Oleh: Dalmasius Amtonis
Virus wabah korona semenjak Februari 2020, sampai saat ini terus meningkat, khususnya di Indonesia. Setiap angka penduduk yang terdampak Covid-19 dan meninggal dunia terus bertambah menjadi rata-rata +4.000 pertambahan setiap hari. Jumlah kumulatif angka Covid-19 per tanggal 29 September mencapai 282.724 orang.
Angka tersebut bertambah sebanyak 4.002 kasus dari hari sebelumnya. Dari jumlah itu, sebanyak 210.437 orang dinyatakan sembuh dan 10.601 orang meninggal dunia. Data tersebut dihimpun Kementerian Kesehatan pukul 12.00 WIB. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan bagi Indonesia maupun dunia.
Untuk menanggulangi dampak Covid 19, sejak 15 Maret 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan imbauan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas di rumah, mulai dari bersekolah, bekerja dan jalan. Pemerintah mengeluarkan imbauan untuk wajib menggunakan masker, menjaga batas jarak aman, dan social distancing. Sanksi sosial maupun materi juga diterapkan bagi yang tidak mematuhi peraturan.
Di tengah-tengah pandemi ini, pemerintah mendukung kontribusi masyarakat Indonesia untuk membantu memutus rantai penyebaran virus, salah satunya adalah dengan membatasi kegiatan offline. Sehingga gereja-gereja di seluruh dunia sudah mulai memberlakukan ibadah secara online , yaitu dalam bentuk live streaming youtube atau penyiaran secara lansung di stasiun televisi.
Lalu, bagaimana kah hidup umat Katolik Indonesia di dalam pandemi Covid-19?
Mengutip ucapan Romo Adi dari Keuskupan Agung Jakarta, Gereja Katolik Indonesia merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia siap bersama-sama melakukan bela negara dan cinta Tanah Air.
KAJ dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) mengimbau seluruh keuskupan di Indonesia harus meniadakan misa peribadatan harian maupun mingguan dan semua ritual peribadatan yang melibatkan dan mendatangkan banyak orang, baik di tingkat paroki, lingkungan, wilayah dan lain sebagainya mulai 21 Maret 2020, selanjutnya gereja Katolik Indonesia akan sesuai kebijakan dan arahan pemerintah.
Untuk menjaga kesehatan dan memutus mata rantai pemaparan Covid-19, maka Gereja Katolik mengikuti aturan pemerintah. Gereja Katolik meniadakan misa langsung yang megumpulkan umat secara massal, dan sebagai pengguna umat yang mengikuti secara online. Pada umumnya memanfaatkan jaringan media Youtube. Tapi beberapa kali juga saluran televisi nasional seperti Kompas TV dan TVRI.
Selain misa online, gereja juga meniadakan kegiatan yang mengharuskan umatnya berkumpul, seperti kegiatan doa lingkungan, latihan paduan suara, latihan mazmur, kegiatan persekutuan doa, perkumpulan anak muda, dan lainnya.
Akan tetapi, hal ini tidak menurunkan semangat umat Katolik. Dalam keterbatasan, tetap mencoba melakukan kegiatan mereka, seperti melakukan doa Rosario dan rekoleksi dan lain sebagainya atau pertemuan melalui aplikasi zoom meeting, google meet atau video call, dan merekam suara atau memutar lagu dari kaset / DVD / youtube untuk menggantikan koor.
Dalam kondisi seperti ini memang menjadi dilema bagi kita umat manusia yang beriman, di mana kita melewatkan adanya sosialisasi, interaksi, penerimaan tubuh Kristus (komuni) serta suasana gerejani, namun di sisi lain kemajuan teknologi ini pemakaian media online pun meningkat dan kita dapat melihat jumlah jemaat yang mengikuti misa online jauh lebih banyak dari misa offline sehingga gereja tetap dapat menjalankan misinya untuk mengajar dan mengatur Injil Tuhan.
Di sisi lain, pemakaian teknologi yang canggih juga tidak lepas dari dampak negatif, yaitu lebih banyak godaan bagi kita dalam mengikuti jalannya misa, seperti sikap dalam misa yang mungkin lebih santai, konsentrasi yang mudah terpecah belah, maka disinilah ketaatan kita kepada Tuhan diuji.
Sebagai umat Katolik, selayaknya semangat dan iman kepada Tuhan tidak dapat menghalangi kita untuk melakukan ibadah dan kegiatan gereja. Dalam momen di mana kita menghadapi cobaan dan ujian, namun kita harus tetap semangat untuk tetap melayani Tuhan meskipun dalam keterbatasan. Tentunya tidak hanya Gereja Katolik yang mengalami perubahan, ibadah umat beragama lainnya juga merasakan hal yang sama. Untuk itu penting bagi kita untuk selalu berdoa khususnya “Doa Mohon Berkat Allah dalam Masa Pandemi Covid-19”.
Di dalam situasi ini, seharusnya seluruh manusia di muka bumi ini, semakin mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Oleh karena itu, sebagai umat Katolik, kita juga terus mendekatkan diri kita kepada Tuhan Allah, dengan meminta perlindungan dari-Nya melalui doa, agar kita dijauhkan dari segala sakit penyakit dan hal-hal yang buruk. Kita juga harus mendoakan sesama, bangsa Indonesia dan seluruh umat di dunia untuk kesembuhan bagi orang-orang yang terpapar Covid-19, untuk tenaga medis yang berada di garda depan, dan agar pandemi Covid-19 ini segera dihapuskan dari muka bumi dan dapat segera ditemukannya vaksin untuk mencegah dan mengobati penyakit Covid-19.
Ruang dan gerak kita sebagai umat beriman jangan sampai terhambat. Sudah sewajarnya umat Katolik membantu berdoa juga tetap peduli dan membantu sesama, rumah sakit dan tenaga kesehatan / tenaga medis Katolik dapat mengambil bagian sebagai sukarelawan untuk membantu pemerintah melawan wabah pandemi korona.
Bagaimana PMKRI Cabang Kupang Menghadapi Natal di Tengah Pandemi
Kami segenap Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia yang sudah tergabung dalam organisasi atau ormas-ormas Katolik menyediakan diri untuk menjadi relawan mendukung pemerintah bersama-sama menghadapi wabah Covid-19. Sikap solidaritas juga sudah sepantasnya kita tunjukkan bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan tanpa mempedulikan suku, agama dan ras, seperti membantu memberikan bantuan pangan bagi yang terkena dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bantuan pulsa bagi anak-anak sekolah dari keluarga yang tidak mampu setiap hari harus belajar berani/ online dan sebagainya.
Oleh karena itu, Presidium Hubungan Antar Umat Beragama PMKRI Cabang Kupang, Allexander Sandros ingin menyatakan bahwa janganlah membuat kita lemah iman, egois, patah semangat dan kehilangan solidaritas. Justru saat inilah kita umat Katolik harus bangkit dengan sikap bijaksana dan tetap dapat menjadi garam dan terang bagi bangsa Indonesia serta dunia. Marilah kita senantiasa tetap berdoa agar wabah penyakit ini segera berakhir, agar kehidupan kita kembali normal seperti sebelum wabah ini melanda dan semoga iman Katolik kita tetap diteguhkan.
Kegiatan yang dilakukan pada Rabu, 23 Desember 2020 di Biara CMF, Matani Kupang dengan mengusung tema ” Natal Itu Allah Yang Terlibat Solider ” dirujuk dari perjalanan Pergerakan dan Kaderisasi PMKRI Cabang Kupang dalam situasi pandemi, hingga kita merayakan Natal nanti, ini menjadi refleksi perjalan organisasi.
Sementara, Ketua Presidium PMKRI Cabang Kupang Alfred Saunoah, menuturkan bahwa kegiatan ini sebagai bahan refleksi akhir tahun bagi anggota perhimpunan untuk menyambut kelahiran Tuhan Yesus, perjalanan kita selama ini banyak hal yang perlu kita refleksikan pada momentum ini.
Momentum Rekoleksi ini adalah bagian dari dimana kita kembali memperbaharui iman dalam masa penantian menuju kedatangan Kristus dan juga pergantian tahun. Sebagai kader gereja dan tanah air yg terlibat dan berjuang bersama kaum tertindas, kita juga perlu kembali melihat perjalanan kita selama ini. Apalagi dengan tema ini mau mengantar kita menuju kasih secara keseluruhan (cinta agape) baik dalam perhimpunan dan di luar perhimpunan, Selain itu kita perlu mewujudnyatakan Allah itu kasih dalam ensiklik pertama paus Benediktus ke XVI yaitu Deus Caritas Est atau Allah itu kasih khususnya dalam artikel ke 29.
Kasih yang disampaikan oleh Carl Menninger adalah Cinta menyembuhkan orang, baik mereka yang memberi ataupun yang menerimanya, pada kesempatan rekoleksi yang dipimpin oleh Frater Marsi, kita mendalami Allah adalah kasih ( 1 Yohanes 4:7-21), kasih menurut ajaran Kristus sendiri yakni kasih itu perintah, kasih itu pilihan, kasih itu tindakan dan kasih itu adalah komitmen.
Fr. Maris memaparkan, hubungan kita dengan Tuhan sangat dipengaruhi oleh hubungan kita dengan orang lain. Jikalau kita berkomitmen untuk mengasihi dan tetap mengasihi orang lain, maka kasih yang kita punya itu menyatu dengan kasihnya Tuhan. Saat itulah Tuhan akan tetap tinggal bersama dengan kita, karena Tuhan itu adalah kasih itu sendiri.
Karena Kasih itu pulalah melahirkan sebuah kedamaian, kesuksesan. Kesuksesan itu dilihat bukan dari seberapa banyak yang kita dapatkan melainkan seberapa banyak yg kita keluarkan.(*)
Foto (*/istimewa)