Oleh : Roni Banase
Kematian Papa Paulus Banase pada tanggal 19 Februari bertepatan tanggal dengan hari kelahiran saya pada 19 September, 49 tahun silam. Entah mengapa? Ingatan ini baru ngeh pada Senin sore, 22 Mei 2023, saat berada dalam antrean menunggu aktivitasi BRI Mobile (hasil sinergi dan kebaikan hati dari Pemimpin BRI Cabang Kupang, Stefanus Juarto).
Pada saat diri ini mulai merelakan kepergian Papa, namun kembali lagi terusik saat berada dalam lift meluncur ke lantai 14 di Hotel Alila, Surakarta pada Selasa sore, 2 Mei 2023; mengikuti Media Gathering bersama OJK Provinsi NTT. Saat tersebut, staf Humas Bank Indonesia Perwakilan NTT, Corry Manongga juga mengisahkan kisah pilu kepergian ayahanda tercinta, Abraham Manongga (sosok penyiar, motivator, inspirator saat menyuarakan kabar baik dan sukacita melalui siaran Radio Lisbet FM [saya pun salah satu pendengar setia]).
Bahkan, pada akhir April 2023, saat saya dan dr Eky Gonang (owner Digitalize King) bertandang ke rumah Alexander Ena (pengurus Perindo NTT), di rumahnya, terpampang pigura foto yang menggelitik saya menelusuri gerangan siapa hingga istimewa dipajang di ruang tamu.
“Itu Rasul Paulus, saya membeli foto tersebut saat berada di Israel,” ungkap Alex Ena kepadaku.
Kondisi tersebut memecut saya untuk kembali menorehkan tulisan tentang Papa. Bahkan seorang teman pengusaha media di Jakarta (pada medio Mei 2023) pun menyarankan untuk ditorehkan dalam buku. Ide menarik, sahutku.
Rentang waktu yang cukup lama sejak terakhir merilis tulisan “Selamat Jalan Papa Bagian 3” pada 25 April 2023 (1 [satu] bulan berselang), namun hati ini bersukacita. Saat ini, pada era transformasi digital, sebagai persembahan kepada Papa (hasil dorongan dan motivasi kepada saya, saat beliau masih berziarah di bumi). Kini, cukup menuliskan kata kunci atau keyword “paulus banase”, maka dapat ditemukan tulisan dari Garda Indonesia. Mungkin itu, bisa menjadi salah satu persembahan terindah kepada Papa.
Kepulangan Papa Paulus Banase ke ribaan-Nya seperti telah ditata sedemikian apik. Bahkan Romo Yanuarius Uskenat Pr berkata kepada Mama Mooy bahwa Papa telah menyiapkan diri menuju ke rumah Bapa di Surga. Puji Tuhan.
Meski masih terasa berat bagi kami, Mama Mooy, anak, dan cucu, namun kepergian Papa menyisihkan deretan kisah dan kisi-kisi kebersamaan kami kala Papa dengan sigap memperagakan mimik lucu layaknya badut (Semasa aktif mengabdikan diri di Bank Indonesia Perwakilan NTT, Papa rutin mengisi acara lawak), menggunakan daster dan menyisip bantal di perut layaknya perempuan hamil. Dan kondisi tersebut memecut teman-temannya memanggil dengan sebutan, “Papa Raja”.
Momentum kepulangan Papa, membuat banyak orang, yang sebelumnya tak tahu dan mengenal desa Naiola, mulai berupaya menelisik di mana lokasi desa yang berbatasan dengan Noemuti, lokasi tradisi Kure, baca :
Dan tak ada sebuah kebetulan dalam kehidupan kita, seperti yang terjadi saat kami mengikuti perayaan 40 hari kepergian Papa Paulus Banase di Desa Naiola, Kecamatan Bikomi Selatan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pada Minggu, 2 April 2023.
Pada Misa Minggu Palma di Stasi Yohanes Pemandi, bacaan Injil kedua diambil dari Rasul Paulus kepada umat di Filipi, 2:11, dan segala lidah mengaku: ”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!.
Jadilah Pendoa bagi kami, Papa Paulus Banase.
Tak akan pernah hilang dari ingatan anak akan segalakasih sayang papanya, kita hanya bisa membalasnya melalui cucunya. Tuhan memberkati keluaga Banase.
Amin. Terima kasih atensinya