CIS Timor & SIAP SIAGA Simulasi Tanggap Bencana di Kupang

Loading

Kabupaten Kupang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi NTT, sebagai salah satu daerah yang memiliki topografi dataran tinggi, rendah dan pesisir yang sangat rentan terhadap beberapa jenis ancaman. Hal ini diperparah dengan fenomena perubahan iklim.

 

Kupang | Berdasarkan data dan informasi bencana Indonesia (DIBI) BNPB, dari tahun 2000 – 2022 terdapat 38.660 kejadian bencana di Indonesia dengan banjir (34%), puting beliung (28%) dan tanah longsor (22%) menjadi 3 jenis kejadian bencana terbanyak. Akumulasi ketiga bencana tersebut mencapai 83% dari total kejadian bencana di Indonesia. Jika digabung dengan bencana hidrometeorologi lainnya, maka 37.776 kejadian bencana (98%) adalah bencana hidrometeorologi dengan tren yang semakin meningkat (Riwu Kaho, 2023).

Tren yang sama terjadi di Kabupaten Kupang. Dokumen kajian risiko bencana (KRB) Kabupaten Kupang 2018—2023, menunjukkan 5 (lima) ancaman bencana sangat tinggi, yakni banjir, banjir bandang, kekeringan, gempa bumi dan cuaca ekstrem. Empat dari lima ancaman tersebut adalah hidrometeorologi sangat terkait dengan dampak perubahan iklim. Padahal, perkembangan ketangguhan masyarakat belum memadai. Sampai dengan tahun 2023, baru 36 dari 176 desa/kelurahan yang ditetapkan sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana).

Walaupun memiliki ancaman bencana yang cukup kompleks belum ada suatu perencanaan mitigasi dan adaptasi yang disusun bersama-sama dengan dukungan sumber daya lokal. Salah satu penyebabnya adalah, kurangnya pemahaman masyarakat ataupun aktor di desa terkait perubahan iklim dan kebencanaan.

Guna memetakan daerah berisiko bencana dan dampaknya untuk dapat mengidentifikasi kegiatan mengurangi dampak dan tingkat kerentanannya diperlukan perencanaan mitigasi dan adaptasi di desa. Menyikapi beberapa fenomena yang di atas, maka Yayasan CIS Timor Indonesia berkolaborasi dengan Program SIAP SIAGA mengimplementasi program membangun ketangguhan masyarakat yang berkelanjutan di Kabupaten Kupang. SIAP SIAGA adalah kemitraan Australia -Indonesia bertujuan menguatkan ketangguhan bencana di Indonesia dan kawasan Indo-Pasifik.

Salah satu aktivitas adalah gladi lapang atau simulasi dalam uji coba sistem peringatan dini dan rencana kontingensi partisipasi desa, hal ini juga karena NTT telah memasuki musim hujan tahun 2024 dan berdasarkan analisis BMKG, NTT akan mengalami masalah La Nina.

Simulasi ini dilakukan di Dusun 1 Oebibi Desa Enolanan, Kecamatan Amabi Oefeto Timur, melibatkan masyarakat dusun Oebibi yang biasanya terdampak banjir. Simulasi ini dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal dan diperankan oleh tim siaga bencana desa (TSBD) Enolanan, masyarakat dusun Oebibi, pemerintah desa dan tenaga kesehatan.

Simulasi ini untuk melihat bagaimana koordinasi dan komunikasi antar bagian dalam tim dan juga koordinasi dengan pemerintah desa, kecamatan dan Kabupaten. Selain itu juga bagaimana melakukan proses pencarian dan evakuasi korban dan pertolongan pertama dasar bagai korban bencana.

Simulasi perawatan terhadap korban bencana

Kepala Desa Enolanan, Lexi Alexander Nama mengapresiasi kegiatan dari CIS Timor yang mana masyarakat diedukasi terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana. “Terima kasih kepada CIS Timor dan tim yang memberikan pengetahuan agar masyarakat tangguh terhadap bencana,” ucapnya sembari berharap kegiatan serupa berkelanjutan.

Sementara itu, Yumarlin Fitriani Snae ibu rumah tangga dari dusun Oebibi berterima kasih kepada CIS Timor karena dievakuasi cara evakuasi secara mandiri yang aman, dan bagaimana menyelamatkan aset. “Dusun kami setiap tahun terkena banjir, tapi kami tidak pernah dilatih bagaimana menyelamatkan diri, dokumen dan aset penghidupan lainnya. Karena itu harapan kami, kami terus didampingi agar kami tangguh dalam menghadapi bencana banjir,” bebernya.

Setelah simulasi dilakukan penanaman pohon secara simbolis oleh Kepala Desa Enolanan di lingkungan SDN Oe’Aem Desa Enolanan, sebagai suatu aksi mitigasi dan juga investasi dini kepada masyarakat.

Peserta simulasi 49 orang, terdiri dari perwakilan masyarakat laki-laki dan perempuan, anak-anak, pemerintah desa, kader posyandu dan puskesmas Oenontono

Hari pertama simulasi menggambarkan saat normal, masyarakat aktivitas seperti biasa, ketika hujan sudah turun, tim deteksi dini (bagian dari TSBD) melakukan pengamatan di lokasi banjir, lalu melaporkan ke koordinator TSBD dan kepala desa, selanjutnya berdasarkan laporan tersebut kepala desa menetapkan status waspada berencana banjir, masyarakat diminta boleh aktivitas, namun tetap waspada.

Hari ke-2, hujan terus mengguyur, tim deteksi dini melakukan pengamatan lagi, dan terdapat sedikit luapan di bibir kali, tim deteksi dini melaporkan ke koordinator TSBD dan kepala desa, kemudian ditetapkan status siaga bencana banjir, dengan instruksi mengamankan ternak, surat-surat penting dan peralatan sekolah ke lokasi aman.

Hari ke-3 hujan masih intens, tim deteksi dini melakukan pemantauan dan sudah terjadi luapan setinggi mata kaki orang dewasa, kepala desa instruksi untuk warga mengungsi d bantu TSBD, lewat jalur evakuasi.

Saat mengungsi terdapat korban, tim SAR dan tandu pertolongan pertama dasar melakukan pertolongan dasar, tim data melakukan pendataan tim dapur umum menyiapkan logistik. Kepala desa koordinasi dengan camat, BPBD, dinas sosial, puskesmas dan polsek.(*)

Sumber (*/tim CIS Timor/Epi)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *