Kupang-NTT, Garda Indonesia | Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan pentingnya perhatian dan tanggung jawab besar, terhadap kelangsungan hidup komodo. Hal itu disampaikannya dalam wawancara bersama BBC Televisi London diruang kerjanya, Selasa, 21 Mei 2019
“Komodo itu binatang purba yang hanya dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur. Perlu tanggung-jawab besar, untuk membuat langkah-langkah kebijakan dalam menjaga komodo. Kita harus melihat cukupnya ketersediaan makanan dan keberadaan habitat yang baik, sehingga mereka dapat berkembang-biak dengan baik pula,” jelas Viktor kepada Rebecca Henschke.
“Saat ini, salah-satu permasalahan kita adalah minimnya ketersediaan makanan, seperti rusa yang selalu dicuri. Hal ini menyebabkan menurunnya ketersediaan makanan, berbahaya bagi komodo. Kita akan menertibkan mereka yang mencuri rusa dan juga yang mencuri komodo,” tambahnya.
“Kita juga mau agar tidak ada manusia yang tinggal di Pulau Komodo. Mereka yang sekarang tinggal disana akan kita pindahkan ke Pulau Rinca atau Pulau Padar. Tentunya, dalam urusan memindahkan penduduk ke tempat yang lain itu tidak gampang. Menjadi tugas pemerintah, untuk mengatur hidup mereka agar lebih baik dan lebih layak. Kita akan buat kajian tentang itu,” ungkapnya.
“Kita mau menciptakan Taman Nasional Komodo sebagai alam liarnya komodo. Kita akan datang dan lihat kehidupan mereka yang liar. Jadi mereka mencari makan sendiri dengan agresif dan buas. Atraksi itu akan menarik bagi wisatawan, bagaimana ia mengejar, menangkap dan memakan hewan lain. Jadi, kita bukan memanjakan dengan memberinya makan dan komodo menjadi malas,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa kuota pengunjung pun perlu dibatasi. “Kita juga menjaga kuota maximum 50.000 orang pengunjung dalam satu tahun. Setiap pengunjung harus tercatat sebagai member dengan biaya US 1.000 dolar untuk satu tahun,” ungkap Gubernur Viktor.
“Awal dari kebijakan penutupan TNK ini banyak yang menolak, tetapi kini banyak yang sudah setuju termasuk Presiden. Kami juga membentuk tim dari pemerintah provinsi dan pusat, untuk mendiskusikan langkah-langkah yang akan dibuat dan juga besaran anggaran yang digunakan,” tegasnya.
“Selama ini kita tidak tahu secara jelas jumlah komodo atau makanan komodo itu sendiri, termasuk juga kondisi habitat alamnya. Makanya, kita akan gunakan teknologi detektor untuk mengetahui kondisi TNK, diantaranya jumlah komodo, makanan dan juga kondisi tempat tinggalnya. Dengan begitu, kita bisa mengambil langkah yang tepat seperti konservasi dan kecukupan makanan bagi mereka seperti rusa dan babi,” jelas Gubernur Viktor.
“Kita juga pakai teknologi untuk memonitoring komodo, dimana mereka berada, pergerakan mereka ke sana kemari. Pengunjung harus menggunakan kendaraan yang aman seperti mobil, untuk berjalan mengelilingi TNK sehingga bisa melihat langsung keberadaan komodo,” tambahnya.
Ia juga menambahkan pentingnya menjaga tempat wisata dari sampah plastik.
“Kita, saat ini, sudah mulai menggerakan aksi pembersihan sampah. Dulunya pantai di pulau komodo itu penuh dengan sampah. Saat saya bertemu wartawan dari Australia, mereka mengatakan sekarang sudah mulai terlihat bersih. Kita juga akan membenahi tempat wisata seperti Labuan Bajo dan TNK untuk meningkatkan daya tarik wisatawan,” pungkas Gubernur Viktor. (*)
Sumber berita (*/Biro Humas dan Protokol Pemprov NTT)
Editor (+rony banase)