Konsultan Jepang Identifikasi Dampak PLTP Mataloko & Ulumbu-Poco Leok

Loading

Mataram, Garda Indonesia |  PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) bekerja sama dengan tim konsultan lingkungan asal Jepang, West Japan Engineering Consultants (West JEC), untuk melakukan identifikasi environmental and social impact assessment (ESIA) atau penilaian dampak lingkungan dan sosial proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Mataloko, Ngada, dan PLTP Ulumbu, Poco Leok, Nusa Tenggara Timur (NTT).

West JEC adalah perusahaan asal Negeri Sakura yang beroperasi terutama di sektor tenaga listrik. West JEC telah berpengalaman dalam berbagai proyek yang melibatkan geotermal, diesel, tenaga angin, dan pengelolaan limbah.

Manager K3, Keamanan dan Lingkungan PT PLN (Persero) UIP Nusra, Bobby Robson Sitorus mengatakan, kolaborasi  dilakukan PT PLN UIP Nusra guna memperbarui data lingkungan secara aktual dan menyeluruh pada wilayah pengembangan PLTP di Pulau Flores, yakni Ngada dan Manggarai.

“Kami melakukan identifikasi lapangan untuk meng-update ESIA, dokumen lingkungan untuk pengendalian lingkungan dampak sebuah proyek, ujarnya.

Setelah data dampak lingkungan diperbarui, imbuh Bobby Robson Sitorus, PLN memiliki dasar dan pegangan dalam memitigasi segala risiko lingkungan yang timbul selama pengerjaan proyek pengembangan PLTP. Dengan demikian, dampak lingkungan dari proyek strategis nasional (PSN) ini dapat dipantau dan dijaga mutunya dengan baik agar keberlangsungan dan kelestarian alam dapat terjamin.

Konsultan lingkungan Jepang saat bersama masyarakat dekat area PLTP Ulumbu Poco Leok

Kerja sama antara PT PLN (Persero) UIP Nusra dengan West JEC ini menggunakan sampel dari dua proyek pengembangan PLTP yang terdiri dari air, udara, kebisingan, dan getaran.

“Untuk wilayah pengembangan PLTP Ulumbu di Poco Leok, pengambilan sampel airnya di dua sumber mata air, yakni Wae Kokor dan Wae Mocok,” urai Bobby Robson Sitorus.

Data yang diperoleh merupakan data awal yang akan digunakan sebagai referensi yang dijadikan acuan selama proses konstruksi pengembangan PLTP di Pulau Flores.

“Misalnya kita cek pada saat konstruksi, kondisi udaranya sama atau tidak dengan kondisi udara sebelum konstruksi. Karena harus sesuai dengan baku mutu,” ucap Bobby Robson Sitorus sembari menekankan apabila pada saat proses konstruksi berlangsung kondisi udaranya tidak sesuai dengan baku mutu, maka proyek tersebut akan dilakukan perbaikan atau dihentikan.

Dampak lingkungan dan sosial yang timbul dari proyek infrastruktur kelistrikan tetap menjadi fokus PT PLN (Persero), tak terkecuali dalam pengembangan PLTP Mataloko dan Ulumbu. Untuk itu, dokumen ESIA dapat menjadi referensi penting selama proses konstruksi.

“Hal ini merupakan tanggung jawab kami untuk dapat meminimalisir dampak dari kegiatan operasional dan meningkatkan kualitas lingkungan di wilayah operasional,” kata General Manager PT PLN (Persero) UIP Nusra, Abdul Nahwan.(*)

Sumber (*/tim PLN UIP Nusra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *