Pesona Alam Pantai Shafar Lamakera

Loading

Flotim-NTT, Garda Indonesia | ‘Solor batu banyak, makan batu berak jagung’, Sebuah julukan lama yang selalu kuingat hingga kini. Julukan yang mendalam dan penuh makna. Solor nan eksotis tampil cantik diantara gugusan pulau-pulau di wilayah perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

Pulau Solor masuk dalam Kabupaten Flores Timur dan dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah kecamatan.

Kali ini aku dan teman-teman yang tergabung dalam Ikatan Guru Indonesia (IGI) menuju ke arah timur Pulau Solor, tepatnya di Desa Watobuku, Lamakera.

Sebuah desa yang memiliki pantai yang unik. Pantai indah dengan riak ombak yang romantis memecah di kesunyian Desa Watobuku, pantai dengan barisan batu karang berwarna hitam pekat, berpasir putih dan yang menarik bagiku adalah deretan bebatuan alam yang menghiasi bibir pantai hingga ke bukit di dekat pantai

Salah satu susunan batu di Pantai Shafar di Desa Watobuku

Susunan bebatuan alam seolah membentuk pasukan penjaga pantai alami. Susunan batuan ini berbaris bersama ilalang yang menghiasi tepiannya, rerumputan alam yang hadir menemani barisan hitam penjaga pantai eksotis ini.

Aku terdecak kagum, tak henti-hentinya aku memuji alam indah yang membuatku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama; benar-benar lukisan alam yang mempesona

Pantai yang berada di Desa Watobuku ini, diberi nama khusus oleh warga setempat dengan nama Pantai Shafar

Hmhmhm….mungkin aneh kedengaran di telinga anda, juga aneh nama itu bagiku. Aku penasaran kenapa dinamakan Shafar? Kenapa bukan yang lain? Sebab setahuku, Shafar adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan Tahun Hijriah Umat Muslim [Shofar (KBBI: Safar Sa.far n – bulan ke-2 Tahun Hijriah (29 hari)]

Menarik bukan? Nama bulan di tahun hijriah, dijadikan nama pantai alam yang eksotis di Desa Watobuku,Lamakera.

Hal ini tentunya punya cerita tersendiri dan sudah menjadi tradisi masyarakat setempat untuk melakukan mandi massal setahun sekali yang terjadi di pantai ini; semua warga tanpa kecuali diwajibkan untuk mandi di pantai ini pada Bulan Shofar (Bulan Februari) yang terjadi setahun sekali

Semua warga yang sebagian besar beragama Islam melakukan mandi shafar, selain warga yang beragama muslim diperkenankan turut mengambil bagian dalam acara tahunan ini

Wow…menarik bukan? Peristiwa yang sudah menjadi tradisi Masyarakat Muslim setempat mewajibkan umat dan warganya untuk mandi shafar; mandi shafar merupakan kegiatan mandi suci yakni membuang segala hal buruk dari dalam diri umat yang melakukannya

Mandi Shafar harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan kepercayaan penuh bahwa sebagai umat beriman, kita tak luput dari segala salah dan dosa; untuk itu perlu melakukan mandi shafar karena umat dan Masyarakat Muslim di Lamakera percaya penuh akan tradisi ini. Mereka percaya akan pengampunan dari Tuhan atas segala dosa mereka melalui Mandi Shafar dan tentunya Imam Masjid setempat mengawali kegiatan ini dengan doa.

Panorama Pantai Shafar nan eksotis

Hmhmhm….Pantai Shafar menyimpan kisah indah. Pesonanya membuatku jatuh dan jatuh cinta pada alam Pulau Solor. Ekosistem lautnya yang masih perawan bak gadis cantik menebar berjuta pesona. Lekukan bukit dan onggokan bebatuan alam memikat hati..riak-riak sajak di Laut Solor, terus menggoda hasrat ingin kembali lagi.

Pantai Shafar,menyimpan cerita, pesona alam dan tentunya ada nilai kerohanian yang lahir di balik canda dan riuh burung camar penghuni Alam Watobuku.

Solor batu banyak kataku, mungkin katamu juga. Solor batu banyak, menyimpan sejuta lokasi wisata indah yang belum terjamah. Alam yang indah berhiaskan bebatuan hitam pekat, membuatku selalu bersyukur akan Anugerah Tuhan.

Di timur jauh, bergugus pulau-pulau indah. Di timur jauh nampak permata-permata surga yang masih tersembunyi. Indah nian tanahku, mari kita jaga dan rawat demi masa depan kita bersama

Solor, Andai kata alammu dapat terjamah tangan-tangan terampil yang bijaksana, kuyakin pulau akan semakin terkenal oleh masyarakat luas. Semoga pesonamu mampu menggetarkan anak-anak tanahmu untuk dapat mengelolah indahmu. Dan, kuyakin bisa! (*)

Penulis (*/Helmy Tukan – Guru dan Pegiat Literasi di Flores Timur)
Editor (+rony banase)