Hujan Angin Musim Kemarau, Lion Air Tunda Mendarat di Kupang

Loading

Kapten pesawat Lion Air JT-270, Bimantoro Putra kepada Portal Berita Garda Indonesia menyampaikan, cuaca Kota Kupang sangat berkarakter seperti cuaca buruk hingga angin kencang 25 hingga 30 knot yang mendesak penundaan pendaratan.

 

Kupang | Pesawat Boing 737-900, Lion Air nomor penerbangan JT-270 dari Bandara Internasional Ngurah Rai Bali tujuan Bandara El Tari Kupang terpaksa menunda mendarat atau landing pada Jumat siang, 30 Mei 2025.

Pesawat ini dijadwalkan mendarat pada pukul 11:40 Wita, namun tiba lebih awal pada pukul 11:30 Wita, dihadang hujan dengan intensitas sedang disertai angin kencang yang mengguncang badan pesawat.

Diungkapkan salah satu penumpang, Rizky (35), pilot Lion Air JT -270 telah menyiapkan pendaratan, namun kembali menerbangkan pesawat yang membawa penumpang dewasa dan beberapa anak.

“Pilot terpaksa membatalkan pendaratan akibat hujan deras disertai angin kencang,” paparnya.

Pasca-pembatalan penerbangan, pilot Lion Air JT-270 mengumumkan kepada para penumpang, untuk sementara berputar sekitar 5 hingga 10 menit. Akhirnya, pesawat pun berhasil mendaratkan ban dengan sempurna pada pukul 11:58 Wita.

Ucapan doa syukur hingga tepuk tangan pun dilayangkan beberapa penumpang. Mama Yuli Niron (62) menyampaikan rasa syukur dengan melakukan tanda salib menurut tata ibadah umat Katolik.

“Kita wajib memberikan apresiasi dan terima kasih kepada Tuhan, jika pendaratan pesawat berhasil,” ucapnya.

Kapten pesawat Lion Air JT-270, Bimantoro Putra kepada Portal Berita Garda Indonesia menyampaikan, cuaca Kota Kupang sangat berkarakter seperti cuaca buruk hingga angin kencang 25 hingga 30 knot yang mendesak penundaan pendaratan.

“Jika dipaksakan, landing bakal jauh. Misalnya, seharusnya berhenti pada target landasan, namun bisa meleset hingga membahayakan penerbangan,” ucap Bimantoro Putra dengan riwayat 5.500 jam terbang.

Beberapa hari sebelumnya, Kota Kupang diguyur hujan deras musim kemarau dengan intensitas cukup deras hingga menyebabkan terganggunya jaringan listrik pada Kamis, 29 Mei 2025 pukul sekitar pukul 15:10—22:10 WITA.

Terpisah, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Nusa Tenggara Timur (FPRB NTT), Norman Riwu Kaho dalam desiminasi kepada masyarakat menyebutkan pergantian hari menuju bulan Juni, tapi “rasa” seperti bulan Desember.

Disimak dari citra Himawari-9 BMKG pada Kamis, 29 Mei 2025 pukul 12.20 Wita terjadi hujan pada sejumlah kota di NTT. “Hujan bukan hanya di Kota Kupang, tapi juga terjadi di sejumlah lokasi di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan mungkin sejumlah lokasi di Timor Barat,” ungkapnya.

Dipaparkan Norman Riwu Kaho, hujan deras hingga angin merupakan bagian dari variabilitas iklim mengingat area cakupan tidak luas. Dan, seharusnya kondisi cuaca seperti ini tidak akan terlalu lama sebelum kembali pada “rupa asli” yaitu musim kemarau dan kekeringan.

“Tapi, kalau dibandingkan dalam 10 tahun terakhir, semakin jelas bahwa pergeseran musim atau pola musim yang makin tak menentu makin sering terjadi menjadi penanda ini adalah bagian dari dampak perubahan iklim,” tandasnya.

Penulis (+roni banase)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *