Merajut Pesona Peradaban Prasejarah di Gua Monyet Kota Kupang

Loading

Oleh : Ni Made Dewi Wahyuni, S.S.

Bentang alam berupa tebing dan gua karst adalah saujana mata yang tampak di pesisir pantai barat Kota Kupang yang berjarak kurang lebih 10 km ke arah barat dari kantor Gubernur Nusa Tenggara Timur dan merupakan jalur menuju Pelabuhan Tenau.

Jejak peradaban dari zaman prasejarah tersebut tampak samar terlihat di dinding tebing karst yang terkamuflase oleh guratan warna tebing dan semak belukar yang mengelilinginya. Gambar cadas berupa lukisan cap tangan ini berada di kawasan Gua Monyet yang merupakan salah satu obyek wisata di Kota Kupang. Keberadaan gambar cadas di tebing karst Gua Monyet membuktikan bahwa adanya peradaban manusia prasejarah yang pernah berdiam di sini.

Dalam dunia Arkeologi, gambar cadas  umumnya dijumpai pada gua atau ceruk, tebing, dan batu. Gambar cadas menjadi salah satu data penting yang sampai sekarang dapat dijumpai di gua prasejarah di dunia baik di benua Afrika, Eropa, Australia, Asia. Objek dari gambar cadas di gua prasejarah umumnya berupa lukisan cap tangan, binatang, manusia, geometris, gambar abstrak, dan sebagainya.

Gambar cadas di Indonesia banyak ditemukan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Maluku, Papua, dan Papua Barat. Bray (1972) mengungkapkan bahwa meskipun arti dan maksud dari gambar cadas masih belum jelas, namun yang pasti gambar-gambar tersebut bukan sekadar corat coret semata.

Lukisan 6 (enam) cap tangan di dinding Gua Monyet berwarna merah kecoklatan. Keberadaan lukisan cap tangan ini hanya berjarak 50 meter dari tepi jalan raya di mana akses menuju lokasi harus menaiki tebing karst. Guna memastikan umur gambar cadas di dinding Gua Monyet ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama pengukuran uranium dan penghitungan keseluruhan unsur-unsur radioaktif yang terdapat pada lukisan tersebut. Metode ini biasanya digunakan untuk menentukan umur minimal dari gambar yang diteliti. Sehingga mungkin dapat merekonstruksi perkiraan periodesasi peradaban yang memanfaatkan gua tersebut.

Kacamata arkeolog mengarahkan pandangan atas adanya lukisan cap tangan di dinding gua prasejarah berkaitan dengan unsur kebudayaan di bidang religi dan kesenian. Sisi religiusnya, berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan pada lukisan cap tangan di dinding gua prasejarah yang tersebar di Indonesia menunjukkan bahwa kemungkinan gambar tersebut merupakan simbol-simbol yang berkaitan dengan pemujaan leluhur.

Van Heekeren seorang peneliti prasejarah di Indonesia yang berkebangsaan Belanda, berangkat dari studi ethnoarchaeology mengaitkan antara cap tangan dan religi. Ia menyatakan bahwa cap tangan menggambarkan suatu perjalanan arwah yang telah meninggal yang sedang meraba-raba menuju ke alam arwah. Selain itu, cap tangan juga merupakan suatu tanda belasungkawa dari orang-orang yang dekat dengan yang mati. Sedangkan sebagai bagian dari kajian kesenian, pada lukisan cap tangan di dinding gua prasejarah sering dianggap sebagai asal usul atau awal kehadiran seni rupa atau lukisan.

Mengingat letak lingkungannya di sekitar tebing karst memiliki kerentanan terhadap ancaman, di mana ada beberapa faktor keterancaman yang dapat menimbulkan kerusakan. Adapun ancamannya berupa adanya fluktuasi temperatur antara siang hari yang tinggi dan malam hari yang turun cukup drastis yang dapat menyebabkan tekanan dari lapisan luar batuan tempat lukisan itu berada, sehingga lambat laun lapisan luar akan terkikis dan mengelupas.

Selain itu, sorotan sinar matahari langsung terhadap lukisan dan terpaan angin juga dapat memudarkan warna sehingga menyebabkan tertutupnya lukisan oleh partikel-partikel debu yang terbawa oleh angin. Getaran yang diakibatkan oleh kendaraan dengan muatan berat dapat menjadi ancaman yang cukup serius terhadap eksistensi karena berada di jalur dari dan menuju Pelabuhan Tenau.

Ada faktor lain yang dapat menjadi ancaman yaitu masih minimnya pengelolaan sampah khususnya sampah plastik yang dilakukan di lingkungan sekitar, hal ini dapat menyebabkan berkurangnya nilai estetika dan menurunkan daya tarik pengunjung.

Dengan sifatnya yang unik, langka, dan rapuh serta memiliki nilai penting menjadikan lukisan cap tangan di dinding Gua Monyet membutuhkan upaya pelestarian yang tepat guna mencegah kerusakan yang lebih parah. Lukisan cap tangan di dinding Gua Monyet merupakan objek yang diduga cagar budaya yang dilindungi dan diperlakukan sama seperti cagar budaya.

Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian cagar budaya adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Upaya pelestarian telah dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Bali melalui kegiatan pendokumentasian pada tahun 2021 terhadap lukisan cap tangan di dinding Gua Monyet.

Berdasarkan hal tersebut, lukisan cap tangan di dinding Gua Monyet telah dimasukkan ke dalam Daftar Objek yang Diduga Cagar Budaya di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Proyeksi pengembangan yang dapat dilakukan pada lukisan cap tangan ini yaitu sebagai ciri khas yang mendukung objek wisata Gua Monyet. Sehingga ke depannya, pemanfaatannya tidak hanya dari sisi pariwisata, tetapi juga sebagai media pendidikan terutama di bidang sejarah dan ilmu lain yang membutuhkannya. (*)

Penulis merupakan Staf BPCB Provinsi Bali

Foto utama (*/koleksi pribadi)