“Buah Naga Pakai Listrik” Petani Kefa Beralih dari Genset ke Listrik PLN

Loading

Kefamenanu, Garda Indonesia | Program Electrifying Agriculture ‘pelistrikan pertanian’ PLN di Kefamenanu menjadi dorongan bagi pelaku usaha di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sana banyak terdapat lumbung-lumbung bisnis yang dikerjakan oleh masyarakat maupun kelompok tani (Poktan) yang menanam dan mengolah Buah Naga dan Sayur Buncis di masa pandemi Covid-19.

Pada awal Juni 2021, warga diperkenalkan dengan PROLIGA “Program Listrik untuk Buah Naga” yang berlokasi di Desa Nunmafo, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, yang tercetus dari inovasi poktan di Pulau Jawa–Banyuwangi yang juga sudah bekerja sama dengan PLN.

Kali ini, masyarakat di Kelurahan Sasi Kecamatan Kota Kefamenanu merespons sinergi antara PLN dengan Pemda TTU, mengalihkan sumber tenaga listriknya yang sebelumnya menggunakan Genset menjadi Pelanggan Listrik dari PLN.

Alfonsius Tuames yang mengelola kebun Buah Naga di Kelurahan Sasi berkeinginan mengikuti inovasi yang telah diterapkan di Desa Nunmafo. “Setelah melihat ke perkebunan di Desa Nunmafo, saya melihat ada Buah Naga yang menggunakan listrik, terinspirasi dari hal tersebut mulai Agustus ini kami menggunakan listrik PLN dan semoga memberikan manfaat yang lebih seperti halnya yang ada di Jawa,” ungkapnya.

Alfonsius Tuames optimis bisa meningkatkan produksi karena frekuensi panennya yang bertambah, sehingga keuntungan yang didapat mengalami peningkatan signifikan sebelum menggunakan lampu.

Senada, Engel Bertus pemilik kebun Sayur Buncis di Kelurahan Sasi Kecamatan Kota Kefamenanu, yang sebelumnya menggunakan genset, kini telah beralih ke PLN. “Kami mengawali berkebun ini sudah setahun yang lalu bermula hanya di halaman rumah, tapi permintaan pasar yang meningkat kami harus beralih ke kebun yang lebih besar mencari lahan yang lebih luas selama 6 bulan terakhir,” urainya.

Foto bersama Manager PLN UP3 Kupang, Meyrina Turambi dan Petani Kefa saat hadir dan secara simbolis menyalakan listrik di lokasi pertanian

Karena lokasi yang jauh, imbuh Engel Bertus, kami mengalami kesulitan dalam penyiraman, maka menggunakan genset, namun biaya cukup tinggi, sehingga saat ini kami beralih ke PLN.

“Saat ini kami merasa manfaat menggunakan listrik karena lebih mudah mengoperasikannya dan biaya yang lebih murah,” ungkap Engel Bertus.

Lanjutnya menguraikan, “Sebelum menggunakan listrik PLN, sekali penyiraman butuh BBM (bahan bakar minyak, red) seharga 20 ribu, penyiraman dilakukan 2 hari sekali, kalau 1 bulan kurang lebih 500 ribu rupiah. Sedangkan menggunakan listrik PLN isi pulsa 50 ribu saja bisa digunakan untuk 2 minggu, sebulan kurang lebih 100—150 ribu, tergantung curah hujan saat itu. Jadi, kami bisa berhemat lebih dari 70,” tandas Engel Bertus.

Manager PLN UP3 Kupang, Meyrina Turambi berkesempatan hadir dan secara simbolis menyalakan listrik di lokasi pertanian pada Senin, 9 Agustus 2021, sangat mendukung program sinergi ini. “Kami mewakili PLN di NTT merasa senang bisa bersinergi dengan Pemda TTU yang mau mendorong warganya (kelompok tani maupun masyarakat) untuk bertani dan berkebun. Kami akan selalu melayani secara maksimal untuk menjadikan listrik menjadi pendorong peningkatan produktivitas pertanian, semoga semakin banyak masyarakat yang beralih dari Genset ke pelayanan listrik PLN.” kata Meyrina.

Sementara itu, Wakil Bupati TTU Eusabius Binsasi mengapresiasi langkah PLN dan sangat mendukung “Program Peningkatan Produktivitas Pertanian” dan berharap program ini terus berlanjut di seluruh wilayah TTU.

“Ke depannya, kita bisa sosialisasi bersama bahwa Listrik tidak hanya digunakan penerangan saja, namun bisa untuk kebutuhan lain yang lebih produktif,” ucap Wabup Binsasi. (*)

Sumber dan foto (*/Humas PLN UIW NTT)

Editor (+roni banase)