Selisik Kamp Timor Leste di Kupang, Lokasi Bantuan Fapet Undana dan BTN

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Menyusuri jalan setapak berlumpur, sebelum menggapai bekas pabrik kulit yang ditempati oleh sekitar 106 jiwa (30 kepala keluarga) di RT 09 RW 04, Dusun Air Sagu, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT); sangat memprihatinkan.

Kondisi tanah berlumpur plus lapak berupa rumah darurat yang dibangun menggunakan pelepah batang Pohon Lontar beratap terpal dengan posisi rumah saling berhimipitan antara satu sama lain; memberi kesan kumuh dan tak layak bagi kehidupan anak-anak di lokasi tersebut.

Sebagian anak-anak pun rela tak bersekolah di sekolah formal, dan hanya mengharapkan sekolah dadakan dari para relawan tenaga pendidik yang dapat menyempatkan waktu membekali mereka dengan ilmu ala kadarnya.

Ditambah lagi dengan sanitasi lingkungan yang tak sehat (karena tak memiliki kakus atau jamban, red) plus kekurangan air bersih, menambah penderitaan warga Indonesia asal Timor Timur yang telah menetap di lokasi tersebut lebih kurang 21 tahun.

Kondisi rumah para pengungsi Timor Leste di bekas pabrik kulit

Ditemui pada Senin, 14 Desember 2020, dalam kegiatan “Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Pemberdayaan KWT Kamp Pengungsi Timor Leste di Dusun Air Sagu, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah” Ketua RT Jon Bosku Saldanya mengungkapkan kehidupan para Penyintas asal Timor Timur (sekarang Republik Demokratik Timor Leste, red) telah menetap dalam kamp pengungsian, bekas pabrik kulit sejak tahun 1999 (usai jajak pendapat terlepasnya Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,red).

“Kehidupan kami di sini, berharap pemerintah punya perhatian, namun kami masih seperti kondisi saat ini,” urai Jon seraya mengungkapkan bahwa selama 21 tahun, ada juga masyarakat yang memperhatikan.

Kerja yang dilakukan oleh kaum laki-laki, imbuh Jon, antara lain sebagai pekerja proyek, calo, tukang ojek, dan buruh tani. “Istri kami juga turut bekerja sebagai buruh tani atau menjadi pembantu orang lokal (masyarakat asli di sekitar kamp pengungsi, red).

Ketua RT 09 di kamp pengungsian asal Timor Timur tersebut pun menyampaikan bahwa saat ini, dari Bank Tabungan Negara (BTN) dan Universitas Nusa Cendana (Undana) mengunjungi lokasi tersebut dan membantu membuat Kelompok Tani. “Kami bersyukur dan berterima kasih kepada BTN dan Mama Twen (Dr. Twen Dami Dato dari Fakultas Peternakan [Fapet Undana]),” ujarnya.

Dr. Twen Dami Dato dari Fakultas Peternakan Undana Kupang

Kami berterima kasih karena Mama Twen selalu turun ke sini, ujarnya, untuk membantu keluarga di sini karena kalau beliau tak membantu, maka kami bingung membuat usaha apa.

Dr. Twen Dami Dato dari Fakultas Peternakan Undana menyampaikan bahwa program bagi kamp pengungsi Timor Leste bermula dari saat melihat langsung kondisi dan mengajukan proposal kepada BTN  pada Oktober 2020 dan diterima.

“Sanitasi warga di sini buruk, sangat memprihatinkan karena tak memiliki WC atau jamban, maka akan dibangun 10 (sepuluh) unit untuk tahap awal,” urai Dr. Twen.

Selain itu, urainya, BTN juga membantu usaha ternak Babi bagi warga di kamp pengungsian dengan memberikan dukungan bibit anak Babi untuk dipelihara dan dikelola oleh kelompok tani.

Dr. Twen Dami Dato juga memberikan edukasi kepada warga kamp pengungsian mengenai teknologi pakan dan manajemen limbah peternakan, sementara Dr. Ir. Johanis Ly, M.Sc. memberikan pelatihan tentang nutrisi ternak Babi, Ir. Tagu Dodu, MP. Tentang produksi ternak Babi, dan Ir. Petrus Kune, M.Si. memberikan edukasi bagaimana melakukan inseminasi buatan.

Penulis dan Editor (+rony banase)