Oleh : Roni Banase
Judul tulisan ini justru lahir dari ide waiters kedai kopi di Sanur, Denpasar. Entah mengapa, saya justru langsung mengiyakan menorehkan judul ini di Vivo21, teman bekerjaku, tanpa menimbang lagi. Apakah selaras atau bisa memantik respons orang membaca?
Saat Rabu pagi, 10 Agustus 2022, hari kesepuluh menginap di salah satu hotel di Bali, usai menyusuri pedestrian di sepanjang pesisir pantai Sanur. Aku menyempatkan diri mampir ke kedai kopi di daerah Semawang.
Dari sekian banyak deretan cafe di Semawang, entah kenapa, cafe mungil dengan nuansa semi modern dan oldies menyita minatku.
Waktu menunjukkan pukul 10.00 WITA saat menapaki pintu masuk cafe yang baru saja dibuka pada Januari 2022. Cafe ini menyuguhkan kopi expresso, teh, dan beragam kudapan dengan harga terjangkau. Juga tersedia papan QR digital payment.
Aku disambut hangat oleh waiters perempuan berdarah Bali. Andien sapaan akrabnya. Percakapan mesra awal kami tercetus saat dia mendengar diksi “kudapan”. Dia langsung merespons bertanya.
“Apa itu kudapan?” tanya Andien terlihat penasaran dan mengejar ku.
Lalu jawabku, “Kudapan itu artinya kue”
“Baru pernah dengar kata kudapan?” tanyaku balik kepada perempuan berusia 21 tahun ini. Dan dengan polos dia mengungkapkan belum pernah mendengarnya.
Aku pun mengimbau Andien untuk mengunduh aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V di playstore.
Perbincangan kami berlanjut (seraya ku nikmati suguhan teh panas dan kudapan khas Cafe Cielo), mulai dari kunjungan tamu saat pandemi sampai pada Agustus 2022 hingga impian Andien memiliki usaha sendiri. Perempuan bungsu dari 4 (empat) bersaudara ini pun membeberkan usaha buket bunga bermerek Dins Gift https://instagram.com/dins.gift?igshid=YmMyMTA2M2Y= yang sementara dirintisnya.
Beragam buket bunga mulai dari rangkaian bunga, rokok, uang yang dirangkai hingga menjadi menarik lalu di-posting di Instagram dan media sosial miliknya.
Kami pun berbagi cerita tentang usaha yang sementara dirintis hingga aku menyarankan Andien untuk mendaftarkan merek usahanya ke Dirjen Kekayaan Intelektual (KAI) Kementerian Hukum dan HAM RI.
Dari bincang-bincang kami, Andien pun bercerita harus menanggung biaya hidup ibu kandungnya hanya dengan penghasilan sekitar 1,8 juta per bulan, bersama ketiga kakaknya, Andien rela merawat orang tuanya.
Andien juga telah mengikuti kursus Barista. Perempuan kelahiran 2001 ini juga ingin menjadi “Perempuan Tangguh” yang mandiri dan bermimpi ingin menjadi “Pengusaha Sukses” di usia kisaran 30—40 tahun.
Astungkara!