Kupang, Garda Indonesia | Desa Tolnaku di Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berkesempatan memperoleh Program Produk Teknologi yang Didiseminasikan ke Masyarakat (PTDM) dari Politeknik Negeri Kupang. Desa Tolnaku memiliki luas 17 Km2 dan berjarak 13.3 Km dari ibu kota kecamatan, merupakan desa berupa hamparan dengan kemiringan sedang dan memiliki ketinggian 343 meter dari permukaan laut.
Berpenduduk 1.513 jiwa, sekitar 1.102 jiwa berprofesi sebagai Petani dan mengandalkan 13 mata air dan 1 sumber air dari kali/sungai kecil. Sumber mata air tersebut digunakan oleh lebih kurang 333 kepala keluarga untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk pertanian. Sumber penerangan yang digunakan masyarakat Tolnaku bersumber dari listrik PLN, Listrik non-PLN dan penerangan non-listrik. Penerangan listrik hanya digunakan pada area dekat jalur jalan utama (79.14%), sedangkan area pelosok dan kebun masyarakat belum tersedia listrik PLN dan hanya menggunakan panel surya (3.07%) dan ada juga yang tanpa penerangan listrik (0.18%).
Simak dokumenter Sistem Siram Otomatis Hemat Energi Lahan Pertanian :
Hasil pertanian Desa Tolnaku meliputi Tanaman Bahan Makanan (TABAMA) seperti Padi Sawah, Padi Ladang, Jagung, Ubi Kayu dan Kacang Tanah. Tanaman sayur-sayuran terdiri dari Bawang Bombai, Kol, Cabai, Terung dan Tomat. Tanaman buah-buahan antara lain Pisang, Pepaya, Alpukat, Jeruk dan Sirsak. Di desa ini terdapat kelompok tani Tamnau Tetus beranggotakan 26 petani yang mengelola lahan seluas 1,5 hektar dan kelompok tani Hidup Baru beranggotakan 17 petani dan mengelola lahan seluas 1 hektar. Lokasi pertanian di kedua kelompok tersebut memiliki pemandangan yang bagus dan memiliki berpotensi untuk dikembangkan agrowisata.
Hasil pertanian dari usaha kelompok biasanya dipasarkan di pasar rakyat terdekat yakni Pasar Camplong dan Pasar Lili. Untuk tanaman sayuran dapat dipanen 3—4 minggu dengan penghasilan dapat mencapai 5—6 juta rupiah sedangkan untuk tanaman buah-buahan dapat dipanen musiman dengan penghasilan rata-rata 4—5 juta sekali panen. Tahun 2021 sedang dilakukan panen jagung, kacang tanah dan biji katak 4.000 tanaman Porang. Selesai panen jagung dan kacang tanah, lokasi ini akan diolah tanaman hortikultura, bawang bombai, cabai dan terung menunggu musim hujan berikutnya.
Selama ini, untuk mengairi lahan pertanian. kedua kelompok tani Desa Tolnaku hanya mengandalkan aliran air dari mata air yang berjarak lebih kurang lebih 300 meter dari lokasi pertanian, dengan cara menimba dari mata air dan membawanya pada lahan pertanian. Hal ini sangat menyita waktu para petani, apalagi pada area lahan yang berada pada ketinggian. Menyimak kesulitan yang dialami petani, maka tim Program Produk Teknologi yang Didiseminasikan ke Masyarakat (PTDM) dari Politeknik Negeri Kupang terdiri dari Imanuel Chr. Mauko, ST., M.Eng. Robinson A. Wadu, ST., M.T. dan Yulian Abdullah, S.P., M.P. mengajukan ke Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN dan memperoleh dukungan, petani pun memperoleh bantuan alat siram otomatis hemat energi lahan pertanian.
Kepada Garda Indonesia pada Jumat, 19 November 2021, Ketua PTDM Desa Tolnaku, Chris Mauko menyampaikan, alat siram otomatis tersebut telah menggunakan sistem kontrol yang dapat mendeteksi jika tanah kering, maka otomatis berfungsi dan jika tanah telah basah, maka bakal berhenti menyiram.
“Kami juga menyetel alat siram otomatis tersebut dapat menyiram sesuai waktu yang telah diatur seperti saat pagi atau sore hari. Alat yang kami rancang ini memiliki 15 input dan output pompa dengan jangkauan 4 meter yang dapat dipantau melalui smartphone. Dan kedua kelompok tani di Desa Tolnaku memperoleh fasilitas yang sama,” ungkap Chris Mauko seraya menyampaikan bahwa PTDM Desa Tolnaku telah dimulai sejak 14 Oktober 2021.
Adapun fitur yang tersedia pada alat sistem kontrol siram kebun otomatis hemat energi, terang Chris Mauko, antara lain memiliki 15 input dan output untuk sensor kelembaban tanah, 15 output untuk keran elektrik, tampilan display kondisi sistem pada LCD 20 x 4, dapat melakukan penyiraman berdasarkan pengaturan waktu tertentu ataupun berdasarkan level kekeringan tanah pada lahan pertanian dilengkapi dengan penyimpanan data kelembaban tanah menggunakan data logger, memiliki sumber daya listrik berbasis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 1.000 watt maksimum yang didukung oleh Panel Surya 200WP (2 x 100WP), Baterai Kering 110 Ah dan Kontroler MPPT 40 A, dilengkapi dengan sensor hujan sehingga apabila hari hujan, penyiraman tidak dilakukan.
Selain itu, tandas Chris Mauko, alat kontrol siram otomatis ini dapat bekerja sesuai dengan beberapa kondisi yakni sistem akan melakukan penyiraman otomatis pada setiap hari pada pukul 09.00 dan 15.00 WITA. Pemilihan waktu penyiraman dikarenakan pada saat itu, kondisi PLTS dalam hal ini sinar matahari tersedia cukup untuk menghidupkan pompa air dalam jangka waktu yang lama. Sistem penyiraman tidak dapat dilakukan secara serentak karena kurangnya debit dan tekanan air dalam pipa, oleh karena itu penyiraman dilakukan tiap deret bedeng dengan jeda waktu setiap 5 menit. Dan sstem juga akan melakukan penyiraman apabila sensor kelembaban tanah mendeteksi kekeringan pada nilai tertentu.
Sementara itu, Marthen Mella Ketua Kelompok Tani Hidup Baru menyampaikan terima kasih dan menandaskan bahwa alat sistem siram otomatis sangat membantu petani. Senada, wakil ketua Kelompok Tani Tamnau Tetus, Tinus Atabui menegaskan dengan hadirnya teknologi dari Politeknik Negeri Kupang sangat menguntungkan petani. “Karena kami dapat berkebun pada musim kemarau dan musim hujan,” tandasnya.
Penulis dan Editor (+roni banase)
Foto dan video (*/tim PTDM Desa Tolnaku)