Suhu dingin pada malam hari di NTT diakibatkan karena monsoon Australia mulai aktif, monsoon Australia ini aktif pada April hingga Oktober yang identik dengan musim kemarau, namun berbeda dengan tiga kota di NTT.
NTT | Di Nusa Tenggara Timur (NTT), suhu dingin ekstrem memang tidak seperti di daerah pegunungan Jawa atau Papua, tapi ada beberapa daerah dataran tinggi yang terkenal paling dingin — terutama pada malam hari dan dini hari.
Berikut 3 (tiga) kota (dari 22 kabupaten/kota) paling dingin di NTT:
Pertama, Soe (Kabupaten Timor Tengah Selatan – TTS, Pulau Timor)
Kenapa dingin? Soe terletak di dataran tinggi (700–1.000 mdpl). Suhu malam bisa turun hingga 12–15°C, bahkan di musim kemarau bisa lebih rendah.
Pada pagi hari, Soe sering berkabut, embun tebal, kadang suhu “menusuk tulang”.
Fakta unik: Banyak warga Soe memakai jaket atau selimut tebal, terutama bulan Juni–Agustus. Dan Soe pun menjadi pusat produksi hortikultura dingin (sayur, stroberi, dan lainnya).
Selain Soe, Kapan (Mollo Utara) juga memiliki iklim dingin ekstrem. Kenapa dingin? Daerah perbukitan, lebih tinggi dari Soe. Banyak hutan, udara bersih dan angin gunung kuat. Suhu malam sering di bawah 15°C.
Fakta unik: Kapan jadi tempat populer bagi warga Soe yang ingin merasakan udara lebih dingin. Banyak rumah adat di daerah ini memang dibangun tahan dingin.
Kedua, Ruteng (Kabupaten Manggarai, Pulau Flores)
Manggarai berlokasi berbeda dengan Soe. Manggarai berlokasi di Pulau Flores (NTT memiliki 609 pulau [besar dan kecil]). Nah, Pulau Flores merupakan salah satu pulau besar termasuk Pulau Timor (lokasi kota dingin, Soe).
Kenapa dingin?
Terletak di dataran tinggi Flores Barat (1.100–1.300 mdpl). Suhu rata-rata malam bisa turun ke 14–17°C, kadang bisa 12°C di puncak musim kemarau. Pagi hari berkabut tebal, cuaca mendung sering.
Fakta unik:
Ruteng terkenal dengan sawah terasering dan hutan pegunungan. Jadi pusat agrowisata dan perkebunan kopi Flores dengan jenis Robusta dan Arabika. Bahkan kopi Manggarai telah memperoleh perlindungan hukum berupa indikasi geografis dari Kementerian Hukum Republik Indonesia.
Ketiga, Bajawa (Kabupaten Ngada, Pulau Flores)
Bajawa lebih dikenal memiliki olahan kopi yang tengah naik daun dan mendunia (seperti kopi Manggarai). Kopi Bajawa pun telah memperoleh indikasi geografis dari Kementerian Hukum Republik Indonesia.
Kenapa Bajawa bisa dingin?
Bajawa terletak di ketinggian sekitar 1.100–1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl) — ini mirip Ruteng, bahkan beberapa titik lebih tinggi. Dikelilingi pegunungan vulkanik (Gunung Inerie salah satunya). Suhu malam hari bisa turun hingga 12–15°C, terutama Juni–Agustus. Pagi hari berkabut, angin gunung sering membuat suhu makin terasa menusuk.
Selain itu, Bajawa memiliki spot pemandian air panas yakni Mengeruda terletak di Desa Piga, Kecamatan Soa. Sumber mata air pemandian air panas Mengeruda berasal dari Gunung Ineria dan telah dibuka sebagai objek wisata sejak tahun 1997.
Fakta unik:
Rumah adat di Bajawa (rumah tradisional Ngada) dibangun dengan struktur tahan angin dingin, beratap tinggi dengan perapian di dalam rumah. Banyak kebun kopi Arabika tumbuh baik karena suhu dingin & tanah vulkanik. Warga lokal terbiasa memakai selimut tebal atau jaket di malam hari.
Komparasi dengan Ruteng & Soe
Ruteng, Soe, dan Bajawa sama-sama punya dataran tinggi dan iklim sejuk/dingin. Suhu ekstrem dingin di Bajawa kurang lebih setara atau sedikit lebih dingin di beberapa spot pegunungan (misalnya Kampung Bena di lereng Inerie).
Di musim kemarau, embun beku tipis kadang muncul di rumput, mirip fenomena di Soe dan Ruteng.
Bajawa memang salah satu titik terdingin di NTT, terutama untuk daerah pegunungan Flores bagian tengah. Kalau diurutkan: Ruteng – Bajawa – Soe bisa dibilang trio “kota dingin” NTT.(*)
Sumber (*/ragam)