Hari Kematian

Puisi0 Dilihat

Loading

Oleh : Melkianus Nino

Di hari Rabu, ketiga dalam sepekan. Tanggal belasan itu, tertera tanggal 17 di lalu itu!

Pergi dan berlalu!

Di jelang pagi, kicauan melagu di atas ranting-ranting kecil, terdengar syahdu.

Di atas pembaringan, nampak mata memutih berkaca.

Aku masih bercermin pilu.

Sesuap demi suap, sembari tersenyum

Dia sedang menanti waktu.

Lantas membuang senyum tandus, keriput bibir membendung sepi

Tiada suara-suara, separuh kata sirna, hanya sinar-binar lampu mengantarkan kepada legam-Nya, Sang pemiliknya dunia.

Di Rabu itu…

Di luar atap ini, alam semesta benderang seakan sedang bersahabat.

Kemudian, waktu beranjak perlahan. Kamis manisnya cinta Bunda.

Di hari baru ini…

Bintang-bintang Timur memancarkan cahayanya, menyapa si mungil kegirangan.

Sang dari Timur telah datang, dan akan berpulang di waktunya.

Benderang pagi itu!

Jam dinding berdetak dari dentingan jejarum.

Mata bersayup-sayup, genggaman  melemah, jari-jari seakan mati, mata melirik tiada arah

Dan,

Hampa!.

Selimut salju membungkus

Gorden-gorden putih menjadi panggung penuh sandiwara.

Kini telah pulas dari sang-sang kehidupan, gelap-legam menjadikan jamuan.

Di sini!

Melepas air mata.

Selamat pagi…

Selamat jalan…

Selamat berpisah…

Pagimu terang, gelapmu adalah cahaya abadi.

Perpisahan kita, ada pertemuan, di hari kematian nantinya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *