Padu Padan ‘Launching’ ‘Denim Kustom Tenun NTT Serta Sashiko

Loading

Kupang | Pada momentum Idul Adha 1445 H dan selebrasi 1 (satu) dekade Timor Creative People (TCP), maka pada Senin sore, 17 Juni 2024, Padu Padan Tenun meluncurkan atau launching produk keempat dari seri inovasi fashion yang mengintegrasikan tenun tradisional dengan teknik modern untuk mempromosikan keberlanjutan.

Pada momentum hari lahir TCP (hingga mencapai umur 10 tahun [satu] dekade) sebagai penyangga Padu Padan Tenun, maka diluncurkan ‘Denim Kustom Tenun NTT serta Sashiko.’ Adapun Sashiko merupakan teknik jahit jelujur khas Jepang.

CEO & Owner Padu Padan Tenun, Mas Erwin Yuan, mengatakan pihaknya berdedikasi melanjutkan eksplorasi dan inovasi dalam menggabungkan kearifan lokal dengan tren global hingga dikreasikanlah ‘Denim Kustom Tenun NTT serta Sashiko.’

“Keunggulan utama produk ini terletak pada kombinasi unik antara denim yang di-daur ulang dengan detail tenun NTT dan sulaman Sashiko. Kombinasi ini tidak hanya menambah kekuatan material tapi juga keindahan visual, memadukan estetika tradisional dengan mode berkelanjutan,” urainya.

‘Denim Kustom Tenun NTT dan Sashiko’, imbuh Erwin Yuan, merupakan bukti komitmen Padu Padan Tenun terhadap kreativitas dan inovasi dalam setiap desain dan dedikasi terhadap pelestarian budaya dan praktik sustainable.

Model TCP menggunakan denim dengan teknik jahit Jepang atau Sashiko

‘Denim Kustom Tenun NTT dan Sashiko’ menyasar para pencinta mode yang sadar lingkungan dan memiliki kecintaan terhadap warisan budaya. Diprioritaskan kepada kaum muda yang ingin tampil beda dengan pakaian yang tidak hanya stylish, namun memiliki nilai lebih dari segi pelestarian budaya dan lingkungan.

“Ini adalah cara kami untuk berkontribusi pada pembentukan identitas fashion yang bertanggung jawab,” ujar Erwin Yuan.

Sosok yang terus bereksplorasi dan berkreasi mengembangkan potensi tenun NTT ini pun berharap ‘Denim Kustom Tenun NTT dan Sashiko’ bakal menjadi trendsetter di industri fashion dan simbol kemajuan berkelanjutan di Kota Kupang serta di tingkat global.

“Kami ingin menginspirasi lebih banyak usaha lokal untuk mengadopsi praktik berkelanjutan serta meningkatkan apresiasi terhadap tenun NTT, mengangkatnya tidak hanya sebagai produk lokal tapi juga sebagai aset budaya yang dihargai secara global,” tandasnya. (*)

Sumber (*/tim Padu Padan Tenun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *