Kasus di KPI Pusat, Yusi Yusuf : Korban ‘Bullying’ Pegawai KPI Itu Teman Saya

Loading

Jakarta, Garda Indonesia | Saat ini, Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri bakal menyelidiki kasus dugaan pelecehan seksual sesama jenis dan bully ‘perundungan’ yang terjadi di kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. “Saya sudah arahkan untuk lidik,” kata Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto, pada Kamis, 2 September 2021.

Ketua Forum Lingkar Pena (FLP Jakarta) periode 2013—2015 dalam siaran persnya yang diterima redaksi, pada Sabtu, 4 September 2021, mengungkapkan awal membaca sebuah kasus perundungan dan pelecehan seksual di instansi KPI, membuat dirinya bertanya-tanya, apakah di instansi sebesar KPI masih ada perbedaan antar pegawai ?

“Perundungan di kantor tentu ada. Biasanya karena pegawainya terlalu songong atau terlalu cupu. Bisa juga karena pegawai sangat berprestasi, dianggap tukang cari muka, super duper ganteng atau cantik atau malah sebaliknya,” ujar Yusi Yusuf.

Baca juga : http://gardaindonesia.id/2021/09/03/bareskrim-selidik-dugaan-pelecehan-seksual-sesama-jenis-bully-di-kpi/

Yusi mengatakan bahwa semua tergantung dari mana kita memandang. Masalah disuruh-suruh senior beli makanan, fotokopi atau kerja remeh temeh yang tak sesuai tupoksi ya sudah biasa. Tapi ya itu, sekadarnya…tidak sampai parah dan main fisik, apalagi sampai coret-coret bagian tubuh. Sudah masuk kriminal itu.

“Kasus di KPI cukup unik karena lembaga ini dipimpin oleh komisioner-komisioner dengan masa waktu tertentu. Komisioner-komisioner tersebut berganti, tapi pegawai tetap itu,” ungkap Ketua Forum Lingkar Pena (FLP Jakarta) periode 2013—2015 tersebut.

Jujur, imbuh Yusi Yusuf, membaca kasus MS dan KPI ini saya justru tidak fokus, karena ter-distract juga dengan pembebasan artis Syaiful Jamil. Dilalah, sore-sore, saya baru dapat kabar kalau korban kasus bully itu adalah MS, rekan, junior saya dan anggota aktif di FLP Jakarta. Dia bergabung di FLP Jakarta saat saya memimpin cabang itu selama dua tahun (2013—2015).

“Kaget sejadi-jadinya, dan saya langsung komunikasi intens dengan rekan-rekan lain,” ungkap Yusi Yusuf sembari menyampaikan bahwa MS adalah sosok yang baik, ceria dan cukup manis. Sama sekali tidak terbayang dia mengalami kejadian yang menjijikkan. Dan yang paling menyedihkan adalah laporan-laporannya dianggap lalu oleh pihak-pihak yang mestinya melindungi rakyat.

Mentalnya MS kacau, imbuh Yusi Yusuf, keluarganya menghadapi serangan psikis dan entah bagai mana pedih hati ibunya. Jujur, saya tidak berani menghubungi MS. Kondisinya sangat terguncang, namun saya yakin sekali bahwa laporannya, dan tuturannya adalah benar-benar apa yang dia alami selama ini.

Biasanya korban perundungan di kantor pasti ada yang membela. Entah bos, bagian HR, pegawai senior atau orang -yang setidaknya mampu berpikir normal. Titik ini yang saya bingung, masa iya di antara sekian banyak pegawai? Pelaku-pelaku itu semua bapak-bapak kan? Punya anak dan keluarga? Yang saat ini muncul di kepala saya adalah kemungkinan-kemungkinan kasus ini dimentahkan, dianggap laporan mengada-ngada atau laporan palsu atau malah pencemaran nama baik instansi yang justru akan berbalik arah menyudutkan dia.

MS adalah Korban

Sebagai salah satu relasi, saya menunjukkan posisi di sampingnya bahwa saya berada di sisinya dengan memerhatikan kasus ini hingga tuntas. Tidak serta merta menguap begitu saja atau malah berbalik arah menyerang MS.

“Korban tetap korban, jangan digiring menjadi pelaku kejahatan, seperti cerita-cerita di film India,” pungkas Yusi Yusuf.(*)

Sumber dan foto (*/tim)

Editor (+roni banase)