Pesona Pantai Teres: Potongan Surga di Serambi Selatan Kabupaten Kupang

Loading

Oleh : Marsel Robot dan Tim PKM Pusdibubpar LP2M Undana

Menyebut Pantai Teres, mungkin saja terasa tak renyah di telinga Anda. Tapi, kadang rasa tak renyah itulah yang mencubit hasrat dan merangsang  rasa ingin tahu tentang pantai yang eksotik ini. Pantai ini memang keren. Memamerkan lanskap garis pantai sejauh mata memandang. Tetapi, ada yang berbeda dengan pantai lain. Biasanya, bila kita menyebut pantai, maka segera terbayang akan pasir putih yang membentang sepanjang pantai. Lalu, Anda bisa berbaring, berjemur diri, dan mandi di laut, atau memandang atraksi pelaut dengan perahu-perahunya. Pantai ini menawarkan keindahan alami dengan batu-batu cantik, mungil, dan beraneka warna. Horizon pantai berbatuan menumbuhkan sensualitas bibir pantai. Konon, batu itu diturunkan dari gunung via sungai Teres  pada musim hujan.

Mengagumkan memandang batu-batu bagai butir-butir rindu yang menggelinding menuju perasaan Anda. Lebih lagi, bila malam tiba, di bawah remang purnama, batu-batu bulat sebesar kepala memperlihatkan siluet (bayangan)  perempuan cantik dan  sedang bercumbu dengan cahaya bulan, pun dimeriahkan oleh  konser suara ombak. Titik-titik cahaya purnama menetes di atas batu-batu seakan  membias di hati.

Bila malam tiba, di bawah remang purnama, batu-batu bulat sebesar kepala memperlihatkan seluit (bayangan)  perempuan cantik dan  sedang bercumbu dengan cahaya bulan yang dimeriahkan oleh  konser suara ombak

Menikmati eksotika Teres paling sempurna bila dipandang dari Gunung Fatu Broun. Gunung batu dengan ketinggian kurang lebih  + 117 meter ini seakan teras untuk memandang Teres. . Bentuknya   mirip anjungan kapal yang sedang menuju Teres. Fatu Broun seakan sengaja diletakkan Tuhan di tempat yang hanya 2 km dari Pantai Teres agar siapa pun dapat mengeja keindahan Pantai  Teres dan alam sekitarnya. Kini  teras Teres (Fatu Broun) itu sedang didandani pemerintah Kabupaten Kupang.  Jalan menuju puncak Fatu Broun telah  dibuatkan tangga semen. Di atas puncak telah dibangun lopo. Di Lopo puncak batu inilah Anda bisa menikmati  pesona Pantai Teres, mereguk kopi dengan usapan sesilir angin di ubun Fatu Broun, suntuk menunggu purnama berarak dari ufuk Timur.

Fatu Broun  dengan ketinggian + 117 meter menjadi teras untuk memandang Teres. Terasa begitu sempurna jika berada di sini. Bentuknya mirip anjungan kapal. Salah seorang anggota tim PKM Pusat Studi Kebudayaan dan Pariwisata Undana, Aleks Madu berpose di anjungan batu yang seakan sedang menuju Pantai Teres

Pantai Teres terletak di serambi selatan Kupang. Tepatnya, di Kelurahan Buraen, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jika hendak ke Pantai Teres, dapat diakses melalui Kota Kupang 60 kilometer, ditempuh selama 1.5 jam  hingga Pantai Teres. Melalui jalan Timor Raya hingga Pasar Oesao, mengambil belokan kanan menuju Oekabiti, Kota Bes, Sonraen, Buraen, hingga Pantai Teres.

Anda boleh santai dengan menggunakan mobil atau kendaraan pribadi, atau menggunakan mobil rental yang stay di Kota Kupang dengan sewa  harian 400—600 ribu rupiah jenis Kijang Avansa, Innova, dan Fortuner.  Jalan boleh dibilang mulus. Setelah melewati wilayah Kota Bes, Anda akan masuk terowongan hutan lindung yang sejuk hingga tiba di Sonraen.

Kondisi jalan raya di Fatu Broun mulus. Kurang lebih 2 kilometer dari Pantai Teres

Satu lagi  jalur akses yang tak kalah asyiknya melalui lingkar selatan, Kota Kupang, Bolok, terus melingkar wilayah selatan hingga Pantai Teres. Perjalanan sepanjang pantai selatan dapat ditempuh selama 4 jam. Jalan laburan aspal (Buras) sedang dikerjakan. Ini memang terobosan Pemerintah Kabupaten Kupang yang paling prospektif untuk membangun sektor pariwisata di kabupaten ini. Bupati Kupang, Korinus Masneno menyebutnya “Cincin Indah Selatan.” Akan tetapi, kelelahan Anda akan terbayar dengan suguhan alam pantai selatan yang benar-benar memesona.

Jika Anda ingin menikmati keheningan alam dan seruan binatang malam menyahut kelam, tentu harus menunggu malam. Sayangnya, sementara belum ada vila di sana. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang, Pieter Sabaneno, tahun depan akan dibangun vila. Listrik,  air bersih dan toilet tersedia di rumah penduduk. Akses internet memang belum ada di Pantai Teres. Keadaan itu, tentu saja memberikan kesempatan agar Anda lebih suntuk menikmati eksotika Pantai Teres  bersama keluarga dan kolega  atau spesial bagi yang berbulan madu.

Bila malam tiba, di bawah remang purnama, batu-batu bulat sebesar kepala memperlihatkan siluet  (bayangan)  perempuan cantik dan  sedang bercumbu dengan cahaya bulan yang dimeriahkan oleh  konser suara ombak. Titik-titik cahaya purnama menetes di atas batu-batu seakan  membias di hati.

Di atas Fatu Broun ada lopo -lopo yang dibangun pemerintah. Dari lopo itu, kita  dapat melahap sepuasnya keindahan alam Teres dan sekitarnya

Bagi wisatawan mancanegara yang hendak ke Pantai Teres dan destinasi lainnya di pulau itu, sebaiknya menukar uang asing dengan uang rupiah di Kupang. Sebab, di Buraen belum tersedia fasilitas itu. Di lokasi Pantai Teres dan Buraen belum ada  Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk mengambil uang. Anda bisa mengambil uang di ATM BRI Pasar Oesao. Toko suvenir belum ada. Restoran dan apotek  juga belum tersedia di lokasi Pantai Teres. Anda bisa mendapatkan Obat-obatan yang diperlukan di Amarasi. Jika Anda bepergian dan menginap, maka bawalah semua perlengkapan konsumsi dari Kupang atau dapat membelinya di Buraen. Makhlum, Teres sedang didandani pemerintah Kabupaten Kupang.

Sekadar mau jujur, pilihan menikmati keeksotikan Pantai Teres kala sunrise (matahari terbit) dan kala bulan purnama. Cahaya mentari pagi seakan membuka tirai timur dan lenguh  sapi menuju punggung-punggung gunung  untuk merumput. Bila kelam mulai mengendap, bulan mulai berpose di balik awan dengan gradasi warna yang membias di batu-batu pantai, sunyi memagut, maka rasanya begitu penting untuk memberi makna pada hidup dan pose indah seperti ini. Kadang hadir refleksi tentang keagungan Tuhan. Kita seakan  diundang kembali “ke dalam diri,” ke dalam kesadaran tentang cinta, keindahan, dan kenikmatan yang menggerakkan seluruh hidup kita. (*)

Foto utama utama dan pendukung oleh PKM Pariwisata Undana