Tim Dosen Fapet Undana Beri Diseminasi Teknologi Peternakan bagi Warga Noeltoko

Loading

Noeltoko-TTU, Garda Indonesia | Desa Noeltoko di Kabupaten TTU memiliki nilai sejarah karena merupakan wilayah “Sonaf” atau pusat kerajaan dan ditetapkan oleh Bappenas sebagai desa percepatan dalam pengembangannya. Akhir-akhir ini Desa Noeltoko semakin terkenal dengan terungkapnya kasus “stunting” yang memiliki tingkat prevalensi cukup tinggi.

Mencermati potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Noeltoko, tim Dosen Fapet Undana dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia (Kemristekdikti) melalui skim Program Diseminasi Teknologi pada Masyarakat (PDTM) tahun 2019 telah dan sedang melakukan kegiatan Hilirisasi Teknologi Peternakan bagi peternak di Desa Noeltoko.

Alasan pelaksanaan kegiatan tersebut karena masyarakat Desa Noeltoko mengandalkan sektor pertanian termasuk peternakan sebagai sumber pendapatan utama dalam perekonomian rumah tangga mereka. Akan tetapi dalam pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional, sehingga pemanfaatan berbagai sumber daya yang tersedia belum optimal dan berdampak pada rendahnya produktivitas usaha, khususnya di bidang peternakan, masyarakat (peternak) Desa Noeltoko masih dilakukan secara tradisional yang ditandai dari penyediaan pakan pada ternaknya masih tergantung pada pakan konvensional seperti hijauan untuk ternak sapi dan umbi-umbian serta biji-bijian pada ternak babi.

Foto bersama Tim Dosen Fapet Undana dan warga Desa Noeltoko Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)

Selain itu, ternak yang diusahakan masih mengandalkan genetik lokal baik ternak babi maupun sapi. Oleh karena itu, kegiatan ini difokuskan pada kegiatan teknologi perbaikan pakan dan teknologi inseminasi buatan pada ternak babi dan sapi.

Adapun tujuan kegiatan Program Diseminasi Teknologi pada Masyarakat (PDTM) tahun 2019 antara lain:

Pertama, meningkatkan pemahaman peternak dalam memanfaatkan sumber daya lokal yang belum dimanfaatkan untuk perbaikan usaha ternak dan pentingnya perbaikan mutu genetik ternak lokal melalui introduksi genetik unggul dengan memanfaatkan teknologi inseminasi buatan;

Kedua, meningkatkan ketrampilan peternak dalam mengolah bahan pakan lokal berupa limbah pertanian terutama bonggol pisang sebagai pakan ternak babi dan sapi;

Ketiga, meningkatkan ketrampilan peternak khususnya generasi muda desa dalam penguasaan teknologi inseminasi buatan baik untuk ternak babi maupun ternak sapi.

Pakan ternak merupakan faktor penentu dalam suatu pemahaman peternakan oleh karena biaya pakan memiliki porsi terbesar dalam suatu siklus produksi. Pada tingkat peternak khususnya di pulau Timor, usaha peternakan sapi potong masih dilakukan secara tradisional memanfaatkan pakan lokal yang tersedia di tingkat peternak terutama hijauan legume dan rumput alam. Pada kondisi pemeliharaan yang demikian menyebabkan produktivitas sapi potong masih rendah, di mana pertambahan berat badan harian hanya mencapai 0.25—0.30kg/e/h jauh dari pertumbuhan optimal sapi bali yaitu 0.6—0.7kg/e/h (Sobang, 2005).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan konsentrat Sapi Bali dapat meningkatkan pertambahan berat badan harian dapat mencapai 0.50kg/e/h. Namun penyusunan pakan konsentrat di tingkat peternak masih menghadapi kendala bahan pakan sumber energi seperti jagung giling dan dedak padi memiliki harga yang cukup mahal dan bersaing dengan kebutuhan manusia dan ternak lainnya terutama ternak babi dan unggas.

Oleh karena itu, diperlukan strategi penyediaan pakan konsentrat di tingkat peternak dengan harga yang lebih terjangkau melalui pemanfaatan bahan limbah hasil pertanian. Salah satu limbah pertanian yang cukup tersedia di tingkat peternak dan belum banyak dimanfaatkan adalah bonggol pisang. Bonggol pisang merupakan bagian umbi dari tanaman pisang yang tertinggal setelah pemanenan buah pisang.

