Palu-Sulteng, gardaindonesia.id – Gempa dan tsunami di Kabupaten Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, memunculkan empati dari berbagai pihak. Penanganan para penyintas belum sepenuhnya terpenuhi di wilayah-wilayah dengan Medan sulit ditembus. Korban tewas pun belum semuanya ditemukan.
Perhatian terhadap para survivor korban gempa-tsunami Palu juga direspons cepat oleh Organisasi Ikatan Media Online (IMO)-Indonesia yang membuka posko penggalangan bantuan di setiap Dewan Pimpinan Wilayah.
IMO-Indonesia menggalang donasi secara nasional untuk ikut membantu para korban gempa yang masih bertahan. Data terbaru pada Sabtu, 6 Oktober 2018 donasi yang telah terkumpul senilai Rp 3.500.000.
Penggalangan donasi IMO-Indonesia dilakukan sampai pada 25 Oktober 2018 dan akan dikirimkan secara serentak ke Posko Utama IMO-Indonesia di Gorontalo untuk Gempa-Tsunami Palu.
Upaya Penanganan Penyintas di Pengungsian
Kondisi para penyintas (Orang yang mampu bertahan hidup, red) sebagian mengungsi di Posko Kabupaten Sigi. Mereka berasal dari dua wilayah yakni Kelurahan Petobo dan Desa Jonooge, Kecamatan Biromaru yang rumahnya hilang ditelan lumpur akibat fenomena likuifaksi. Jumlah pengungsi mencapai ribuan orang.
Perut bumi memuntahkan lumpur, menenggelamkam rumah, kendaraan, jalan, bahkan menyeret Kampung Petobo hingga dua kilometer. Hampir seluruh bangunan di wilayah tersebut rata. Lumpur yang tiba-tiba muncul dari permukaan tanah telah menyapu seisi daratan di kedua wilayah tersebut.
Untuk mengkoordinir bantuan logistik kepada para pengungsi tersebut, Danbrigif 022/Ota Manasa Kolonel Inf Verianto Napitupulu mengerahkan 34 personelnya dalam menyalurkan bantuan kepada para pengungsi.
Danbrigif menjelaskan selain penyaluran logistik pihaknya juga melakukan bantuan pengamanan di sepanjang rute penyaluran logistik. “Disamping penyaluran logistik, kita juga fokuskan kepada pengamanan logistik yang akan disalurkan ke beberapa desa di Kecamatan Biromaru sampai dengan aman kepada saudara yang membutuhkan,”ujarnya.
Danbrigif menambahkan, pengamanan bantuan ini dilakukan karena masyarakat diduga kerap melakukan aksi penjarahan di sepanjang rute Sigi Biromaru. Ia mengatakan ada sebanyak dua puluh truk militer yang mengangkut pasukan dikerahkan untuk mengamankan rute tersebut.
Sementara di Kelurahan Petobo dan Langaleso yang sudah berubah menjadi lautan lumpur, terdapat 800 KK yang belum ditemukan. Untuk itu 90 prajurit TNI dari Zipur 8/SMG dipimpin Kapten Czi Basor Hermawan, fokus melaksanakan penyirisan pencarian korban yang diduga tertimbun lumpur, Sabtu (6/10/2018).
Proses evakuasi masih akan terus dilakukan karena diperkirakan masih banyak korban tertimbun lumpur dan reruntuhan bangunan.(*/Tim IMO)