Pelanggan PLN di Bali Bakal Dapat ‘Kompensasi Blackout’ 2 Mei

Loading

Pemberian kompensasi diperkirakan bakal berjalan 1—2 bulan pasca-kejadian blackout melalui tagihan bagi pengguna pascabayar atau token bagi pengguna prabayar.

 

Denpasar | PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali akan memberikan kompensasi akibat terputus jaringan kelistrikan atau blackout yang terjadi pada Jumat, 2 Mei 2025 lalu.

Dilansir dari tirto.id, Senior Manager PLN UID Bali, Putu Eka Astawa, seusai rapat dengan PLN UID Bali di Gedung DPRD Provinsi Bali pada Senin, 19 Mei 2025, mengatakan saat ini, PLN UID Bali sedang berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengenai data pelanggan yang terdampak. Kompensasi tersebut merujuk pada Peraturan Menteri (Permen) ESDM dengan besaran 50 persen hingga maksimum 200 persen dari biaya beban.

“Nanti akan ada mekanisme melalui tagihan yang akan dibayarkan oleh pelanggan kalau dia pelanggan pascabayar atau melalui token kalau dia pelanggan prabayar,” ungkap Putu Eka Astawa.

Eka mengeklaim, proses untuk memberikan kompensasi kepada pelanggan PLN tersebut memerlukan waktu yang cukup lama, biasanya satu hingga dua bulan setelah kejadian. Hal tersebut disebabkan karena memerlukan data terkait dengan pelanggan yang terdampak dan durasi pemadaman yang terjadi.

“Nanti kalau sudah penetapan, langsung seluruh pelanggan akan diberikan. Ini yang berhak menerima, nanti akan kita eksekusi secara langsung,” ujarnya.

Kejadian blackout tersebut menjadi bahan evaluasi bagi PLN untuk melakukan corrective action (langkah korektif) terhadap pembangkit yang ada. Menurut Eka, saat ini reserve margin (persentase cadangan daya pembangkit) di Bali baru mencapai 15 persen, kurang dari batas aman di angka 25 persen ke atas.

“Makanya di tahun 2025 ini, kita membangun tambahan 280 MW dan sudah beroperasi 60 MW di bulan Maret. Di bulan Juni ini jadi 110 MW totalnya dan nanti di bulan November semua beroperasi atau 280 MW. Ini harapannya akan mampu memperbaiki pencadangan daya Bali dengan asumsi pertumbuhan 10 persen di tahun 2025 ini,” ungkapnya.

Pada kesempatan sama, PLN juga buka suara mengenai penyebab dari pemadaman massal di Pulau Dewata tersebut. Menurutnya, blackout terjadi karena ketidakseimbangan antara pembangkit dan beban sehingga terjadi overload atau oversupply. Proses pemulihan yang cukup lama disebabkan karena beberapa pembangkit ada dalam proses pemeliharaan.

“Kita mengantisipasi kondisi blackout saat itu dengan kondisi pembangkit yang ada. Makanya, penormalannya cukup lama karena ada beberapa pembangkit yang baru bisa menyalurkan energi setelah 10 hingga 12 jam, seperti Celukan Bawang. Itu karena memang pembangkit batubara ini, ketika terjadi gangguan bisa mencapai 10 jam (perbaikannya),” tandas Eka.(*)

Sumber (*/Sandra Gisella/tirto.id)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *