Oleh: Rudi S Kamri
Sehari sebelum Aksi 1812 FPI, saya mengirim teks via whatsapp kepada Komandan Aparat Keamanan Jakarta: “Untuk antisipasi demo besok, apa yang akan dilakukan, Jenderal?”, tanya saya
Jenderal yang satu langsung merespons: “Siap, kami sudah antisipasi semua yang akan terjadi, Mas Rudi,” tegasnya.
Selang beberapa saat Jenderal yang satu lagi membalas whatsapp saya: “Kami akan laksanakan ops kemanusiaan dan ops penegakkan hukum pelanggar protokol kesehatan, Mas,” ujarnya.
Setelah menerima dua teks di atas saya langsung tidur pulas. Tanpa rasa khawatir sedikit pun. Meskipun saya tidak tahu apa yang dilakukan oleh kedua Jenderal hebat itu, saya sangat percaya beliau berdua akan melakukan yang terbaik untuk bangsa ini.
Dan ternyata dugaan saya terbukti. Demonstrasi yang digembar-gemborkan akan lebih besar dari aksi 212 empat tahun lalu, ternyata gagal total. Pasukan perusuh yang sudah dipersiapkan oleh panitia dibuat kocar-kacir oleh strategi jitu aparat Polda Metro Jaya yang di-back-up penuh aparat Kodam Jaya.
Mereka dibuat layu sebelum masuk Jakarta. Strategi mereka berantakan. Mereka dilucuti tak berdaya. Kegiatan wajib rapid test dan yang terbukti positif Covid-19 langsung ke Wisma Atlet Kemayoran Jakarta, membuat mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri. Yang terjadi kerumunan massa yang bisa mencapai seberang Istana Negara hanya beberapa gelintir. Mereka pun seperti orang gagu, teriak tanpa suara karena mobil komando yang akan digunakan orasi diamankan oleh Petugas Keamanan.
Kehadiran Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mohammad Fadil Imran di tengah-tengah prajurit Polri dan TNI mengangkat moral aparat keamanan di lapangan. Suara tegas keras Sang Kapolda, membuat para perusuh pendukung Rizieq Shihab ciut nyali dan akhirnya membubarkan diri. Tidak sampai sore, para perusuh sudah hilang menyelamatkan diri.
Ini langkah tegas dan cerdas Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya. Negara seolah hadir kembali di tangan sang komandan yang tegas bersuara dan bersikap. Sedangkan panglima dan para pentolan FPI lenyap tidak berani kelihatan batang hidungnya. Mereka hanya berani berkoar-koar di media milik mereka, tapi membiarkan pasukan unyil di lapangan hilang kendali ambyar terpencar-pencar.
Akhirnya Aksi 1812 tidak bisa beraksi. Ini kekalahan telak agitator FPI dan PA 212. Mereka bertekuk lutut di bawah kaki sang komandan aparat negara yang tegas dan berwibawa. Meskipun ada korban luka dari pihak Polri, hal ini justru membuat belang FPI terbongkar. Ujaran mereka bahwa pasukan unyil FPI tidak bersenjata tajam dan hanya bertangan kosong ternyata hanya bohong. Kebohongan yang terbongkar karena kebodohan.
Selamat atas kerja keras dan cerdas Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya serta jajarannya. Terima kasih tak terhingga karena telah menjaga marwah negara dan menciptakan rasa aman dan rasa tidak terancam bagi semua anak bangsa khususnya yang tinggal di Jakarta.
Ke mana Sang Gubernur? Paparan corona bisa digunakan alasan untuk bersembunyi. Jadi, sedang isolasi mandiri atau melarikan diri, Pak Gub?
Lalu Sang Dalang pun kehilangan peluang
Foto utama (*/beritasatu.com )