Oleh : Roni Banase
Bercanda dapat menjadi pencair suasana kaku dalam pertemuan seperti yang dilakukan Deswanto Marbun – Head Of SubNational Program SIAP SIAGA wilayah Jatim, Bali, NTB, NTT dalam perhelatan, “Refleksi 2024 dan Prioritasasi 2025 Bersama Mitra” pada Kamis, 3 Oktober 2024 di Aloft Marriott Bonvoy Hotel Jakarta Wahid Hasyim.
Simak video reels Refleksi Program SIAP SIAGA tahun 2024 :
https://www.instagram.com/reel/DAzcWhiSNiJ/?igsh=d244d3N5YXRzcm4=
Program SIAP SIAGA adalah kemitraan Australia-Indonesia untuk manajemen risiko bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mencegah, mempersiapkan, menanggapi, dan memulihkan diri dari bencana serta memperkuat kerja sama antara Australia dan Indonesia dalam aksi kemanusiaan di kawasan Indo-Pasifik.
Keberadaan saya mewakili Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Nusa Tenggara Timur (FPRB NTT) di lokakarya sehari yang dihelat SIAP SIAGA yang diwarnai ice breaker apik.
Ice breaker dalam sebuah lokakarya resmi mesti dilakukan oleh para expert dan butuh jam terbang, tak hanya sekadar melontarkan ice breaker semata dan tak berbobot, namun sepatutnya linear dengan materi yang disajikan. Alhasil, suasana lokakarya yang dibagi dalam beberapa sesi diskusi materi dan pemaparan hasil diskusi pun memantik respons menukik kepada esensi atau output yang diharapkan Program SIAP SIAGA untuk sustainable upaya pengurangan risiko bencana pada tahun 2025.
Berbekal ilmu dari Abang Anto (panggilan untuk Deswanto Marbun) pun saya terapkan saat dalam perjalanan dari Stasiun Halim ke Stasiun Tegalluar Bandung. Perjalanan berdurasi 48 menit tersebut saya maksimalkan dengan melejitkan ice breaking guna memecah ‘kebekuan’ yang ada saat duduk di samping GIA (Garuda Indonesia Airlines), upps bukan karena ini waktunya Indonesia bercanda (WIB), hehehee.

Gia itu nama perempuan berhijab dan berkacamata hitam berumur kisaran 32 tahun. Ibu satu anak ini ternyata merespons saya dengan melontarkan kelakar, bersenda gurau hingga berseloroh tentang langit Jakarta yang tampak seperti kabut, namun itu ternyata polusi, mahalnya tiket pesawat dalam negeri hingga pada tahap saya mengenalkan potensi alam dan wisata di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berada dalam Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) jurusan Jakarta – Bandung atau lebih dikenal dengan Whoosh pada Jumat, 4 Oktober 2024 merupakan pengalaman pertama dan tak saya sia-siakan. Beragam video dan foto (persiapan produksi konten di TikTok, Instagram dan Facebook) hingga menginisiasi tulisan ini pun telah saya rencanakan sejak awal semenjak diberikan ide oleh Abang Anto. Bahkan alur pemberhentian Whoosh dan contoh teknik pengambilan video pun diberikan Abang Anto.
Namun, yang menarik, kita bakal kehilangan komunikasi atau mengalami blank spot kehilangan jaringan seluler saat Whoosh memasuki terowongan dan saat itu kita hanya dapat memandang kecepatan daya jelajah Whoosh sekitar 351 km/jam. Whoosh merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah China yang diresmikan dan diluncurkan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 2 Oktober 2023.
Tiba di Stasiun Tegalluar Bandung sekitar pukul 16:57 WIB, saya melanjutkan perjalanan menuju ke kediaman Ibunda Mas Erwin Yuan – Padu Padan Tenun di area Paledang, Cileunyi Wetan, kabupaten Bandung.
Dan di rumah nyaman tersebut, saya bersua sosok perempuan berhijab dan inspiratif penyokong keberhasilan Erwin Yuan menata dan melejitkan tenun NTT hingga ke seantero dunia. Tak hanya itu, kami pun mewarnai sesi wawancara untuk penerbitan buku, “Erwin Yuan—Sang Pencinta Tenun NTT” dengan ragam canda.

Menuntaskan sesi wawancara, saya membaringkan tubuh setengah abad ini di Urban View 3M Syariah Bandung yang mana kita mesti melepas alas kaki saat memasuki hotel hingga persyaratan tak boleh membawa pasangan yang bukan muhrim dan mesti menunjukkan surat nikah.
Melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta pada keesokan harinya, Sabtu, 5 Oktober 2024, saya bersua lagi dengan sosok perempuan berhijab, bergaun dan berkacamata hitam. Hmmm, sebuah kebutuhan?
Saya percaya tak ada sebuah kebetulan dalam hidup kita. Semua yang bakal kita temui, apa yang kita bakal dapatkan hingga rezeki hari ini pun dalam kuasa-Nya. Dan itu tergenap dalam perjalanan pulang menggunakan Whoosh dari Stasiun Tegalluar Bandung ke Stasiun Halim Jakarta.
Sosok perempuan berhijab berumur 32 tahun itu bernama, Zahrina Karina, Account Management Global E-Commerce Operations : Lifestyle Category, konsultan untuk platform TikTok.
Tak menyia-nyiakan 47 menit perjalanan, kami bertukar informasi terkait penggunaan TikTok sebagai media promosi hingga akselerasi e-commerce untuk kepentingan daya jelajah bisnis yang sementara saya geluti, “Pana Arah”. Tak hanya itu, jurus ice breaking pun saya gencarkan.
Itu sebuah kebetulan, bukan. Itu bukan sebuah kebetulan. Dan saya melantunkan syukur kepada-Nya. Semua karena kebaikan dan anugerah-Nya. Tak ada yang lain. Rasa syukur ini selalu kupanjatkan dalam setiap lantunan doa dan pujian kehormatan kepada-Nya.