaten T.T.U) sampai buka toko di Suai. Waktu di Suai, mereka anggap saya saudara. Ini, saya harus jujur sampaikan. Bahkan, oto (mobil) Rocky yang Santi dan suaminya pakai seperti milik pribadi itu, dia punya bapak kredit di Dili. Saya dan bapaknya yang pergi kredit di Mahkota Timor Diak. Beli oto saya tahu, beli bus saya tahu. Makanya saya bilang Santi, kau tidak kelirukah? Kau buat mama kandung model begitu? Saya menyesal itu. Saya sampai datang di Santi, saya bilang kalau kau berani, di atas tanah ini kita buat sumpah. Supaya kita lihat, tanah ini Santi punya atau mama punya? Termasuk itu bangunan. Kalau mama tiri, saya masih bisa telan ludah. Tapi, ini mama kandung, mama yang melahirkan dari rahim, kok bisa buat mama sampai model begini. Kita orang Timor, kalau sumpah itu tidak matikah? Kalau dia punya mama peras dia punya air susu, titi (ketok) di atas batu, dia tidak mati berdirikah? Jangan hanya karena harta mulia, kita jual supaya hidup senang – senang. Kasihan, itu mama kandung yang melahirkan. Saya tahu persis itu,” tegasnya.

Coba.., tandas Gaspar Meda, saya ada di situ, saya omong, Santi berani jawab saya?, tidak akan dia jawab saya satu kata pun!.

“Kau anak kemarin!, kau keringat berapa ada di situ? Makanya saya bilang, harus dibagi merata ketiga anak, karena itu bapak dan mama punya”, kesal mantan Kasat Bimas dan Kasubag Hukum Polres Belu itu. (*)

Penulis + foto: (*/Herminus Halek)
Editor: (+ ronny banase)