Wakil Bupati Sumba Timur Dukung Revitalisasi Bahasa Kambera

Loading

Waingapu, Garda Indonesia | Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menghelat Pelatihan Guru Utama Berbahasa Kambera yang merupakan implementasi Program Merdeka Belajar Episode ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah. Pelatihan Guru Utama Berbahasa Kambera ini sebagai kegiatan terakhir rangkaian kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pelatihan ini diselenggarakan dalam rangka penyebarluasan program pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra, khususnya bahasa dan sastra daerah, di kalangan pendidik. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan pengembangan bahasa dan sastra daerah untuk diterapkan di lingkungan sekolah.

Pelatihan berlangsung di Kota Waingapu pada Selasa—Jumat, 9—12 Agustus 2002, melibatkan 40 peserta guru SD dan SMP yang terdiri atas 30 guru dari Sumba Timur dan 10 guru dari Sumba Tengah. Narasumber dalam Pelatihan Guru Utama Berbahasa Kambera ini adalah Stefani Ndiha Hamapati, budayawan Sumba Timur dan Diana Timoria, sastrawan dan juga pemerhati budaya Sumba Timur.

Pelatihan diisi dengan berbagai metode seperti, ceramah, diskusi kelompok, micro teaching, best pratice, pendampingan, dan pembimbingan (praktik) penyusunan model pembelajaran bahasa dan sastra.

Pelatihan ini dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Sumba Timur, David Melu Wadu, didampingi oleh Kepala Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur, Elis Setiati. Turut hadir, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Sumba Timur Erwin Pasande, dan Kepala Seksi Peningkatan Mutu SD, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumba Tengah, Umbu Neka Jarawali.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Sumba Timur, menyambut baik dan mendukung penuh seluruh rangkaian kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah khususnya bahasa Kambera di Sumba Timur. Ia menyatakan bahwa Revitalisasi Bahasa Daerah bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah serta diharapkan mampu menciptakan ruang kreativitas dan kemerdekaan bagi penutur bahasa daerahnya untuk mempertahankan bahasanya dan menemukan fungsi dan ranah baru dalam sebuah bahasa dan sastra.

Ia juga mengajak pada peserta dan kita semua untuk merefleksikan semua upaya dan karya kita dan terus bekerja keras dengan pikiran cerdas untuk berkontribusi nyata di setiap proses pembangunan di daerah ini khususnya untuk menguatkan kembali kecintaan generasi muda dalam melestarikan bahasa daerah.

Saat sesi pembukaan juga ditampilkan tarian daerah Pa’aka, tarian untuk menghibur tamu undangan. Tarian ini ditarikan para penari cantik dari Sanggar Ori Angu.(*)

Sumber (*/KBP NTT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *