UPP. Katekisasi Jemaat Kaisarea BTN Kolhua & BNNP NTT Edukasi Bahaya Narkoba

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Akhir-akhir ini penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin marak. Pengedaran narkoba pun sangat beragam caranya sehingga banyak orang secara tidak sadar terjerumus dalam penyalahgunaan maupun tergolong pengedar.

Hal tersebut perlu diantisipasi sejak dini, seperti yang dilakukan oleh UPP. Katekisasi Jemaat Kaisarea BTN Kolhua, kepada 48 orang katekumen yang dibekali dengan pemahaman tentang narkotika dan bahaya penyalahgunaan narkotika.

Kegiatan belajar di alam terbuka yang merupakan program khusus UPP. Katekisasi Jemaat Kaisarea BTN Kolhua, dilaksanakan di Pantai Lasiana, pada Minggu 22 September 2019. Hadir sebagai pemateri, Kepala Seksi Pencegahan BNNP NTT, Markus Raga Djara didampingi Duta Anti Narkotika NTT 2019, Ivana Ndun.

Dalam penyampaian materinya, Markus menegaskan bahwa penyalahgunaan narkoba akan berdampak pada kecanduan atau ketergantungan. Dampak dari ketergantungan tersebut adalah gangguan fisik, psikis dan juga sosial. “Jika sekali memakai maka akan ketagihan untuk terus mengonsumsi. Itu bisa berakibat fatal,” jelasnya.

Orang yang menggunakan narkoba, lanjut Markus biasanya sulit tidur, gangguan pada kulit, gangguan kesadaran dan mudah berhalusinasi. “Orang yang kecanduan narkoba biasanya halusinasi tinggi, liat perempuan yang lanjut usia sama seperti nona cantik,” kelakar Markus.

Gangguan lainnya, pecandu narkoba mudah menyakiti diri sendiri dan juga lamban dalam bekerja. Markus menegaskan bahwa pengguna narkoba biasanya mudah gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis dan sering curiga.

“Dia (pecandu narkoba, red) akan mengalami gangguan mental dan anti sosial. Dia akan melakukan tindakan-tindakan brutal,” jelasnya.

Peserta Katekisasi Jemaat Kaisarea BTN Kolhua tolak bahaya penyalahgunaan narkoba

Pada Kesempatan yang sama, Ivana Ndun mengajak para anggota katekumen untuk memaksimalkan potensi diri yang sudah dikaruniakan oleh Sang Pencipta.

Ivana membagikan beberapa hal penting melalui permainan mengenal diri sendiri dengan menuliskan hal dan sikap positif dari setiap huruf pada nama panggilan.

Dalam penjelasannya, Ivana menanyakan kepada semua yang hadir terkait maksud dari permainan tersebut. Ivana mencoba menjajal pemahaman para anggota katekumen.

Dirinya lalu menjelaskan bahwa dalam kehidupan manusia, perbuatan baik dan buruk itu bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan. Namun yang perlu dikembangkan adalah hal-hal positif.

“Kita harus mengembangkan sikap positif dan juga hal positif dalam duri agar mampu menangkal setiap hal buruk yang bisa saja terjadi dalam hidup kita,” jelas Ivana.

Diakhir penjelasannya, Ivana menegaskan pentingnya mengembangkan potensi diri. Dirinya menjelaskan bahwa setiap orang telah dibekali dengan potensi yang berbeda-beda, jika dikembangkan dengan baik maka hal itu akan menjadi prestasi yang membanggakan pribadi, keluarga dan tentunya mengangkat nama daerah.

“Mari kita kembangkan talenta yang sudah Tuhan berikan untuk turut serta dalam memajukan Indonesia khususnya NTT tanpa narkoba,” tutupnya.

Sementara itu, Ketua UPP. Katekisasi Jemaat Kaisarea BTN Kolhua, Madelina Saununu Makandolu, menyampaikan bahwa tujuan diadakan kegiatan belajar di alam terbuka agar para anggota katekumen tidak hanya monoton belajar tentang Alkitab, tetapi juga bisa belajar menikmati dan menghargai Ciptaan Tuhan, serta mampu memahami hal-hal buruk yang bisa merusak masa depan dan mampu mengantisipasinya.

“Narkoba itu sangat berbahaya dan saat ini darurat di Indonesia, sehingga kita harus membekali mereka (anggota katekumen, red) dengan pemahaman tentang apa itu narkoba dan bahaya penyalahgunaannya sehingga tidak mudah terjerumus,” jelas Madelina.

Dalam program belajar di alam terbuka, jelas Madelina ada juga permainan (games) Alkitab yang dilakukan di luar ruang agar belajar memahami Alkitab juga bisa menghargai dan merawat ciptaan Yang Maha Kuasa.

Selain program tersebut, program lainnya yang juga dilakukan oleh anggota katekumen di Jemaat Kaisarea setiap tahunnya adalah kegiatan implementasi kasih di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak dan kunjungan ke panti asuhan.

“Mereka sudah belajar tentang kasih di dalam album Alkitab, maka mereka dituntut untuk mampu mengimplementasikan hal itu, bukan hanya sekadar memahami saja,” ujarnya.

Kegiatan yang dilakukan di lapas berupa Ibadah bersama, berbagi (sharing) bersama terkait pengalaman hidup juga memberikan bantuan-bantuan seperti perlengkapan mandi bagi anak-anak yang berada di Lapas.

“Di panti asuhan juga sama seperti di lapas, mereka beribadah bersama, bercerita, berbagi pengalaman bersama,” pungkas Madelina. (*)

Penulis (*/Joe Tkikhau)
Editor (+rony banase)