SoE, Garda Indonesia | PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) sebagai bagian dari perbankan nasional senantiasa berkontribusi bagi tanah air melalui berbagai inisiatif program. Dalam upaya perwujudan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dengan gerakan #BCAForSustainability, BCA hadir memberikan pembinaan bagi penenun di Timor Tengah Selatan (TTS) untuk menggerakkan tenun TTS diiringi dengan penerapan fashion ramah lingkungan.
Pembinaan ini digerakkan oleh BCA di bawah payung Bakti BCA berkolaborasi dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami) yang dilaksanakan secara luring pada Selasa—Kamis, 2—4 Agustus 2022. Seremoni pembukaan dihadiri EVP CSR BCA Inge Setiawati, Farida Siregar Kepala KCU BCA Kupang, Hans Banunaek Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Myra Widiono Ketua Warlami.
Turut hadir, Ony Kause Kabid Pendidikan, Benny F.Tobo ,S.E., Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah, Selan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Agustinus BBKSDA Wilayah Timur, Frans Fobia UPTD Lingkungan Hidup Kabupaten TTS, dan 30 peserta program pembinaan.
EVP CSR BCA Inge Setiawati menyampaikan bahwa wastra nusantara merupakan bentuk warisan budaya yang selayaknya mendapatkan perhatian untuk dilestarikan. Kali ini, BCA bersama dengan Warlami menyadari akan kebutuhan pembinaan bagi penenun dalam mengembangkan potensi budaya, bisnis dan pelestarian lingkungan.
Tenun dari kawasan Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan bentuk wastra nusantara yang potensial untuk dipasarkan dan dapat mengangkat nama baik TTS. “Kami pun turut mengajak penenun untuk menerapkan konsep ecofashion dengan metode pewarnaan alam untuk bersama menjaga kelestarian lingkungan,” ungkap Inge.
Koleksi wastra TTS memiliki kelebihan yang unggul, teknik, ragam hias dan ekspresi budaya khas tersendiri. Saat ini, kawasan TTS terus berkembang untuk menjadi daerah yang unggul dan memiliki potensi yang lebih luas. Pembinaan ini akan diikuti oleh tiga suku besar atau “Swapraja” terdiri dari: Swapraja Amanatun, Swapraja Amanuban, dan Swapraja Mollo.
“Dalam jangka panjang, diharapkan produk wastra TTS dapat memiliki daya saing di tingkat global, senantiasa mengedepankan konsep ecofashion dan semakin memperluas potensi bisnis wastra khususnya untuk pasar internasional. Kami yakin bahwa potensi produk-produk tradisional dari Indonesia memiliki ruang tersendiri di konsumen,” tutup Inge.
BCA hadir bersama Warlami memberikan konsep ecofashion yang akan menjadi hasil wastra lebih ramah lingkungan. Melalui pelatihan ini, peserta akan diajak untuk memahami bahan pewarna alam untuk benang katun, teori dasar proses pewarna alam serta praktik langsung. Rangkaian pelatihan akan berlangsung 6 (enam) bulan.
Kepala KCU BCA Kupang Farida Siregar berharap penenun TTS dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan menerapkan konsep ecofashion. “Kami yakin melalui tujuan yang mulia juga untuk melestarikan lingkungan pastinya akan menghasilkan hasil yang baik pula. BCA pun nantinya akan turut berperan aktif dalam memasarkan hasil tenun penduduk dari TTS,” tegasnya.
Ketua Warlami Myra Widiono mengungkapkan bahwa dari enam bulan pembinaan, ingin melihat dampak positif yang timbul. “Diharapkan penenun dapat menghasilkan produk kain tenun ecofashion karena telah menggunakan pewarna alam dari tumbuhan pewarna alam setempat,” ujarnya.
Sebagai informasi, BCA melalui Program Pilar Sinergi yang merupakan bagian dari corporate social responsibility (CSR) yang dimiliki oleh BCA mendukung keberlangsungan wirausaha kreatif di bidang seni budaya yang berkelanjutan di Indonesia. BCA dalam komitmen mengedepankan prinsip environmental, social, and governance (ESG) juga telah melaksanakan berbagai program unggulan seperti pendampingan UMKM.(*)
Sumber (*/Humas BCA)
Editor (+roni banase)