Gerakan putih sudah menggema sejak semalam, seiring merebaknya kabar Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mengusung pasangan calon di Pilkada DKI Jakarta, tanpa didahului deklarasi terlebih dahulu.
PDI Perjuangan akhirnya mengusung pasangan Pramono Anung-Rano Karno untuk kontestasi Pilkada Jakarta 2024. Pasangan PA-KAR langsung mendaftar pada hari kedua pembukaan pendaftaran pasangan calon di KPU Provinsi setempat, mendahului pasangan lainnya.
Deklarasi bersama pasangan calon memang bagus, tapi bukan yang terpenting, namun matangnya sikap PDI Perjuangan memilih sosok yang berideologi, paham betul akan kebutuhan rakyat, bersih dari sanderaan, dan sudah usai dengan ‘kepentingan’ dirinya sendiri. Maka gerakan putih digelorakan untuk mengawal Pramono Anung, senior PDI Perjuangan yang memiliki banyak pengalaman di pemerintahan.
Mas Pram -begitu ia karib disapa- bukan hanya seorang senior, tapi dia juga politisi ulung yang sudah banyak merasakan asam garam hirup pikuk perpolitikan tanah air, baik di legislatif maupun di eksekutif.
Saat nama Pramono Anung dilempar ke publik sebagai bakal gubernur DKI Jakarta, pertanyaan terus beranak-pinak. Tentunya pertanyaan itu menyoal tentang alasan PDI Perjuangan mengutus Mas Pram sebagai calon gubernur untuk Pilkada Jakarta, alih-alih mengusung Anies Baswedan. Pertanyaan selanjutnya, mengapa Mas Pram, bukan Ahok yang juga merupakan kader PDI Perjuangan dan pernah memimpin Jakarta.
Namun sekali lagi inilah politik, pergerakannya sangat dinamis, pertimbangannya bukan hanya hitam-putih. Ada banyak pertimbangan mengapa mantan sekjen PDI Perjuangan itu menjadi representasi partai banteng di ibu kota.
Tentunya, PDI Perjuangan memilih Pramono karena ia adalah sosok yang matang, konsisten terhadap ideologi partai. PDIP sangat meyakini, Mas Pram bisa membedakan mana kepentingan rakyat mana yang kenikmatan sesaat. Mas Pram, kita mengenalnya sebagai seorang negarawan yang tidak memiliki jejak buruk selama mengemban tugas dari rakyat.
Pramono memulai kariernya dari seorang kader, menjadi anggota PDI Perjuangan hingga menapaki satu persatu anak tangga dan dipercayai duduk di kursi DPP, wakil sekjen hingga sekjen PDIP. Pada jabatan publik, Mas Pram sudah mengenyam pengalaman duduk di legislatif daerah, kemudian DPR RI, dan pernah menjabat sebagai menteri.
Pramono sendiri adalah politikus yang lahir dari tanah Kediri dan memulai langkah politiknya lewat partai banteng bermoncong putih. Sebelum menapaki jalur politik, dia menduduki beberapa perusahaan sebagai seorang pemimpin.
Dari orang berkedudukan tinggi di perusahaan, bukan berarti di dunia politik dia langsung menempati posisi strategis. Apalagi partai yang dipilihnya ini PDI Perjuangan, yang pada tahun masuknya kala itu sedang memperjuangkan hak demokrasi rakyat Indonesia.
Meski pernah menduduki berbagai posisi strategis, Mas Pram selama ini memang banyak bekerja di balik layar, menjadi motor penggerak agar rakyat tetap aman dengan berbagai kebijakan yang diambil para pemimpin di setiap eranya. Dari sana saya percaya Pram yang sudah memiliki banyak pengalaman ini, bakal jadi pemimpin yang baik di ibu kota. Karena dia bukan hanya mengurusi apa yang menjadi kebutuhan warga, tapi juga mengamati sikon yang terjadi hingga memikirkan jalan alternatif apa yang dipakai untuk memecahkan masalah rakyat.
Dari sisi personal sendiri, Pramono sosok yang ramah dan pastinya tipe pemimpin yang menghargai warganya. Yang tanggap bukan abai terhadap permasalahan yang mendera mereka.
Pemasangannya dengan Rano Karno menjadi komplit Rano “Si Doel” Karno adalah anak Betawi, yang pastinya paham betul tentang daerah asalnya. Keduanya menjadi kombinasi apik yang akan berkolaborasi dalam menghadirkan kesejahteraan bagi warga di ibu kota.
Gerakan putih inilah menjadi langkah pertama mengawal Pramono Anung-Rano Karno untuk memberikan kehidupan yang lebih baik, memberikan perubahan dari hal-hal yang selama ini masih membelenggu kehidupan warga DKI Jakarta.
Jadi, mari kawal keduanya sampai menang, untuk calon pemimpin yang lebih baik, DKI 01-02, Pramono Anung-Rano Karno. (*)
Sumber (*/Indonesiasatu)