Oleh : Roni Banase
Pada perhelatan coffee morning di pagi hari, sering dijumpai panitia acara kerap tak menyediakan kopi. Aroma kopi di pagi hari diyakini dapat melecut ide hingga karya. Bagi Anda para penikmat kopi, pasti setuju kan?
Layaknya acara coffee morning para wartawan bersama Gubernur Nusa Tenggara Timur, Melki Laka Lena pada Sabtu pagi, 10 Mei 2025 pukul 07:00 Wita—selesai di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT.
Imajinasi saya pun merajalela hingga berandai menerawang beragam aroma khas kopi NTT hingga tersaji aneka kudapan dari UMKM andalan Kota Kupang bakal mulai terciduk saat memasuki aula pertemuan perdana digagas oleh pasangan Melki Laka Lena – Johni Asadoma, pemenang pemilihan gubernur pada November 2024 itu. Namun, kandas rindu ini.
Tak ada aroma kopi!
Aroma kopi pun dipercaya dapat merelaksasi pikiran, apalagi kami para pekerja pers yang berjibaku dan berburu ide dan judul headline berita media daring (online) yang dikenal sigap dan cepat menelurkan berita.
Tak apa! Lebih penting esensi pertemuan pagi hari tersebut dipadati oleh teman-teman media yang memang susah bangun tidur di pagi hari karena berkutat dengan gawai ataupun laptop kesayangan hingga subuh, bahkan ada yang sempat datang, namun belum tidur. Walah.
Sepatutnya harus ada kopi kan? Entah itu aroma Robusta atau Arabica. Hmmm, biarlah, mungkin di lain pertemuan serupa. Ada kopi! Jadi, bisa diubah tema tulisan, “Coffee morning dengan kopi NTT”.
Wait! Anda patut mengetahui ini.
Kopi Robusta dan Arabika adalah dua jenis kopi yang paling umum, dengan perbedaan utama terletak pada rasa, aroma, dan kandungan kafein. Robusta memiliki rasa pahit dan kuat, dengan aroma earthy dan nutty, sedangkan Arabika memiliki rasa lebih manis dan lembut, dengan aroma bervariasi seperti buah-buahan, kacang-kacangan, dan bunga.
Dan Anda pasti tahu apa itu coffee morning, diskusi atau pertemuan yang informal, biasanya di pagi hari, sambil menikmati kopi dan makanan ringan. Ya, itu dia maknanya. Meski makna coffee morning sesungguhnya tak didapatkan, namun kami memperoleh informasi langsung berupa progres menuju 100 hari Melki-Johni.
Gubernur Laka Lena (sebutan akrab saya ke beliau [Gubernur NTT periode 2025—2030]) mulai mengentak suasana dengan muncul di hadapan para awak media, berbusana casual berkaos oblong hitam dan celana denim coklat, sementara kami diminta menggunakan baju berkerah, celana panjang dan bersepatu (sesuai arahan Biro Administrasi Pimpinan Setda NTT).
Kami patuh, ya seyogianya patuh. Ini acara resmi loh bukan acara di kebun atau di lapangan!.
“Minta maaf teman-teman, saya pakai kaos karena baru ikut acara car free day sekaligus cek kesehatan,” tutur Gubernur Laka Lena sembari meminta panitia memindahkan meja. Ia tak mau kesan formal berlebihan.
Patuh! Panitia pun sigap memindahkan meja yang memang disediakan baginya. Saya terkesima. “Wah, bakal menarik ini acara,” bisik saya dalam memoar.
Sejurus, atmosfer di dalam aula pun berubah, saat dengan santai Gubernur Laka Lena berdiri memaparkan progres menuju 100 hari kepemimpinannya bersama Wagub Johni Asadoma. Mulai dari posyandu untuk penanganan stunting hingga salah satu penyebab makanan bergizi untuk ibu hamil dimakan bapak-bapak, Satu Produk Satu Desa (one product one village), Gerakan Beli NTT (beli produk lokal), anak-anak NTT dapat bersekolah kedinasan hingga di luar negeri, optimalisasi pendapatan daerah, dan proses penyegaran birokrasi bagi eselon II, III, dan IV.
Lalu, Gubernur Laka Lena juga menyampaikan progres layanan aduan, Meja Rakyat yang telah menerima sekitar 170 aduan dari masyarakat NTT. Dan satu hal urgent, tolak kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Euforia coffee morning tanpa kopi ini pun merangkak naik saat Gubernur Laka Lena meminta dua wartawan, Laurens Leba Tukan dan Oncu memandu jalannya diskusi sembari menikmati hidangan bakso, bubur ayam, bubur kacang hijau dan nasi kotak.
Lengkap ya, hanya minus kopi. Tak apa, pasti ke depan bakal tersedia. Lagi, imajinasi ini berpacu dengan varian kopi NTT, seperti kopi Manggarai dan Bajawa (punya Indikasi Geografis dari Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum), kopi Colol, kopi Sumba hingga kopi dari daratan Timor Barat.
Yuk, seruput kopi!.