Manggarai, Garda Indonesia | Anggota Komisi X DPR RI, Andreas Hugo Pareira, mengatakan ketersediaan jaringan listrik menjadi faktor pendukung pengembangan sektor pariwisata dan potensi destinasi lainnya di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain akses jalan yang memadai dan ketersediaan air bersih, menurut politisi PDI-P itu, listrik juga mesti menjadi prioritas dalam pengembangan sektor pariwisata. “Akses jalan yang bagus, pemenuhan listrik serta akses air minum yang bersih merupakan backbone (tulang punggung) sektor pariwisata. Ketiga hal penting ini yang menjadi prioritas,” jelas anggota komisi X DPR RI Hugo Pareira, usai kegiatan bimtek bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di Kampung Todo, Desa Todo, Kecamatan Satarmese Utara, Selasa, 4 April 2023.
Ketersediaan listrik, menurut Hugo, bisa menjadi daya tari bagi turis lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke wilayah tertentu. Hugo pun menyinggung proyek pemerintah pusat melalui PT PLN sebagai solusi atas ketersediaan listrik. PT PLN telah memanfaatkan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Mataloko, Kabupaten Ngada.
“Di Pulau Flores, sebenarnya tidak ada krisis listrik, kalau semua potensi panas buminya dimanfaatkan,” ungkapnya.
Pulau Flores, kata Hugo, merupakan salah satu pulau di Provinsi NTT, memiliki potensi panas bumi yang sangat besar dan saat ini menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang termuat dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021—2030.
“Flores bagian Timur dan Flores bagian Barat (Labuan Bajo) sudah teratasi terkait dengan jaringan listriknya,” ucapnya.
Hugo juga mendesak Pemda Manggarai agar mendorong pemerintah pusat, terkait pengembangan potensi panas bumi di kecamatan Satar Mese. “Saya minta Pemda Manggarai ikut mendorong pengembangan potensi panas bumi di Ulumbu, sehingga seluruh masyarakat kita di Manggarai dapat menikmati listrik ke depannya,” tandasnya.
Terkait hal tersebut, Senior Manager Perizinan, Pertanahan, dan Komunikasi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan (UIP) Nusa Tenggara, Dede Mairizal, menuturkan jika saat ini telah terpasang sebanyak 4 x 2,5 Mega watt pembangkit listrik berjenis PLTP.
“Saat ini telah beroperasi untuk menyuplai sistem interkoneksi Flores,” kata Dede.
Kebutuhan energi listrik di NTT, imbuh Dede, khususnya di Pulau Flores, telah mengalami peningkatan. Untuk beban puncak di sistem Manggarai saat ini sebesar 14,3 mega watt. “Sementara, untuk daya terpasang 10 mega watt sehingga masih harus disuplai dari pembangkit lain yang terhubung dengan sistem interkoneksi Flores sebanyak 4,3 mega watt,” ucapnya.
Dede menyebut langkah perluasan kapasitas di PLTP Ulumbu 2×20 merupakan langkah strategis dan penting untuk dilakukan. Melalui pemanfaatan energi bersih dan murah yang bersumber dari geotermal Poco Leok, dapat menekan subsidi energi yang harus disediakan pemerintah, dan pemanfaatan energi listriknya dapat dinikmati oleh masyarakat, tidak hanya Kabupaten Manggarai, tetapi juga untuk kabupaten lainnya di Pulau Flores.
“Berdasarkan kajian yang telah kami lakukan, pengoperasian PLTP Ulumbu (eksisting) ramah lingkungan yang artinya pada saat proses perluasan kapasitas nanti kami melakukan identifikasi dengan tujuan untuk menyusun perencanaan bagaimana menghindari hal yang tidak diinginkan, termasuk potensi lingkungan,” ucapnya.
Pengembangan pembangkit listrik yang ramah lingkungan ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang termuat dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021—2030 yang memprioritaskan penggunaan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 51%.
Komitmen PT PLN (Persero) terhadap pengembangan EBT merupakan wujud transformasi PT PLN (Persero) sesuai pilar “Green”, yakni menghadirkan energi yang ramah lingkungan dengan memperhatikan sustainable development untuk masyarakat dan lingkungan yang berada pada ring-1 pembangunan.
Flores merupakan salah satu pulau di Provinsi NTT dengan potensi panas bumi yang sangat besar. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pulau Flores menyimpan sumber daya sebesar hampir 1.000 MW dan cadangan sebesar 402,5 MW panas bumi.
Potensi luar biasa itu mendorong Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian ESDM, menetapkan Flores sebagai Pulau Panas Bumi (Geothermal Island) pada tahun 2017 melalui SK Menteri ESDM No.2268 K/MEM/2017.
Proses transisi energi yang dijalankan PT PLN (Persero) saat ini dengan mengembangkan pemanfaatan potensi panas bumi Ulumbu yang ada di Kabupaten Manggarai sejalan dengan road map percepatan bauran energi terbarukan sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional serta penurunan emisi gas rumah kaca yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.(*)
Sumber (*/Komunikasi UIP Nusra)