Menjayakan Bahasa dan Sastra Indonesia melalui Semarak Bulan Bahasa

Loading

Kupang-NTT,gardaindonesia.id | Semarak Bulan Bahasa merupakan agenda rutin dari Kantor Bahasa NTT dan dilaksanakan setiap tahun pada bulan Oktober. Dalam tahun 2018 ini, Semarak Bulan Bahasa bersamaan dengan Kongres Bahasa Indonesia Ke-11 dan terdapat 7 (tujuh) kegiatan lomba dan pemberian penghargaan Bemo RAISA (Bemo Ramah Bahasa Indonesia)

Dilaksanakan di Taman Budaya Gerson Poyk tanggal 24—25 Oktober 2018, berbagai kegiatan yang dilombakan yakni Lomba Musikalisasi Puisi bagi Guru SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Se-Kota dan Kabupaten Kupang; Lomba Mewarnai bagi Siswa TK B; Lomba Mendongeng bagi Guru TK/PAUD; Lomba Baca Puisi bagi Siswa SD/MI; Lomba Bercerita Cerita Rakyat bagi Siswa SMP/MTs; Lomba Cerdas Cermat Bahasa bagi Siswa SMA/SMK/MA dan Lomba Istilah Hari Ini bagi Mahasiswa D-3 dan S1

Kepala Kantor Bahasa Nusa Tenggara Timur(NTT), Valentina Lovina Tanate,S.Pd., sebelum sesi pembukaan Semarak Bulan Bahasa 2018 mengatakan, melalui bahasa; jati diri kita dibentuk karena melalui karya sastra, kepribadian anak-anak tumbuh dan berkembang.

“Kami berharap dengan kegiatan lomba Semarak Bulan Bahasa, anak-anak di Kabupaten dan Kota Kupang semakin mencintai bahasa sebagai sumber ilmu dan suka membaca. Semarak Bulan Bahasa merupakan agenda rutin Kantor Bahasa NTT dan berharap lomba-lomba yang dilaksanakan dapat sesuai dengan tingkat apresiasi sastra di sekolah,” pinta Kepala Kantor Bahasa NTT.

Pacu Literasi Anak Melalui Kecintaan terhadap Bahasa dan Sastra

Degradasi moral terjadi dalam dunia pendidikan saat ini. Moral generasi muda saat ini sangat berbeda jauh dengan generasi sebelumnya (20 tahun lalu) namun masih banyak yang mempunyai perilaku santun dan tata krama baik dan sedikit yang berprilaku negatif.

Sastra merupakan salah satu wadah bagi anak-anak agar bisa mempelajari nilai moral dan nilai kehidupan yang terkandung didalamnya, sastra harus tumbuh dan hidup dalam lingkungan sekolah. Mereka harus dirangsang juga bertumbuh agar kreatifitas dapat bertumbuh. Pembelajaran sastra tidak cukup hanya dengan memasukkan teori tentang sastra namun harus diajarkan bagaimana menikmati dan mengapreasi satra dan memproduksi karya sastra.

“Disinilah permasalahan, literasi kita di NTT masih dibawah standar. Jangankan literasi tulis, literasi baca pun, anak-anak harus dipaksa dulu agar mau membaca. Saya rasa bapak/ibu guru mengalami kesulitan tersebut di sekolah, anak-anak dalam era saat ini lebih memilih gawai (gadget) daripada membaca,” ungkap Valentina, sesaat sebelum pembukaan Semarak Bulan Bahasa, Rabu/24 Oktober 2018.

Kepala Perpustakaan Negara, Ir Frederik Tielman mewakili Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat membuka dengan resmi Semarak Bulan Bahasa 2018. Tampak hadir Kadis Kebudayaan NTT, Piter Manuk, Kadis Pendidikan Kota Kupang, Filmon Lulupoy dan Sekretaris Perhubungan Kota Kupang. (+rb)