Bincang OMK Sta. Maria Assumpta, Orang Muda Putus Mata Rantai Covid-19

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Orang Muda Katolik (OMK) dari masing-masing kelompok umat basis (KUB) yang tergabung dalam OMK Paroki Gereja Santa (Sta.) Maria Assumpta bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Undana dan UNICEF NTB/NTT menghelat acara “Bincang-bincang tentang Peran Orang Muda Katolik pada Masa Pandemi Covid-19″ pada Selasa, 27 Oktober 2020 pukul 17.00—20.00 WITA di Hotel Naka Kupang.

Menghadirkan narasumber dr. David Santosa, SpPD., Mariana Ikun RD Pareira, M.Psi.T., Psikolog; Romo Dus Bone, Pr., Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Kupang (KAK), dan dimoderatori oleh Romo Andy Genggor, OMK Sta. Maria Assumpta; acara bincang-bincang dengan mengedepankan protokol kesehatan ketat tersebut dibuka oleh Pastor Paroki St Maria Assumpta, Romo Rudy Tjung Pake, Pr. Turut hadir Dr. dr. Ida Trisno Koamesah, MKes. dari Fakultas Kedokteran Undana dan dr. Vama Ch Taolin, MPH – CSD Specialist, Perwakilan UNICEF NTT/ NTB.

Saat bincang-bincang tersebut, dr. David Santosa, SpPD. mengungkapkan, penyakit Covid-19 penularannya dari manusia ke manusia, sehingga yang bisa memutus mata rantai penularan Covid-19 yaitu manusia sendiri dengan cara melakukan perilaku yang tertib dan disiplin menjalankan 3M yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

“Dengan perilaku 3M ini diharapkan rantai penularan Covid-19 bisa terputus dan dengan sendirinya, angka orang positif akan menurun,” ucapnya sembari menyampaikan bahwa penularan terbesar Covid-19 sesuai data WHO, ditularkan melalui oleh orang-orang berusia 20—40 tahun atau usia muda.

Sering kali, imbuh dokter David sebagai spesialis penyakit dalam, mereka (orang muda,red) menderita Covid-19, tapi tidak ada gejala. Jadi mereka tidak sadar telah sakit dan bisa menularkan ke orang di rumah terutama orang tua usia lanjut yang memiliki penyakit Komorbid seperti Hipertensi, sakit gula (diabetes), maka ketika orang tuanya tertular dari anak muda yang tanpa gejala ini dapat menyebabkan orang tua sakit berat bahkan bisa sampai meninggal dunia.

“Jadi peran anak muda usia 20—40 tahun, dalam hal memutus rantai penularan Covid-19 yakni harus tertib, dan disiplin melakukan 3M demi melindungi diri mereka sendiri, dan orang-orang yang mereka kasihi yaitu keluarga mereka, dan teman dekat,” tandas dokter David.

Romo Dus Bone, Pr., Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Kupang (KAK) sedang memberikan edukasi kepada OMK

Psikolog dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Undana, Mariana Ikun RD Pareira, M.Psi.T., mengatakan Orang Muda Katolik menjadi satu kekuatan besar untuk melakukan perubahan, mengedukasi teman-teman, dan lingkungan sekitar supaya mengetahui lebih jelas apa itu Covid-19 dan bagaimana menanganinya untuk menghambat penyebaran dan memberikan dukungan sosial kepada komunitas lingkungan sekitar.

“Jika mengalami kebosanan dan stres karena ada pembatasan-pembatasan dalam kuliah, sekolah, maka akan rentan mengalami kebosanan, stres, dan tertekan karena tidak bisa bertemu teman-teman, menurut saya ya lakukan saja olahraga teratur, mengenali hobi, minat, dan apa yang dimiliki itu lebih mengenal diri, kemudian bisa mengembangkan itu dengan mengikuti protokol kesehatan,” urai Ikun sapaan akrabnya.

Ikun pun mengimbau orang muda, jika mengalami masalah dan butuh bantuan, maka jangan takut untuk meminta bantuan. “Kami dari Himpunan Psikologi Indonesia memiliki Layanan Sejiwa atau Layanan Sehat Jiwa, itu kami memberikan bantuan, jika membutuhkan dukungan psikologis, bisa menghubungi layanan 119 extension 8 mulai dari pukul 08.00—22.00 WIB berlaku seluruh Indonesia,” ulasnya.

Jadi, tandas Ikun, teman-teman yang tergabung dalam Himpunan Psikologi Indonesia itu juga menjadi relawan untuk membantu memberikan dukungan psikologis awal kepada mereka yang membutuhkan.

Sementara, mewakili Kepala Kantor Perwakilan UNICEF NTT/ NTB, Vama Ch Taolin, MPH – CSD Specialist, menjelaskan kegiatan bincang-bincang merupakan dukungan UNICEF kepada pemda atau pemerintah provinsi dalam menghadapi dan mencegah penyebaran Covid-19, termasuk menggerakkan semua unsur masyarakat.

“UNICEF bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Undana melihat pentingnya peran anak muda, salah satunya yang kami dekati yakni Orang Muda Katolik. Kita berdiskusi dengan pastor Paroki Sta. Maria Assumpta dan dengan Ketua OMK, menyambut bagus kegiatan seperti ini,” ungkap dokter Vama.

Orang Muda Katolik, imbuh dokter Vama, usai kegiatan bincang-bincang ini dapat melakukan mulai dari hal kecil di keluarga, KUB, lingkungan di sekitar rumah, tempat kerja, dan masyarakat, karena OMK bukan hanya pelajar atau mahasiswa, namun ada orang-orang yang bekerja yang masuk dalam OMK.

Penulis, foto dan editor (+rony banase)