Beberapa keunggulan bonggol pisang sebagai bahan pakan ternak adalah :
1) tanaman pisang dapat beradaptasi berbagai tipe dan topografi lahan, 2) tersedia sepanjang tahun, 3) mengandung unsur pati atau karbohidrat mudah tercerna yang tinggi sebagai unsur nutrisi penting selain protein yang dibutuhkan oleh ternak, 4) kandungan serat kasarnya yang rendah, 5) melalui fermentasi nilai nutrisi bonggol pisang dapat ditingkatkan terutama kandungan protein kasarnya.

Saat ini melalui pendanaan Kemristekdikti, Tim Peneliti Fakultas Peternakan Undana telah melakukan riset terhadap penggunaan tepung bonggol pisang sebagai bahan penyusun pakan konsentrat pada sapi potong.

Kegiatan telah dilakukan dalam kurun waktu Agustus—November 2019 dengan melakukan pertemuan bersama masyarakat untuk menyamakan persepsi tentang pelaksanaan program kegiatan. Ketua Tim Pelaksana, Ir.Grace Maranatha, M.Si. menyampaikan tentang tujuan program diseminasi teknologi bagi masyarakat dan lebih khusus pada masyarakat Noeltoko.

Grace Maranatha menjelaskan bahwa Kemenristekdikti bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana telah memfasilitasi melalui bantuan pendanaan untuk melakukan deseminasi teknologi bagi masyarakat untuk meningkatkan produktivitas ternak yang selama ini masih dikelola secara tradsional.

Anggota tim pelaksana, Ir. Yohanis Umbu L. Sobang, M.Si. menyampaikan upaya penyediaan pakan ternak dengan memanfaatkan limbah pertanian yang tersedia di sekitar peternak, secara menekankan penggunaan bonggol pisang sebagai pakan sumber energi yang cukup baik dan berpotensi menggantikan porsi jagung dalam pakan konsentrat sesuai hasil riset yang dilakukannya pada sapi penggemukan di Kabupaten Kupang. Selain itu, dibahas juga pentingnya aspek perkandangan yang sehat dan nyaman bagi ternak sehingga dapat berproduksi dengan optimal.

Ir. Petrus Kune,M.Si memberikan edukasi teknologi inseminasi buatan pada ternak babi serta memberikan tips bagi peternak untuk mendeteksi birahi

Disamping itu, anggota tim yang lain, Ir. Petrus Kune,M.Si menekankan pada penerimaan teknologi inseminasi buatan baik pada ternak sapi dan babi serta memberikan tips bagi peternak untuk mendeteksi birahi ternak secara baik dan tepat, sehingga pelaksanaan IB atau perkawinan dapat dilakukan tepat waktu, menentukan kelompok sebagai mitra binaan yaitu 1 kelompok untuk ternak babi dan 1 kelompok untuk ternak sapi dengan anggota masing-masing 20 orang.

Adapun fasilitas yang diberikan kepada kelompok ternak babi adalah 1 (satu) pasang ternak babi unggul jenis Landrace (betina) dan Duroc (jantan) umur kawin, bahan untuk pembuatan kandang berupa semen, seng, dan paku, dummy untuk penampungan semen ternak babi, peralatan IB, dan 1 (satu) mesin pakan dengan fungsi chopper dan penepung. Sedangkan fasilitas yang diperoleh kelompok ternak sapi adalah bahan untuk pembuatan kandang berupa semen, seng, dan paku, peralatan IB pada sapi, dan 1 (satu) mesin pakan dengan fungsi chopper dan penepung.

Penyerahan fasilitas mesin pakan, ternak, dan peralatan telah dilakukan oleh Dr. Umbu Lily Pekuwali, S.H., M.Hum. selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat mewakili Universitas Nusa Cendana meminta para anggota kelompok untuk memelihara dan memanfaatkan semaksimal mungkin sehingga dengan fasilitas yang diterima dapat memberikan manfaat untuk peningkatan produktivitas ternaknya.

Selanjutnya dilakukan pendampingan dalam pengoperasian mesin pakan dan dalam hal pembuatan pakan yang dilakukan tim teknisi, F. D. Samba, S.Pt. dengan memberikan pendampingan dalam penampungan semen babi dan Inseminasi Buatan. Respons kelompok mitra terhadap kegiatan ini cukup tinggi, terlihat dari kesediaan mereka untuk menyediakan bahan lokal untuk pembuatan kandang secara gotong royong, dan bersedia menyediakan limbah pertanian khususnya bonggol pisang untuk digunakan sebagai pakan ternak. (*)

Sumber berita (*/Tim PDTM Fapet Undana)
Editor (+rony banase)