Waikabubak, Garda Indonesia | Aktor sekaligus Duta Persahabatan YAPPIKA-ActionAid, Reza Rahadian berkunjung ke SDN Palamoko dan SDN Rajaka di Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di kedua sekolah tersebut, Reza berbincang dengan murid-murid, guru dan anggota komunitas sekolah terkait kondisi dan situasi di sekolah.
SDN Palamoko dan SDN Rajaka adalah 2 di antara 10 sekolah dampingan YAPPIKA-ActionAid di Kabupaten Sumba Barat melalui Program Sekolah Aman. Sejak tahun 2018, YAPPIKAActionAid bekerja sama dengan Yayasan Bahtera berhasil melakukan advokasi perbaikan infrastruktur di 9 Sekolah Dasar Negeri, menguatkan peran komunitas sekolah dalam mendampingi orang tua siswa dalam mengakses PIP/KIP, melakukan upaya dalam perbaikan perbaruan DAPODIK, melakukan advokasi anggaran dalam upaya menaikkan alokasi anggaran infrastruktur pendidikan di tingkat kabupaten dan nasional, serta berhasil mendorong berfungsinya SP4N/LAPOR!
Kehadiran Reza bersama Direktur Eksekutif YAPPIKA-ActionAid Fransisca Fitri bertujuan mengkomunikasikan skema Program Sekolah Aman kepada Pemda Sumba Barat pada tahun 2022. Adapun skema program sekolah aman dan inklusif guna mengadvokasi perbaikan sekolah rusak, menyusun dan membuat rintisan sekolah inklusif, membuat kebun gizi tingkat komunal dan rumah tangga dalam rangka menjangkau pemenuhan kecukupan nutrisi.
Dalam jamuan makan malam yang berlangsung di rumah dinas Bupati Sumba Barat pada Jumat malam, 27 Mei 2022, Reza menceritakan kunjungannya ke SDN Palamoko yang hingga saat ini mengalami keterbatasan infrastruktur dengan ruang kelas rusak, tidak terjangkau aliran listrik, serta akses air yang terkendala.
“Kalau dibilang layak, tidak layak karena tidak aman untuk sekolah. Saya sangat berharap besar Bapak Bupati bisa memberikan instruksi secara langsung kepada perangkat di kabupaten untuk bisa menangani secara cepat karena sekolah ini butuh perbaikan,” ujar Reza.
Selain persoalan infrastruktur pendidikan, Reza juga menyampaikan tentang pendidikan inklusif yang memerhatikan kebutuhan siswa serta pentingnya ketercukupan nutrisi bagi siswa untuk belajar dengan optimal.
Senada dengan Reza, Direktur Eksekutif YAPPIKA-ActionAid Fransisca Fitri menekankan pentingnya kesadaran dan kesiapan sekolah akan kondisi siswa yang memiliki kebutuhan khusus agar bisa bersekolah di sekolah umum yang dekat dengan tempat tinggalnya. Fransisca juga menjelaskan skema intervensi di bidang nutrisi yang dilakukan bersama pihak sekolah dengan memanfaatkan aset berupa lahan untuk ditanami tumbuhan yang dapat diolah.
Menanggapi fakta-fakta yang disampaikan Reza dan Fransisca, Bupati Sumba Barat Yohanis Dade, menyatakan total APBD Kabupaten Sumba Barat yang diperuntukkan bagi sektor pendidikan telah melebihi regulasi nasional di atas 20 persen. Di sisi lain, banyak sekolah yang perlu ditangani dan menjadi prioritas pemerintah daerah.
Hingga saat ini, ungkap Yohanis Dade, SDN Palamoko belum dimasukkan dalam anggaran tahun 2022. Namun jika memungkinkan, akan masuk ke anggaran tahun 2023. Selain itu, pemerintah daerah masih mengupayakan ketersediaan aliran listrik dan harapannya di tahun 2023 bisa tersebar di sekolah-sekolah di Kabupaten Sumba Barat.
“Salah satu misi kami itu pendidikan. Karena kalau tanpa pendidikan itu susah. Dan juga pendidikan tidak bisa berjalan sendiri jika tidak ditopang oleh kesehatan. Kesehatan juga tidak bisa berjalan sendiri kalau tidak ditopang oleh pertanian dan perekonomian sehingga saya sangat berharap semua program bisa bersinergi,” urai Yohanis Dade.
Kemudian pada Sabtu, 28 Mei 2022, Reza melanjutkan kunjungan ke SDN Rajaka untuk melihat perbaikan ruang kelas yang telah dilakukan oleh Pemda Sumba Barat di tahun 2019 dari hasil advokasi bersama antara komunitas sekolah SDN Rajaka, Yayasan Bahtera, dan YAPPIKAActionAid. Dalam kunjungan ini, SDN Rajaka diresmikan sebagai Rintisan Sekolah Inklusif oleh Plt. Kadis Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Sumba Barat Yermias Ndapa Doda. Sekolah ini hadir sebagai percontohan sekolah di Sumba Barat yang memfasilitasi kebutuhan anak disabilitas, mengupayakan bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) bagi siswa kurang mampu, dan mengembangkan kebun gizi di lahan sekolah.
Untuk diketahui, sejak tahun 2016, YAPPIKA-ActionAid telah melakukan advokasi dan kampanye mengenai Sekolah Aman di Indonesia, baik di tingkat nasional melalui dialog dengan pemerintah pusat maupun di daerah. Secara khusus, YAPPIKA-ActionAid telah bekerja di sejumlah kabupaten, yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Kupang, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Bima dan Kabupaten Sambas.
Hingga tahun 2021, YAPPIKA-ActionAid telah bekerja sama dengan para lembaga mitra di masing-masing daerah, telah mengadvokasi 92 Sekolah Dasar Negeri yang rusak bersama 2.091 orang anggota komunitas sekolah. Hasilnya, 61 Sekolah Dasar Negeri yang rusak telah diperbaiki dengan berbagai skema pendanaan, 19 Sekolah Dasar Negeri memiliki toilet yang terpisah bagi anak perempuan dan laki-laki, peningkatan pengetahuan tentang pendidikan inklusi di 30 Sekolah Dasar Negeri, serta pengembangan kebun gizi untuk edukasi pentingnya kecukupan nutrisi bagi tumbuh kembang anak yang sehat di beberapa sekolah, termasuk di kabupaten Sumba Barat.(*)
Sumber (*/YAPPIKA-ActionAid)
Editor (+roni banase)